Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

May Day Jangan Terjebak Hanya sebagai Ritual atau Upacara

1 Mei 2019   11:52 Diperbarui: 1 Mei 2019   14:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai coretan ini dengan bahasan ritual dan upacara.

Ritual, biasa berkonotasi dengan kegiatan keagaamaan. KBBI menjelaskan Ritual adalah semua yang berhubungan dengan ritus. Ritus sendiri adalah sangat kental dengan kegiatan perayaan dan/atau upacara. Pembaptisan, shalat, ziarah, adalah sebagian contoh ritus yang disana ada kegiatan meperingati/peringatan, perayaaan, penyambutan dan adanya penataan.

Dengan menjelaskan ritual dan ritus kita juga bisa memahami sebuah upacara sebagai kegiatan peringatan dengan adanya penataan di dalamnya. Upacara Bendera atau sekaten, misalnya, dapat dijadikan sebagai dua contoh. 

Baik ritual ataupun upacara, di sana terdapat ciri yang sama, yaitu repetisi dari tindakan atau kegiatan yang berulang.

Ulang tahun, misalnya, setiap tahun kita memperingatinya, memajukan sebuah atau lebih permohonan. Lebih dari itu, bisa jadi dalam peringatan ulang tahun disisipkanlah nasihah/tausyiyah dari seorang bijak/ustadz untuk memberikan dan mengingatkan hikmah kepada yang sedang merayakan. Hal ini dilakukan secara berulang.

Impact yang biasa kalau tidak disebut tragis, adalah kita tidak pernah mengevaluasi akan berhasil/tidaknya permohonan kita, sudah atau tidaknya nasihat orang bijak kita lakukan.
Tetapi tetap saja hal ini dilakukan secara berulang.

Tanpa berpanjang lebar, terkait judul di atas, saya hanya memberikan catatan di MayDay tahun ini, jangan sampai terjebak ke dalam kondisi ritual atau upacara dimana setiap tuntutan senantiasa mengalun dan terus berulang, tanpa harus mengevaluasi keberhasilannya apalagi memperjuangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun