Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Tidak Sedang Bercanda

16 Juni 2020   18:19 Diperbarui: 16 Juni 2020   18:21 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..." (QS 2: 185)

Kutipan frase ayat di atas didahului dengan informasi mengenai bulan, kapan diturunkannya Al-Qur'an. Setlanjutnya, selah Allah menyampaikan fungsi mengenai Al-Qur'an sebagai hudan (petunjuk), bayiinati minal huda (penjelas dari petunjuk), dan Al-furqan (pembeda yang dari yang bathil), maka Allah menyampaikan satu perintah, yaitu shaum di bulan Ramadhan. 

Dalam pelaksanaannya, Allah mudahkan pelaksanaanya, dan diakhiri dengan penegasan prinsip Allah dalam penugasan kepada manusia dengan ayat di atas:  "...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..."

Telah Allah mudahkan Al-Qur'an  untuk dipelajari manusia. Hal ini merupakan sesuatu yang logis, bagaimana al- Qur'an akan berfungsi  sebagai petunjuk kalau sulit dipelajari dan akhirnya sulit difahami. 

Dalam QS 2: 185 di atas, fungsi lain Al-Quran disebutkan sebagai penjelas dari petunjuk. Hal ini juga sudah menjadi atau melandasi metodologi tafsir yang telah lama dikenal, baik itu metodologi tahlili, ijmali, muqarin ataupun maudhui. Ke-empat metodologi tafsir ini telah menjadikan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai rujukan, baik itu dari aspek analisis ayat-ayat (tahlili), mengambil pengertian global (ijmali), melakukan perbandingan ayat-ayat (muqarin) ataupun mengumpulkan tema yang sama dari ayat-ayat Al-Qur'an (madhu'i).

Dalam Surat Al-Qamar (54), Allah bahkan mengulang penegasan kemudahan dalam mempelajari Al-Qur'an Ini sebanyak 4 kali dengan frase ayat sebagai berikut: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan (yasarna) Al-Quran untuk pelajaran (Adz-dzikra), maka adakah orang yang mengambil pelajaran (muddakir)?   (QS 54: 17, 22, 32, 40).

Al-yusra (ya sin ra) yang berarti mudah atau kemudahan, ditemukan sebanyak 44 kali dalam sembilan bentuk turunan akar katanya. Keterangan mengenai mudahnya al-Qur'an untuk dipelajari dalam Surat Al-Qamar di atas, adalah menegaskan kisah-kisah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi umat manusia, yaitu kisah mengenai bahtera N. Nuh, a'dzab untuk kaum 'ad, kaum tsamud dan kaum luth. 

Di ayat lain (QS 19:97, 44: 58), Allah Swt juga menegaskan bahwa Allah telah memudahkan Al-Qur'an, kali ini dengan bahasa (lisan) yang dimengerti oleh Nabiyullah Muhammad Saw. Tujuannya, adalah untuk dapat memudahkan Nabiyullah menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang bertaqwa dan menjadi peringatan bagi kaum yang membangkang (QS 19:97).

Al-Quran sebagi Adz-dzikra (pelajaran) atau Al-huda (petunjuk), maka sekali lagi penulis sampaikan sudah seharusnya mudah dipelajari. Dalam sebuah proses komunikasi, misalnya, pesan dalam hal ini kalamullah, ayat -- ayat Allah tertulis, haruslah jelas, mudah dicerna, dan seterusnya dalam mengkomunikasikannya juga harus dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Inilah inti komunikasi efektif. Dan, pastinya, Allah telah merancang hal ini. 

Mari kita lihat tinjauan displin ilmu komunikasi dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam QS Yusuf (12): 1 dan Al-Hjr (15): 1), Al-Qur'an, sebagai kumpulan pesan Allah sudah dinyatakan sebagai ayat-ayat Kitab yang jelas, clear (mubina). 

Dengan ayat-ayat yang jelas atau kejelasan pesan ini, maka selanjutnya Allah memudahkan bilisanika (dengan bahasa yang dimengerti kaum Nabi Muhhammad), saat itu. Hal ini berkaitan dengan cara menyampaikan pesan, berbicara dengan bahasa kaumnya. Al-hasil,  maka tujuan komunikasi dari-Nya akan efektif sebagai  pelajaran bagi seorang muddakir (penerima pesan). 

Pesan sudah jelas, demikian juga metode penyampaiannya. Seterusnya adalah sang pembawa pesan (messenger, Rasulullah). Rasullullah Muhammad telah dikenal dan digelari oleh masyarakat di sekitarnya sebagai orang yang terpercaya (Al-Amin), jauh sebelum beliau diangkat menjadi pembawa pesan/Rasulullah. 

Permasalahan yang ada, pada akhirnya adalah diri kita, sang penerima pesan berupa ayat-ayat Allah. Dapatkah kita menjadi seorang muddakir, pembelajar yang dapat menerima pelajaran? Untuk hal inipun Allah Swt telah memberikan tanda-tandanya dan lagi-lagi disampaikan sangat jelas. 

Dalam Al-Qur'an kita mendapatkan informasi adanya 2 golongan besar dalam menyikapi Al-Qur'an. Pertama adalah mereka yang mengimani Al-Qur'an sebagai firman Allah yang mengandung kebenaran (QS 2:4). Kedua adalah mereka yang menolak (kafir) terhadap ayat-ayat Allah (QS 3: 4, 16: 104-105).

Orang-orang kafir, yang menolak terhadap ayat-ayat Allah, perilakunya (sangat jelas) disampaikan dalam Al-Quran, mereka adalah yang berpaling dan mendustakan ayat-ayat Allah (QS 6: 4, 157, 22: 57, 57: 19), membantahmya (QS 40: 69), mempemainkan atau mengolok-olok (QS 2:231, 18: 106, 45: 35), lalai (QS 7: 179) bahkan  menyembunyikan ayat Allah (2: 159, 174).

Sementara itu dari golongan yang mempercayai (beriman) pun terbagi dalam 3 golongan dalam menyikapi pesan-pesan Allah. Hal ini dapat kita temukan dalam Al-Qur'an (QS 35: 32).  Dalam ayat ini, disebutkan bahwa Allah mewariskan Al-Qur'an kepada hamba-hamba Allah. Dalam ayat lain hamba-hamba Allah adalah merujuk kepada orang beriman (dapat dilihat dalam QS 6:88, merujuk ke 6:82,atau QS 42:52). Siapa saja tiga golongn tersebut? 

Pertama, mereka yang menganiaya diri mereka sendiri (dzalimu linafsih). Dengan berlaku zhalim kepada diri sendiri, mereka dalam perilakunya masih mengabaikan Qur'an yang akan meyelamatkan hidupnya baik di dunia dan di akhirat, kelak. 

Kedua, di antara mereka ada yang pertengahan (muqtashid), inilah mereka yang masih mencampuradukan antara haq dan bathil. Ketiga, adalah mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan (sabiqun bil-khair) dengan izin Allah, dan inilah yang akan mendapatkan karunia yang amat besar dari-Nya.  

Allah telah menegaskan tiga fungsi Al-Qur'an yang telah disebutkan dalam ayat QS 2: 185 di atas, yaitu: petunjuk, penjelas dari petunjuk, dan sebagai pembeda. Sementara itu Al-Qur'an pun mempunyai identitas lainnya, yaitu sebagai kitab yang benar (haq), lengkap (tammah), terperinci (mufashalan), jelas, nyata (mubina), mulia, agung (al-majid), dan sempurna atau telah disempurnakan (uhkimat). Selengkapnya dapat dilihat dari gambar dalam tulisan ini.

Di era sekarang ini, bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an, seharusnya sudah tak lagi menjadi halangan. Teknologi informasi sudah menyiapkan kemudahan dalam membantu mempelajari Al-Qur'an. Sebagai satu contoh, dan sekedar berbagi, sahabat-sahabat semua dapat mempelajari bahasa Al-Qur'an secara digital. 

Bukan saja software yang membantu cara membaca, mengetahui hukum membaca (tajwid), atau terjemah, saat ini sudah tersedia software yang lebih terpadu dan lengkap dengan pelacakan ayat di mana kita tinggal mencarinya melalui suara, atau menuliskan kata kunci dalam hurup latin, atau arabic. 

Dengan software Al-Qur'an, saat ini para pembaca dapat melacak, mengetahui dan menghimpun ayat-ayat dengan tema yang sama, di mana kita tinggal mengetikkan bunyi/lafazh Al-Qur'an yang kita ingin ketahui. Demikian juga kita semua dapat mempelajari grammar bahasa Al-Qur'an: mulai dari akar kata, variasi kata yang terdapat dalam Al-Qur'an, sampai dengan berbagai versi penjelas (tafsir) nya. Beberapa software di atas, tersedia di bebeberapa situs yang bisa diakses secara free dan pastinya sudah menyediakan kebutuhan kita dalam mempelajari Al-Qur'an.

Kalaupun ada masalah, ini hanyalah soal ada/tidaknya niat dan kemauan kita untuk menjadi seorang muddakir. Dan menjadi seorang muddakir, tentunya harus disertai dengan niat belajar, dan keinginan mencari ilmu, karena orang-orang yang diberi ilmu-lah (orang yang dapat memanfaatkan kapasitas akal dan hati (qalbu/af'idah), mereka yang pada akhirnya akan memunculkan ketundukan dan keimanan (QS 22: 54).

Kembali, kepada mudahnya Al-Qur'an untuk dipelajari, setidaknya enam ayat diulang dalam Al-Qur'an, bahkan empat ayat diulang secara beruntun dalam satu surat, sebagaimana dikemukakan di atas. Ini bukanlah sebuah hal yang nihil makna dari Allah Swt. Tak ada suatu ciptaan Allah yang sia-sia, semua mengandung tujuan tertentu. 

Pengulangan dalam al-Qur'an, ternyata adalah sebuah metodologi pengajaran dari-Nya. Allah tegaskan dalam 2 ayat berikut ini, yaitu pada QS Thaha (20) ayat 113, disebutkan bahwa ada tiga kata kuci dari maksud pengulangan dalam Al-Qur'an, yaitu ancaman, keataqwaan dan pengajaran. Sementara dalam QS Azzumar (39): 23 diperoleh juga tiga hal yang terkait dengan maksud pengulangan dari Allah Swt dalam Al-Qur'an, yaitu: "...gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah (dan) Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya...". 

Kedua ayat ini ketika dihubungkan, maka terdapatlah satu korelasi, bahwa ayat-ayat yang berulang merupakan ancaman maka ini akan berdampak gemetar karena takut akan ancaman Tuhannya, kemudian tujuan ketaqwaan ini berkorelasi dengan ketenangan hati. Demikian juga untuk kata kunci ketiga sebagai pengajaran, hal ini berhubungan dengan menjadi petunjuk bagi yang menerima pembelajaran Al-Qur'an (muddakir).    

Metode Pengulangan dalam Al-Qur'an
Metode Pengulangan dalam Al-Qur'an

Akhirul kalam, penulis (sekedar) mengingatkan wa bil khusus buat diri sendiri, bahwa ketika kita mengimani Al-Quran, dengan segala identitas keluhuran Al-Quran, maka tak ada lagi alasan untuk tidak bisa dekat dangan Al-Quran termasuk mempelajari dan merenungkannya (taddabur). Hanya 2 hal, dan tak ada pilihan lain mengenai sikap terhadap Al-Qur'an bagi orang yang beriman, taddabur atau hati kita sudah terkunci mati.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan  (yatadabbaruuna) Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS 47: 24)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun