Pendidikan. Sebenarnya saya masih kurang mengerti tentang makna kata yang satu itu. Oh bukan. Maksud saya, saya kembali meragukan tentang makna yang satu itu. Terdengar aneh memang. Pendidikan dalam pemahaman saya yaitu sebuah lembaga yang mengajarkan seseorang untuk lebih mengerti. Itu kalimat yang paling sederhana dari kalimat-kalimat rumit yang selalu membayangi dalam benak saya tentang lembaga itu.
Beberapa hari ini, kita telah mendengar dan menyaksikan. Baik secara langsung maupun tidak. Indonesia digemparkan dengan tewasnya seorang siswa dalam sebuah pertikaian. Yah, ini merupakan fakta bahwa dunia pendidikan di negara ini benar-benar berada pada titik terendah.
Pendidikan yang seharusnya menjadi wadah generasi muda untuk 'berkembang' justru menjadi sebuah wadah generasi muda dalam mendirikan sebuah kekuasaan yang nyaris saja menyerupai tirani. Dimana dalam sebuah kekuasaan itu dipegang oleh seseorang yang memiliki kewenangan dalam mengatur kelompoknya.
Terkadang saya berfikir tentang masa depan bangsa ini jika saja pendidikan di negeri ini masih seperti ini. Apakah mungkin tujuan kakek-kakek dengan lubang peluru di dada yang dicolek dengan bayornet kompeni itu dapat terwujudkan? Saya rasa tidak. Lihat saja. Para peserta didik saat ini tak ubah layaknya bangsa bar-bar.
Lalu, siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas bobroknya dunia pendidikan di negeri ini?. Sang tuan yang berdiri dengan tatapan tajam kedepan 'kah? Tuan wakil-wakil raja yang duduk dalam genangan dolar di senayan 'kah? Pendidik 'kah?. Ah, rasanya percuma jika kita hanya saling melemparkan tanggung jawab. Bukankah masa depan bangsa ini dititipkan oleh kakek-kakek denga luka peluru itu kepada kita semua? Lalu? Yah, saya yakin kita semua sudah dapat mengetahui siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini jauh sebelum tulisan ini saya buat. Kita semua.
Saya yakin, saudara-saudaraku sekalian juga merasakan hal yang sama seperti apa yang saya rasakan. Miris. Mendengar generasi bangsa kita melakukan hal yang jauh dari kesan 'terdidik'. Yah, mungkin saja mereka juga ingin seperti gangster-gangster negeri ini. Gangster-gangster yang bersembunyi dibalik nama yang disebut 'ORMAS'. Ormas-ormas yang berlindung dibalik ketiak agama, ormas-ormas yang berlindung dibalik nama besar dasar negara, atau sejenisnya.
Kita semua memang harus betanggung jawab atas masa depan negeri yang kita cintai ini. Yah, meskipun takaran keikutsertaan kita berbeda-beda. Mungkin kita bisa memulai semua ini dari diri kita sendiri, lalu keluarga, lalu mungkin jika bisa masyarakat dan selanjutnya.Bukankah kita selalu berharap negara ini tak lagi dipandang sebelah mata oleh 'mereka' yang berdiri mengangkang di 'luar' sana. Dari sinilah. Dari dunia pendidikanlah kita dapat membuat semua itu menjadi suatu yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H