Mohon tunggu...
Setyawan 82
Setyawan 82 Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Tajamnya peluru yaka akan pernah bisa mengalahkan tajamnya pena. Ketajaman pena bermanfaat saat digunakan untuk hal yang patut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buya: Polri Dipimpin Tito Sudah Baik

12 Oktober 2018   18:33 Diperbarui: 12 Oktober 2018   20:48 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc. Pribadi: Buya dikenal sebagai sosok negarawan yang bijaksana.

Siang ini saya berkesempatan diskusi ringan dengan sosok bijak yang sudah tidak asing lagi, Buya Syafii Maarif atau sering dipanggil Buya. Hiruk pikuk perpolitikan di Indonesia setiap waktu melintas dihadapan kita melalui berita dan media sosial. 

Tak jarang kita mencium aroma black campaign dan negative campaign yang sengaja diviralkan untuk menjatuhkan lawan politik. Bahkan manuver-manuver pembunuhan karakter acap kali dilakukan tanpa moral. Yang jelas ini bukan tontonan yang mendidik bagi bangsa kita. 

Sedikit sekali politikus yang mau naik level menjadi negarawan. Banyak yang mengumbar syahwat kekuasaannya. Untuk memperoleh kekuasan segala cara digunakan bahkan mereka tak segan  untuk memutus urat malunya. Kasus Ratna Sarumpaet menjadi salah satu bukti kegagalan elit politik mengendalikan syahwatnya. Kejadian ini juga membuat tokoh sekelas Buya Syafii Maarif pun meradang dan heran. Ada apa dengan bangsa ini. Begini penjelasannya.

Pasca kasus hoax Ratna Sarumpaet dapat diungkap secara cepat oleh polisi. Ini nilai plus bagi polisi. Buntutnya tak sedikit nama politikus yang masuk dalam daftar laporan. Buntut pelaporan ini disebabkan keresahan dan kegeraman masyarakat melihat para elit politik ini tampil secara masif di depan publik memviralkan kebohongan Ratna Sarumpaet. 

Tak tanggung-tanggung, salah satu Capres dan Cawaprespun dianggap turut menyebarkan hoax tersebut hingga menggelar acara konferensi pers dihadapan puluhan media dengan didampingi tim pemenangannya.

Baru-baru ini tokoh politik senior sekelas Amien Rais pun tak luput mendapat surat panggilan dari Polda Metro Jaya terkait kasus Ratna Sarumpaet. Tak segera memenuhi panggilan Kepolisian, rupanya Amien muncul dengan strategi perang didampingi pengacara-pengacara yang siap membelanya. Puncaknya saat memenuhi panggilan, 500 orang dikerahkan untuk mengawal Amien diperiksa Polisi. 

Bahkan sebelum memenuhi panggilan Polisi, Amien masih sempat melempar kabar akan mengungkap kasus Korupsi kepada KPK. Namun, tak jelas berbicara siapa yang akan ia laporkan. Meskipun santer terdengar di media sosial melalui buzzer yang mengatasnmakan sekubu dengannya, bahwa isu ini dikaitkan dengan nama Kapolri dan sumber ini berawal dari sebuah situs Indoleaks yang entah darimana datangnya, bahkan Mahfud MD pun menganggapnya hoax sebagaimana tweetnya.

Di media sosial pun kini viral istilah kalimat tanggapan dari netizen, "dipanggil polisi, minta Kapolri dicopot, dipanggil KPK minta KPK dibubarkan, lalu bagaimana jika dipanggil Tuhan? Lucu memang para elite politik saat ini".

Meskipun Kapolri diserang dan ada yang sengaja hendak melakukan pembunuhan karakter dengan isu tak jelas, Kapolri tetap tampil dengan mengedepankan sikap sabar, tenang dan profesional. Bahkan ditengah tekanan, Polri berhasil menunjukan sikap profesionalnya dan justru menanggapinya dengan cerdas saat memintai keterangan Amien Rais, tegas Buya.

"Untung Polri bertindak cepat saat kebohongan Ratna Sarumpaet mulai didengungkan dan segera mengungkap kebohongan Ratna Sarumpaet ke publik, jika tidak entah seberapa parah dampak yang akan ditimbulkan disaat bencana melanda Indonesia. 

Berapa banyak orang akan menelan mentah-mentah hoax ini dan berapa banyak orang kemudian akan menuduh dan menyalahkan Presiden," jelas Buya.

"Semangat untuk Kapolri dan Polri dimana saja bertugas. Memang para politikus saat ini tidak mau diajak naik kelas menjadi seorang negarawan. Alih-alih memberikan contoh keteladanan yang baik, malah kegaduhan yang sering dipertontonkan dihadapan masyarakat. 

Isu agama sudah tidak lagi mempan digunakan, sekarang apa saja digunakan. Polri selama dipimpin Tito sudah baik. Jangan sampai negara ini dipimpin oleh orang yang salah. Mau jadi apa negara kita, ucap Buya.

STY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun