Mohon tunggu...
Ayah Quina
Ayah Quina Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar tiap hari

my quina :) :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Tidak Ada Lagi yang Bercita-cita Menjadi Petani

23 Juli 2011   18:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_120870" align="aligncenter" width="400" caption="rinuhadi.files.wordpress.com"][/caption] Bila ditanya kepada anak-anak atau pemuda yang sedang duduk di bangku sekolah atau perguruan tinggi tentang cita-citanya kelak, hampir dipastikan tidak ada satupun yang mengatakan ingin bercita-cita menjadi petani, kebanyakan jawaban yang keluar dari mereka adalah  bercita-cita menjadi dokter, pilot, guru, penulis dan lain sebagainya. Cita-cita menjadi petani jarang tercetus dalam menjelaskan keinginan atau harapan seseorang dalam bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya kelak. Serendah itukah menjadi petani, padahal untuk memenuhi kebutuhan hidup bersumber dari hasil pertanian petani agar kebutuhan hidup terus tersalurkan. Bila demikian,  menjadi petani adalah pekerjaan yang mulia karena dapat memenuhi kebutuhan dasar orang banyak. Namun saat ini pekerjaan sebagai petani hanya menjadi pilihan terakhir, saat tidak ada pekerjaan yang diperoleh oleh job seeker, profesi petani dengan akan diamini sementara oleh pencari kerja, realita ini muncul karena stigma terhadap profesi petani hanya dilakukan orang yang oleh orang yang telah tua atau berumur masih melekat. Memburuknya pandangan terhadap profesi sebagai petani tercipta oleh masyarakat itu sendiri, sebuah kasus nyata dimana seorang anak yang mengatakan ingin menjadi petani saat ditanya sang guru, harus  menangis karena menjadi bahan olokan teman-teman sekelasnya dan seorang Sarjana yang kembali ke Desa harus sabar saat menerima celotehan yang mengiris hati seperti ungkapan “buat apa sekolah tinggi bila akhirnya menjadi petani”, sebuah ungkapan penggambaran pandangan masyarakat terhadap profesi petani yang masih dianggap tidak membutuhkan pengetahuan dalam bertani. Rendahnya minat anak-anak dan pemuda bercita-cita menjadi petani dipengaruhi oleh pandangan terhadap petani yang selalu hidup pas-pasan dan kesejahteraan petani di Indonesia tidak membaik dan profesi sebagai petani dianggap belum menjanjikan. selain itu, profesi petani selalu dikonotasikan sebagai suatu profesi yang tidak membutuhkan pendidikan, Sebuah cita-cita atau angan-angan masa depan yang terbaik adalah masing-masing individu, namun sangat menyedihkan bila suatu saat tidak ada lagi petani di Indonesia dan tidak dapat dibayangkan bahwa luas daratan Indonesia tidak mampu memenuhi kehidupan hidup penghuninya, tidak salah bila impor beras dan sapi akan terus terjadi sampai kapanpun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun