Mukadimah
Marhaban ya Ramadan.
Secara hisab, 1 Ramadan, sesuai Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 terkait Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H yang terbit pada 6 Februari 2023, jatuh bertepatan dengan tanggal 23 Maret 2023. Demikian juga ketika mengetahui bahwa Sidang Isbat penentuan awal Ramadan akan dilakukan lusa, 22 Maret 2023, maka kemungkinan besar Sidang Isbat yang didasarkan pada metode rukyat, akan bertepatan dengan hari yang sama dengan metode hisab. Dengan demikian dua hari lagi kaum muslimin akan memasuki "program pelatihan" shiyam di bulan Ramadan.Â
Sudah banyak tulisan atau kajian yang berkaitan dengan hikmah ibadah shiyam (puasa) di bulan Ramadan. Pada kesempatan ini penulis ingin berbagi mengenai kompetensi personal yang dapat kita bisa peroleh selepas menjalankan ibadah shiyam, khususnya di bulan Ramadan. Mengenai kompetensi personal yang akan disampaikan merupakan rangkuman dari berbagai sumber yang dikonfirmasi dengan pengalaman penulis.
Merujuk kepada pengertian kompetensi yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP, 2014) dan International Organization for Standardization, tahun 2012, setidaknya ada beberapa aspek yang secara bersamaan harus dipenuhi dalam sebuah kompetensi, yaitu: pengetahuan, sikap, pemahaman, nilai, bakat atau kemampuan, dan minat.
Sebagaimana Imam Al Ghazali (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i, 450-505 H) ajarkan kepada kita, ibadah shiyam di bulan Ramadan, bukan hanya sebagai praktik syariah, ketundukan kita terhadap hukum, namun juga merupakan pertemuan dengan tarekat atau disiplin atau jalan yang merupakan praktik pengembangan diri secara spiritual. Inilah salah satu keunikan ibadah shiyam di bulan Ramadhan.
Secara umum, kompetensi yang harusnya kita dapatkan cukup dengan satu kata sesuai dengan apa yang difirmankan Allah Swt dalam alquran, yaitu: Ketaqwaan. Taqwa sendiri, apa yang difahami penulis dari berbagai literatur mengandung makna yang sangat luas. Taqwa dapat dihadirkan dalam bentuk kesadaran (awareness) kepada Allah Swt yang dimulai dari self awareness, rasa takut kepada Allah Swt sehingga kita menunjukkan ketaatan, ketundukan, dan disiplin untuk menjalankan setiap perintah dan bersamaan dengan itu menjauhi larangan-Nya. Dari sejumlah makna taqwa inilah, kita seharusnya mendapatkan sejumlah kompetensi dari ibadah shiyam.
Kompetensi pertama, yaitu: Ketangguhan Mental (Mental Toughness)
Ketangguhan mental diperoleh dengan praktik menahan hawa nafsu, yaitu selama bulan Ramadan kita belajar mengendalikan (control) fisik atau jasmani, baik berupa dorongan, kebutuhan, keinginan dan perasaan-perasaan yang dialami secara fisik. Kita berKOMITMEN untuk tidak tunduk kepada hal-hal yang mendorong fisik untuk melakukan sesuatu yang menjadi kebutuhan atau keinginan; Kita berjuang untuk tidak tunduk kepada kebutuhan fisik akan makan dan minum, serta hasrat fisik untuk melakukan apapun yang menyenangkan dan berbagai rasa, seperti: lapar, haus dan keletihan (Challenge). Kita mencoba mengalihkan hal-hal yang sifatnya materi di atas kepada aspek lain, yaitu fikiran kita yang akan menjadi kekuatan atau ketangguhan mental berhadapan dengan kebutuhan secara lahir. Inilah prinsip dasar menahan hawa nafsu, fikiran mengendalikan jasmani. Kita jadi lebih kuat dibandingkan dengan fisik atau jasmani. Al-hasil diri (fikiran dan mental) menjadi lebih tangguh yang mebentuk kepercayaan akan diri (self confidence).
Merujuk kepada Dough Strycharczyk, penemu model Mental Toughness, menjelaskan bahwa mental toughness memerlukan empat faktor, yaitu control, komitmen, tantangan dan kepercayaan diri yang ke-empat faktor ini akan dipenuhi oleh pribadi muslim yang menjalani shiyam di bulan Ramadan.
Menjadi Pribadi yang Unlearning.
Kompetensi unlearning banyak dibahas oleh berbagai pakar pengembangan diri. Tingkat Kecerdasan yang relatif baru ditemukan di luar kecerdasan intelektual, emosianal dan spritual, yaitu kecerdasan beradaptasi menempatkan unlearning sebagai syarat sekaligus penciri seseorang mempunyai adaptability quotient. Ibadah shiyam di bulan Ramadan, menjadi tempat kita dalam belajar mengosongkan fisik kita yang telah dipenuhi banyak asupan makanan dan minuman di sebelas bulan sebelumnya.Â
Hal ini, shiyam mengajarkan kepada kita untuk membiarkan ruang-ruang kosong dalam fisik kita untuk menerima hal-hal baru selama menjalani shiyam di bulan Ramadan. Inilah prinsip dari unlearning to learn new things.Â
Bagaimana kita, setelah selesai shiyam ini menjadi pribadi pembelajar yang haus dengan pengetahuan baru dengan bersikap unlearn. Kadang ketidak-khusyuan yang berakibat kepada ketidak-maksimalan kita dalam belajar adalah karena kita tidak bisa mengosongkan cangkir kita untuk menerima pengetahuan baru, namun sebaliknya bersikap sok tahu untuk banyak hal.
Menjadi Pribadi yang Shabar.
Di bulan Ramadan, setiap muslim belajar bagaimana dari setiap tantangan dan pantangan dalam berpuasa pada akhirnya akan menemukan solusi manis. Kebahagiaan seseorang yang berpuasa, menurut satu keterangan, adalah ketika berbuka puasa.Â
Kebahagiaan setelah kita dapat menahan keletihan secara fisik dengan berpantang kepada hal-hal yang dilarang dan dapat membatalkan ibadah shiyam bertemu dengan waktu yang tepat dan halal untuk mewujudkan apapun yang diinginkan. Menjadi pribadi yang shabar, tidak tergesa-gesa, menunggu waktu yang tepat dalam mewujudkan cita-cita adalah kompetensi terbaik yang dapat kita raih setelah ibadah shiyam Ramadan.
Disiplin dalam Menerapkan Kebiasaan Baru, Meninggalkan Cara-cara Lama.
Shiyam di bulan Ramadan, khususnya, kita disuguhkan kepada kenyataan manusia sebagai makhluk yang adaptif dengan perubahan. Hal yang sering kali kita tidak menyadarinya dan lebih fatal lagi melupakan kemampuan ini dalam kehidupan keseharian. Banyak hal berubah selama kita menjalani praktik ibadah shiyam.Â
Mulai dari penyesuaian waktu tidur, makan dan minum termasuk dalam kualitas makanan dan minuman yang dihidangkan sampai kepada kebiasaan dalam mengisi waktu shiyam dengan hal-hal yang positif, jauh dari hal-hal yang lagha, mubazir apalagi dipenuhi dengan kemaksiatan.Â
Kita menjadi manusia yang berdisiplin untuk terbangun di dua per tiga malam sekedar untuk sahur, shalat shubuh selalu tepat waktu, tidak makan-minum sebelum azan berkumandang pada saat matahari terbenam penuh, konsisten dalam bertaddarus dan seterusnya dan seterusnya. Dan, A...ha! kita dapat melampauinya. Inilah satu kompetensi, yaitu disiplin dalam menerapkan cara-cara baru untuk meraih apa yang kita targetkan. Shiyam Ramadan telah mengajarkan kepada kita satu resep untuk meraih kesuksesan dengan kedisiplinan.
Keseimbangan atau Harmonisasi dalam Pelayanan.
Ketika satu keterangan menyatakan bahwa pengetahuan akan diri (sendiri) akan membawa kepada pengetahuan kepada Tuhan, maka bulan Ramadan mengajarkan sebaliknya, bahwa ibadah (pengabdian) kepada Allah Swt dengan tunduk mempraktikan secara syar'i ibadah shiyam, maka kita sekaligus diajarkanNya untuk melakukan pengabdian, berempati kepada makhluk Allah Swt lainnya.Â
Dari rasa lapar, dahaga dan keletihan secara fisik atas apa yang kita jalani selama berpuasa, kita belajar berempati untuk memperhatikan makhluk sesama kita bahkan kepada hewan dan tumbuhan ketika berada dalam kondisi yang sama. Maka, kedermawanan sebagai ibadah (pengabdian) kepada sesama makluk adalah buah dari pengabdian kepada Allah Swt di bulan Ramadan. Inilah penerapan dari konsep habluminallah, habluminannas dan hablul minal 'alam.Â
Menjaga keserasian, keseimbangan dan harmonisasi dalam kehidupan sebagai tugas adam (termasuk diri kita) sebagai penerus dan pewaris bumi ini (khalifah) memerlukan kompetensi keseimbangan dalam pelayanan.
Maka selaras dengan apa yang disabdakan baginda Rasulullah Saw, bahwa manusia terbaik (bukan hanya yang menunjukkan hubungan terbaik kepada Allah) adalah yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Demikian juga Allah berfirman bahwa yang akan survive di muka bumi adalah sistem yang harmonis yang senantiasa memberikan kemanfaatan.
... (QS 13: 17)
Penutup
Penulis hanya berbagi 5 KOMPTENSI Personal yang dapat diraih selepas Ibadah shiyam Ramadan. Tentunya, masih banyak kompetensi lain yang dapat pembaca budiman lakukan sharing melengkapi tulisan ini.
Semoga bermanfaat!
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H