Mohon tunggu...
Setyawan 82
Setyawan 82 Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Tajamnya peluru yaka akan pernah bisa mengalahkan tajamnya pena. Ketajaman pena bermanfaat saat digunakan untuk hal yang patut.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Bencana Underpass Bandara Soetta, Salah Siapa?

8 Februari 2018   13:55 Diperbarui: 8 Februari 2018   23:19 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA-BMKG menyampaikan bahwa potensi hujan di wilayah Indonesia hingga Maret 2018 masih sangat besar, masyarakat dihimbau masih perlu waspada terkait potensi hujan lebat khususnya di daerah rawan longsor dan banjir. Hal ini disampaikan Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., melalui video conference dengan BNPB dan Kepala Balai Sungai, Selasa (6/2/2018) di Jakarta.

Hujan lebat disertai angin yang menerpa daerah Jawa Barat dan Jakarta pada Senin (5/2/2018) menelan korban jiwa. Musibah longsor underpass (terowongan) Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten menjadi perbincangan publik lantaran ada korban jiwa sehingga menjadi keprihatinan bersama, khususnya bagi keluarga korban musibah ini. Semoga korban husnul khotimah, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kelapangan.

Hingga hari ini, musibah underpass Bandara Soetta masih menjadi topik hangat dibeberapa media. Kejadian ini telah mengundang pertanyaan banyak pihak. Sebut saja Ombudsman yang menilai kelongsoran underpass akibat dari kelalaian pembangunan karena menurutnya ada kejanggalan dalam pembangunan infrastrukturnya. Hal ini disampaikan anggota Ombudsman Alvin Lie pada saat melakukan sidak di lokasi kejadian, Selasa (6/2/2018).

Demikian juga disampaikan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Suhendar yang menegaskan bahwa musibah longsor underpass bukan disebabkan faktor alam melainkan masalah kegagalan civil enginering terhadap beban beton penahan jalan. Hal ini disamapaikan Rudy Suhendar saat jumpa pers di Bandung, di hari yang sama.

Dari dua contoh di atas, cukup mewakili dari banyaknya opini yang beredar dibanding komentar lain yang kurang kredibel. Intinya adalah kesalahan utama ditujukan kepada Kontraktor pembangunan underpass bandara Soetta dalam hal ini PT. Waskita Karya (Persero), Tbk. (WSKT). 

Sebelum kita menjudge, akan lebih baik bila kita berpikir lebih jernih dan meminta penjelasaan ilmiah dari pihak yang dituduh bersalah dan beberapa pakar ahli supaya kedepan kejadian seperti ini dapat diminimalisir. Apalagi bila tuduhan berikutnya dikaitkan kepada PT. KAI (Persero) dan PT. Angkasa Pura, terlebih bila mencatut nama Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN yang bersalah, kesannya terlalu dipaksakan.

Melihat hal ini, dikutip dari indopos.co.id bahwa diketahu PT. Waskita Karya sebagai kontraktor Perimeter Selatan Underpass kawasan Bandara Soetta telah menerjunkan tim investigasi guna meneliti ambuknya underpass. Investigasi khusus telah dilakukan guna mencari penyebabnya dan berjanji akan menyampaikan penjelasan berdasarkan hasil investigasi. Hal ini disampaikan oleh Direktur PT. Wakita Karya, Tunggul Rajaguguk melalui rilis, Rabu (7/1/2018).

Marilah kita belajar menghargai kebenaran yang disampaikan melalui bukti atau fakta, bukan mengedepankan opini liar yang justru nantinya dapat merusak kredibilitas kita sendiri, lantaran kita sibuk mengkritisi hal yang kita tidak tahu kebenarannya. Sebaiknya tetap bersikap bijak dalam menyerap dan merespon informasi, sementara pihak yang ditunjuk hidung masih memerlukan waktu untuk memberi penjelasan serta bukti ilmiah.

Kami yakin sebagai putra bangsa yang berbudipekerti luhur, pihak PT. Waskita Karya akan merespon ini sebagai bentuk tanggung jawab bila memang pihaknya melakukan kesalahan, namun bila sebaliknya pastinya juga akan menyampaikan informasi kebenaran sesuai hasil investigasi yang dilakukan secara ilmiah. 

Pasalnya menghakimi segala sesuatu hanya berdasarkan opini singkat juga tidak sepenuhnya benar dan tidak dapat dijadikan dasar kuat dalam berdalil. Yang jelas bencana longsor underpass Bandara Soetta bukanlah kehendak kita semua. Tentusaja konstruksi itu semustinya dikerjakan sempurna sesuai perhitungan sesuai uji kekuatan yang dilakukan menyesuaikan kontur tanah dan kekuatan bangunannya yang telah dilakukan orang-orang profesional dan berpengalaman dibidangnya. 

Namun, seperti pepatah yang menyebutkan bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan, manusia berusaha dengan semua kemampuan yang ia miliki. Artinya dari 99% keberhasilan ada 1% potensi kegagalan, yaitu musibah. Artinya sesempurna manusia menciptakan atau membangun infrastruktur ada celah 1% kekurangan yang dapat berpotensi merusak peluang nilai 99%, yaitu musibah atau ketidakberuntungan.

Apapun kejadiannya, bilamana terjadi diluar harapan ideal manusia maka itu jamak kita sebut sebagai musibah, keadaanya sebaliknya disebut sebagai anugerah. Setyawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun