Mencoba mencari tahu ungkapan betis dalam bahasa dan budaya Arab, saya menemukan tulisan Kang Jalal (Jalaludin Rakhmat), mengenai kajian Tafsir. "Betis" in arabic adalah "Saq", menurut Kang Jalal "saq" berarti juga kesulitan atau situasi krisis yang membuat orang panik seperti dalam kalimat, "qa mat al-harbu binaa 'alaa saaq", artinya "peperangan telah mencapai tingkat yang kritis".Â
Bicara soal tafsir, saya mendapatkan pemahaman bahwa ayat-ayat Al-Qur'an adalah tafsir terbaik (25:33). Dengan demikian untuk menjelaskan satu makna kata dalam Al-Qur'an bisa dijelaskan dengan kata yang sama dalam ayat lain atau dengan memahami konteks ayat dan/atau surat dalam Al-Qur'an.
Untuk kata betis sebagai terjemahan dari "saq" dalam bahasa Arab, di ayat yang bercerita tentang kekaguman Ratu Bilqis sehingga beliau menyingkap  kedua betisnya, adalah hal yang mudah untuk difahami.
Namun dalam dua ayat berikutnya QS 68:42: "Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa..." kiranya kita perlu memberikan pengertian mengenai makna betis di atas. Betis siapa yang disingkapkan? Apakah betisNya? kalau emang demikian, apakah Allah mempunyai betis?
Dengan merujuk kepada konteks ayat sebelum dan sesudahnya juga kepada ayat lain dimana kata betis digunakan, yaitu dalam QS 75:29, kita bisa melihat bahwa kalimat "Pada hari betis disingkapakan" adalah merujuk kepada satu masa dimana perhitungan dan pertanggungjawaban amalan kita diselenggarakan, yaitu apa yang kita fahami sebagai yaumul hisab, yaumuddin. Pertanyaannya, mengapa menggunakan kata betis?
Dalam ayat 29 surat 75, disebutkan pertautan betis, lagi-lagi, ketika melihat konteks ayat ini, kita dapat memahami bahwa kalimat  ini menunjukkan suasana di satu waktu, kelak, yaitu akhir zaman. Beberapa ulama Tafsir memberikan penjelasan bahwa pertautan betis adalah kondisi sulit, kritis  termasuk saat kematian. Kata betis menjadi analogi pada saat kritis, panik, sulit. Dan ini bisa menjadi pemahaman yang tepat, termasuk pada frase menyingkap kedua betis, di QS 27:44, pada saat Ratu Bilkis menyingkap kedua betis, yaitu pada saat mengira bahwa lantai istana Nabi Sulaiman yang terbuat dari kaca, dikiranya sebagai air.   Â
Penjelasan ini kiranya sesuai dengan kalimat dalam bahasa Arab yang sebelumnya disampaikan:
"qa mat al-harbu binaa 'alaa saaq", artinya "peperangan telah mencapai tingkat yang kritis". Â Begitulah kepanikan, fase kritis yang dilewati manusia ketika hari akhir tiba, dimana semua perhitungan akan amalan kita di dunia akan kita pertanggungjawabkan. Ini adalah sebuah sunnatullah, hukum mukaffat, bahwa apa yang kita kerjakan akan dipertanggungjawabkan, kelak!
Dan akhirnya, setiap kata dalam Qur'an, kiranya, harus dimaknai dengan melihat pandangan dunia, world view atau weltanschauung, yaitu mengacu kepada kerangka kerja ide dan kepercayaan ketika suatu individu, kelompok, atau budaya menafsirkan dunia dan berinteraksi dengannya.
Dalam kasus kata "betis", ternyata tidak hanya menggambarkan kenyamanan, kekuatan, atau bisa daya tarik bagi sebagian kelompok masyarakat, tapi juga satu peringatan/tahapan kritis.
Sampai di sini,  ketika Qur'an diturunkan di wilayah Arab dengan Bahasa Arab, Allah tentunya akan menurunkan firmanNya dengan bahasa yang difahami oleh pandangan dunia orang Arab. Dan, kalau demikian adanya, adalah penting bagi setiap muslim  mendalami budaya Arab, termasuk bahasa Arab, sehingga bicara betis ternyata tidak selalau berbau hal-hal yang seksi-nya seorang wanita.