Semenjak era kapitalisme-liberalisme yang mulai menggeliat dalam perekonomian, tercatat dunia ini pernah mengalami perlambatan ekonomi. Dalam menyikapinya, masing-masing negara di dunia mengambil paket kebijakan ekonomi yang berbeda-beda. Di tengah-tengah gonjang-ganjing perekonomian yang tidak stabil serta rasa bosan terhadap reputasi kapitalis, Inggris mulai berbenah.
Mulai tahun 2000-an silam, negara-negara Eropa mulai membuka diri terhadap perekonomian Islam. Banyak negara di Eropa yang mengadopsi konsep ekonomi Islam setelah mereka menyadari tujuan yang jelas dari sistem ini dalam menangani pelbagai masalah yang erat kaitannya dengan ekonomi, seperti masalah kesenjangan sosial yang semakin menggila.
Walaupun bukan berasal dari negara muslim, Inggris merupakan negara termaju dalam menerapkan ekonomi Islam terutama keuangan syariah. Sejak awal perekonomian Inggris memang didasari kesejahteraan sosial yang dipadukan dengan pasar bebas. Alasan itulah yang membuat Inggris merasa cocok dengan sistem ekonomi Islam. Tidak ada satu pun sektor yang bisa menghindari krisis global, akan tetapi keuangan syariah menunjukan ketahanan yang sangat luar biasa.
Hal ini pun memicu ketertarikan negara Barat lainnya terhadap konsep ekonomi Islam, seperti Perancis, Jerman, dan Italia yang pada akhirnya juga mengadopsi sistem ini. Industri perbankan syariah bisa berkembang dengan sedemikian pesatnya karena komitmen sistem tersebut pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan dalam pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba (tanpa bunga), pelarangan spekulasi mata uang yang berdampak terciptanya iklim perekonomian yang sehat dan stabil, dan sistem bagi hasil sehingga tidak mengalami spread sebagaimana yang dialami ole bank-bank konvensional.
Dengan begitu, para pelaku ekonomi tidak terbatas hanya pada kalangan atas saja, kalangan kecil pun bisa "bermain" di pasar ekonomi dunia.
Keungulan ekonomi syariah dibanding sistem kapitalis-liberalis pada akhirnya sangatlah terlihat nyata. Amerika Serikat, misalnya. Sebagai negara teratas ekonomi terbesar dunia berdasarkan PDB "Nominal" sekaligus pemilik mata uang dollar yang paling banyak digunakan di dunia, ternyata belum bisa menyelesaikan masalah kesenjangan ekonomi dan kemiskinan meskipun menyandang sebagai status perekonomian terbesar di dunia. Maka dari itu, salah satu solusi terpenting dalam me-recovery ekonomi adalah penerapan ekonomi Islam secara total.
Selain itu, bukti ketertarikan negara-negara barat (sentral kapitalis) akan ekonomi Islam juga dirasakan didunia pendidikan, dimana ditandai dengan hadirnya prodi/jurusan Islamic Study di berbagai kampus terbaik dibelahan benua Eropa, Australia dan Amerika yang notabene dikenal sebagai negara mayoritas non muslim dan pusat Kapitalis dunia.
Bahkan di salah satu kampus tertua ketiga dan terbaik di Inggris, yakni Durham University telah membuka jurusan Islamic Finance & Economic. Hal ini sebagai salah satu bukti keseriusan Inggris dalam mempelajari sistem ekonomi Islam dan menggambarkan kejenuhan mereka terhadap sistem kapitalis.
BAGAIMANA POSISI INDONESIA?
Indonesia saat ini sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia  seharusnya bisa berpeluang menjadi kiblat sistem ekonomi Islam di dunia. Namun pada kenyataannya saat ini Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi korban atas jebakan sistem kapitalis dunia.
Sistem ekonomi Islam lah yang bisa menjadi solusi yang tepat bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan sistem kapitalis yang selama ini menjerumuskan Indonesia pada krisis berkepanjangan serta ketergantungan kepada kelompok negara Kapitalis. Karena sejarah mencatat sistem ekonomi Islam pernah berjaya dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara.