Mohon tunggu...
Ahmad Shalahuddin Mansur
Ahmad Shalahuddin Mansur Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pegiat Dialog Lintas Iman dan Perdamaian. Fasilitator di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia. Penggerak Jaringan Gusdurian Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku, Dia, dan Tuhan (kami)

22 November 2014   19:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi, ia kembali mengirim hasil 'saat teduh'nya untuk yang kedua kalinya.

aku sangat senang ketika membaca namanya pertama kali yang terpampang di layar ponselku kecilku ..
selepas membaca namanya,
segera saja aku membuka pesannya
benar saja,
pagi ini, masih dengan renungan dia di pagi yang teduh nan menengkan jiwa

pesan itu berisi tentang sebuah surat dalam Kitab Suci Injil yang bernama "Galatia" pasal 2 ayat 20.
"Saya dan kita semua diciptakan Allah menurut kehendak-Nya, bahkan saya pribadi tidak pantas memiliki hidup saya, karena hanya Allah yang pantas. Apa yang saya kerjakan hari-hari (tidur, kuliah, berinteraksi, makan, ibadah, jalan-jalan, dll) harus dilakukan untuk Allah, bukan untuk saya.
Jadi, karena hidup ini milik Allah, kita hanya diberi tanggung jawab untuk menjalankannya. Maka mari kita hidup dengan selalu bersyukur dan tidak menyia-nyiakan. Karena kita tidak berhak menyia-nyiakan hidup kita yang milik Allah. Sembah dan muliakan Allah dengan hidup kita".

dan dibagian akhir pesannya,
dia kemudian berpesan, libatkan Allah dalam hidupmu.

dari pesan pagi tadi, aku jadi teringat firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-An'am ayat 162 yang artinya "Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk ALLAH, Tuhan sekalian alam”

aku lalu menemukan diriku di kedudukan yang paling bawah, yakni sebagai hamba Allah.

posisiku dan posisiku saat ini sama, yakni sebagai hamba-Nya.

dimana kehadiran kami di muka bumi adalah hanyalah untuk menyembah dan menyebut nama-Nya.

Namun sama seperti pagi kemarin, aku tidak bisa mengirimkan hasil perenunganku kepadanya..
pagi ini aku kembali dikalahkan oleh tubuhku yang berontak..
aku hanya bisa membalasnya dengan ucapan permintaan maafku padanya..
dan berharap semoga aku tidak mengecewakannya..

tak lama dia kemudian membalasnya lagi, yang pesannya berisi semangat kepadaku..
dia ingin memberi dan tidak berharap balasan dari pemberiannya..
Dan katanya dia ingin menjadi sahabat yang mendukung dan mendoakan satu sama lain ..

terima kasih sahabat baikku..
aku merasa perbedaan itulah yang kemudian menyatukan kita..
AllahuAkbar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun