Mohon tunggu...
Uday Rayana
Uday Rayana Mohon Tunggu... -

Author : www.kelolamedia.wordpress.com. \r\n\r\nCEO Selular Media Group. \r\n\r\nKontak uday.rayana@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memahami Industri Transportasi Online

7 Mei 2019   21:18 Diperbarui: 7 Mei 2019   22:02 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya tidak tahu kopi apa yang diminum oleh Jonathan Latu sebelum menulis artikel berjudul “Strategi Grab ‘Menjilat’ Kemenhub untuk Monopoli Ojol di Indonesia”. Walaupun blog adalah tulisan populer, tetap saja artikel yang diunggah harus didasarkan pada pemahaman apa yang ditulis dan didukung data-data yang valid.

Ini penting untuk menjaga Kompasiana sebagai platform “public blogging” yang berisi tulisan-tulisan kredibel dan berbasis informasi yang akurat. Ada beberapa sesat pikir yang ditunjukkan di sana. Saya tergerak untuk mengomentarinya agar tulisannya ke-6, ke-7, dan seterusnya dapat lebih akurat dan tidak misleading.

Ketidakpahaman Jonathan langsung terlihat ketika ia membahas soal promo Rp 1. Dengan akal sehat saja orang bisa paham bahwa ini adalah gimmick. Perusahaan pasti sudah memikirkan suatu model keuangan sehingga promo ini menarik namun tidak merugikan pengemudi.

Yang terjadi di Grab, driver dapat penuh dari tarif tanpa potongan dan tidak mengurangi pendapatan. Pencairannya pun bisa dilakukan pada hari yang sama. Analoginya sama kalo GoFood promo gede-gedean di HARKULNAS kemarin. Memang restoran atau driver yang nanggung promonya? Yah GoFood lah yang nanggung biaya promonya.

Selanjutnya ia membahas apa yang terjadi pada Uber. Di tulisan itu ia menyebut bahwa “Uber jadi korban dan akhirnya menghilang dan dimerger oleh Grab”. Pertanyaan pertama: apakah ia mengikuti betul proses kolaborasi Grab dan Uber?

Kini, Uber memiliki 27,5% saham Grab dan CEO-nya menjadi salah satu anggota direksi Grab. Sederhananya,  Uber dan Grab menjadi sister tech company yang saling memperkuat dan mengembangkan bisnis. Keberhasilan Grab tentunya jadi keberhasilan Uber juga.

Keterangan yang misleading disampaikan debutan Kompasiana ini dengan mengatakan bahwa “driver ex-Uber pindah ke Gojek karena sekali daftar langsung bisa ‘ngebid’  sedangkan jika ke Grab harus ribet proses mutasi perusahaan”.

Bisakah Jonathan memberikan data berapa dari driver ex-Uber yang pindah ke Go Jek dan berapa yang ke Grab? Berdasarkan Kumparan malah 75% driver Uber sudah pindah ke Grab. Jonathan juga tidak paham bahwa masing–masing perusahaan memiliki standar dalam rekrutmen dan validasi data calon driver.

Yang saya tahu, pendaftaran di Grab butuh waktu lebih lama karena harus ada Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) sehingga calon driver tersebut diketahui rekam jejaknya, sementara di Go-Jek tidak ada proses itu. Apakah proses validasi itu membuat driver ex-Uber merasa ribet dan tidak mendaftar ke Grab? 

Isu pelecehan seksual dan perilaku tidak sopan dan merugikan konsumen lainnya memang isu besar dalam industri transportasi online. Sekali lagi Jonathan asbun alias asal bunyi dengan mengatakan bahwa di Grab hampir tiap bulan terjadi serangan dan pelecehan seksual.

Dari mana datanya? Dalam pengamatan saya, Grab lebih maju dalam menyediakan fitur-fitur keselamatan daripada Gojek, baik itu tombol darurat, fitur share my ride, penyamaran nomor telepon hingga safety camera di dalam mobil GrabCar yang sudah ada sejak tahun lalu. Bahkan driver Grab sekarang mesti selfie dulu sebelum narik agar akun ga dipake driver lain.

Apalagi Grab mau menjalin kerja sama dengan Komnas Perempuan, Institut Perempuan dan Yayasan Pulih sebagai bukti komitmennya untuk keselamatan dan kenyamanan pengemudi dan penumpang perempuan. Gojek baru bulan Maret tahun ini punya tombol darurat yang dipromosiin gede-gedean. Jadi, saran saya buat Bung Jonathan, di zaman big data ini kita harus bicara dengan data.

Selain asbun dan ngaco tentang data, Jonathan mengatakan bahwa Grab hanya memedulikan cara mengeruk duit dari Indonesia ke Malaysia. Saya kira ini cocok dengan motto dia “menulis supaya membaca”, karena waktu dia menulis dia belum cukup banyak membaca. Bisnis tentu berorientasi keuntungan, tapi bagaimana cara seseorang berbisnis dan bagaimana keuntungan itu membawa manfaat yang akan membedakan satu pebisnis dengan pebisnis yang lain.

Riset terbaru dari Tenggara Institute, telah membuktikan bahwa kehadiran Grab memberi kontribusi Rp 48,9 triliun bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, driver Grab baik yang roda dua dan roda empat merasakan kenaikan pendapatan lebih dari 100% alias lebih dari dua kali lipat! Semoga Jonathan membaca ini karena kan dia sudah menulis. Dan apakah Jonathan pernah meriset dan membandingkan paket benefit yang diterima oleh pengemudi dari dua aplikator? Udah liat program Umrah dari Grab buat driver terbaiknya.

Mungkin tulisan ini muncul karena adanya tarik ulur mengenai tarif ojol yang saat ini masih ramai dibicarakan di media maupun media sosial. Seinget saya tahun lalu pas ada demo driver ojol besar-besaran pihak GoJek bilang mereka siap naikkan tarif jika Grab naikin. Sekarang ketika Grab sudah mematuhi peraturan Permenhub, GoJek berkilah dan sempat menurunkan tarif kembali ketika uji coba baru saja diberlakukan selama 3 hari. Jadi sebenarnya siapa yang bermain-main disini?

Apa yang disampaikan Jonathan cenderung tendensius dan bisa disebut fitnah. Mudah-mudahan tidak ada yang membawanya ke ranah hukum. Saran saya, Jonathan perlu memahami apa yang dia tulis dan mencari data-data yang valid. Sudah nggak zaman lagi menulis asal keras dan vokal untuk dapat perhatian. Pembaca kita sudah pada pinter.

Bahan Rujukan :

https://www.kompasiana.com/qitmr/5ccfb8f97d1b90310f166942/strategi-grab-menjilat-kemenhub-untuk-monopoli-ojol-di-indonesia

https://kumparan.com/@kumparantech/75-driver-uber-sudah-gabung-ke-grab

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/21/14111631/penumpang-grab-kini-bisa-tekan-tombol-sos-saat-keamanannya-terancam 

https://help.grab.com/hc/id/360000298087-Menggunakan-fitur-Share-my-ride?launch_path=N%2FA 

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190226104048-185-372638/jaga-privasi-grab-samarkan-nomor-telepon-penumpang 

https://akurat.co/iptek/id-412509-read-grabsiaga-kamera-yang-siagakan-pengemudi-dari-kejahatan

https://www.antaranews.com/berita/747906/grab-hadirkan-fitur-selfie-authentication-tangkal-kecurangan-mitra-pengemudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun