Allah Maha Bijak, baik status kemenangan atau kekalahan, Allah tidak pernah mengumumkannya. Ketika diumumkan, apakah benar seorang muttaqien akan tetap humble di tengah manusia lainnya? Tidak diumumkan aja, terlalu banyak manusia saat ini yang bukan hanya berasa sebagai muttaqien bahkan berperilaku sebagai Tuhan. Dalam kasus puasa, misalnya, dia, seorang muttaqien yang puasa, dia juga yang menilai dan menghakimi sendiri, dia juga yang (seenaknya) menilai sesamanya yang berpuasa lolos/tidaknya.Â
Akan berbeda ketika puasa dianggap sebagai pembelajaran dan pelatihan. Di bulan inilah kita sungguh melakukan berbagai pengkajian masalah-masalah ummat, di luar pengkajian keilmuan. Di bulan ini pula kita berlatih kedisiplinan, dan kejujuran. Disiplin akan waktu. kapan mulai dan kapan berakhir puasa setiap harinya. Kita juga akan belajar tentang kejujuran, kita sendiri yang akan menjadi wasit, batal/tidaknya puasa kita, berkurang/tidaknya pahala puasa kita. Dan sebagai pembelajar sejati, tidak pernah ada ilmuwan/intelektual yang berasa puas atas ilmu yang diperoleh. Untuk  itulah sikap humble di tengah manusia lain akan menjadi ciri pertama dan bijak dalam menyikapi berbagai persoalan.
Pilihan ada pada kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H