Gempuran iklan pinjol dari berbagai platform membanjiri media massa dan sosmed dalam 2 tahun ini. Gilak itu seperti ekstasi yang membuat banyak rekan kerjaku terjerat untuk mendaftarkan namanya di platform tersebut.
Mulai dari yang coba - coba iseng berhadiah, sampai ada yang menjadikan hobi bulanan untuk menambah pemasukan. Semua dilakukan untuk memenuhi syahwat keduniawiannya mencapai banyak hal dengan cara yang instant.
"Salah gak sih?"
Sah - sah saja toh itu hak pribadi masing - masing untuk menikmati kehidupannya.
"Terus salahnya dimana?"
Di sini permasalahannya, siapa yang enak? Siapa yang menanggung teror? HRD kami sangat kenyang di telpon dan di maki - maki atas hal - hal konyol yang tidak mereka lakukan.Â
Satu, dua kali OK masih termaafkan, untuk kesekian kali peraturan lah yang berbicara menertibkan penyakit kronis itu.
Jika ada yang main pinjol, telat bayar dan HRD di teror, surat teguran siap melayang sampai pemberhentian dengan persetujuan.
Cara keras tersebut dilakukan untuk membuat karyawan bertanggung jawab dan memenuhi kewajibannya tepat sesuai perjanjian.
Tapi apa daya, sudah kadung masuk kubangan pinjol dan terus menumpuk bungannya membuat kondisi semakin kritis.
Dampak buruk dari nestapa pinjol tidak terbayar adalah menurunnya gairah dan performa kerja di lingkungan kerja. Produktivitas di pertaruhkan karena boro - boro kerja bener, masuk gerbang pabrik pikiran sudah melayang - layang.
Perusahaan yang baik dengan HRD sebagai front man nya mengajak untuk membuat terobosan membantu karyawan lolos dari jeratan pinjol dan kembali perform seperti sedia kala.
Perbaikan sistem di semua lini, mendorong pertumbuhan margin profit yang signifikan, dari sinilah bonus bisa di cairkan.
Belum cukup sampai disitu, pembentukan koperasi karyawan sebagai alternatif dana cadangan untuk cover cicilan dan menyambung hidup dengan tidak di pungut bunga seperti bank, bahkan pembagian SHU dilakukan untuk menambal kebocoran gaji.
Effort yang luar biasa dari manajemen menyelamatkan karyawannya. Langkah - langkah di atas masih di tindaklanjuti dengan pemberian pelatihan untuk mengembalikan mental dan kesadaran psikologisnya.Â
Melalui training etos kerja profesional dan langkah - langkah meningkatkan produktivitas mampu mengatasi problem kronis karena jeratan pinjol.
Pinjol sebetulnya bisa menjadi solusi yang tepat jika digunakan dengan cermat dan bijaksana.
Tapi literasi finansial yang buruk membuat alat yang baik tidak bekerja justru menjadi petaka yang berbahaya. Dengan memperbaiki mindset hidup sebetulnya bisa tertata dengan baik.
Beribadah dengan sebenar - benarnya ibadah, membelanjakan gaji sesuai kebutuhan bukan keinginan, tidak tergoda iming - iming bisa kaya karena berjudi, menyelesaikan kewajiban dan tanggungan, belajar mencari tambahan pendapatan serta mengganti tongkrongan adalah cara - cara yang baik untuk meningkatkan produktivitas dalam hidup.
Pada akhirnya, dapat ditarik suatu kesimpulan, salah satu cara meningkatkan produktivitas di lini kerja adalah dengan cara membuat sistem dan pendekatan yang baik untuk mengelola sumber daya manusia bisa konsisten menjaga dirinya dari burnout baik di lingkungan kerja ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Dan paling penting jangan lupa selalu bersyukur.
Udi Wiyono
Profesional di bidang back sheet manufacturing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H