Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salah Jokowi: Catatan Hardiknas

3 Mei 2019   09:25 Diperbarui: 3 Mei 2019   10:14 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fase kehidupan mana dari kita yang paling berkesan?
Sweet seventeen, dunk! nah, bisa jadi ini adalah jawaban terbanyak. Dan mengapa sweet seventeen menjadi banyak pilihan? nah, bisa jadi karena banyak hal yang sebelumnya tidak boleh, menjadi boleh, atau diperbolehkan atau merasa itu jadi boleh. Ada sejumlah hal baru yang diperoleh dan boleh jadi, sebenarnya hal baru-lah yang membuat fase itu menjadi lebih berkesan.

Hal baru adalah fase awal, di fase inilah kita banyak menemukan kesan-kesan yang sifatnya sensasional. Bayak orang yang mengingat fase ini dan sebaliknya melupakan di fase akhir. Bagian akhir, kadang penuh dengan drama, unpredictable. Bahkan utk fase awal yang dominan dengan kesan sensasional, bagian akhir adalah hal yang dibenci, dan berharap tiada kata akhir.

Hari ini, adalah hari Pendidikan nasional, kan? ya, 2 Mei. Jadi kalau ditanya, apakah awal mula diperingatinya 2 Mei sebagai hardiknas? sebagian besar pasti tahu jawabannya, yang jelas berhubungan dengan tokoh pendidikan nasional, KH Dewantara. Tetapi kalau ditanya, kapan berakhirnya 2 Mei diperingati sebagai Hardiknas? jawabnya, wallahu 'alam (baca: tidak tahu).

Di setiap peringatan hardiknas, banyak tulisan membahas tentang pendidikan, tentunya, yang jelas di seputar kritik dan saran. Dan, buat saya bikin sedih aja, apapun kritik berlanjut ke saran termasuk pergantian mentri dengan kurikulumnya, pls dech, tengok indeks  pendidikan kita di ASEAN, ASIA dan Internasional, dimanakah kita berada? Ampuun dech...!

Kalau tidak mau disebut kualitas pendidikan kita merosot tajam, akuilah bahwa negara lain jauh lebih meningkat, bahkan yang dahulu peringkatnya di bawah kita, sekarang dah menyalip ke depan.

Jadi apa yang salah?
Ga ada yang salah.
Trus, siapa yang salah?
Ya, Jokowi. Pokoknya... apapun, ya Jokowi yang salah. Haha... kasihan Pa Jokowi.

Itulah, bisa jadi katakter manusia memang senang dengan hal baru, termasuk menteri pendidikan baru dengan kurikulum baru lebih luas lagi adalah sistem/standar pendidikan yang baru. Dan inilah fase awal yang penuh dengan sensasional itu. 

Sayangnya, saat-saat indah, berjalan dengan waktu, habis sudah ditelan waktu itu sendiri. Kemesraan pun berlalu, dan tinggalah kenangan, romantisme pun dipelihara. 

Dulu, kita jauh di atas Vietnam. Dulu, kita jauh di atas vietnam, Dulu.. dulu... dulu!
Mohon maaf, romantisme ini juga ada dalam wilayah kemetrian agamama (kemenag). Sorry to say, may be only in Indonesia, pendidikan di payungi oleh 2 kementrian. Pendidikan Umum di bawah Mendiknas, Pendidikan Agama (termasuk Islam) berada di Kemenag.

Di pendidikan islam berlaku juga romantisme, misalnya: Dulu... Islam menerangi dunia melalui sumbangan sains nya. Dulu, banyak sekali ilmuwan muslim yang bla bla bla. Dulu, Ilmuwan Muslim itu selalu menguasi lebih dari satu disiplin ilmu. Dulu, dulu, dan dulu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun