Mohon tunggu...
Yusi Nur Apriyani
Yusi Nur Apriyani Mohon Tunggu... -

Pelajar SMA di daerah Purwakarta, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Kita

21 Juni 2011   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:19 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu

Aku ingin rumah yang kita huni ini

Tetap berdiri kokoh

Walau banyak badai disertai hujan

Bapak

Aku ingin tak ada lagi pertengakaran

Yang terdengar menggema di rumah ini

Bukan karena kambing hitam ataupun siapa

Tapi ini karena kesadaran diri

Ibu

Aku ingin kau mengajariku tentang keadilan

Agar aku bisa tahu

Mengapa di rumah ini banyak ketidakseimbangan

Bapak

Aku ingin kau beli kapur barus yang banyak sekali

Atau mungkin perangkap tikus yang mematikan

Karena setiap kali ku tertidur

Selalu saja terdengar decitan-decitan aneh dari makhluk kotor yang menjijikkan

Sudah banyak korban yang dia makan dengan gigi kotornya itu

Lihat! Bunga yang kutanam dia gigit tanpa belas kasihan

Pak, akankah kau diam saja melihat mereka memakan rumah kita?

Ibu

Aku ingin melihat birunya langit dari rumah ini

Tanpa terhalang sedikitpun awan

Apalagi sesuatu yang menyerupai awan

Yang hitam dan menyesakkan

Ibu

Aku ingin melihat rumah kita dari atas awan

Apakah tetap hijau seperti yang kulihat dalam album kenangan?

Ataukah terlihat lebih hebat dari apa yang kusangka?

Bapak

Aku ingin tahu kenapa rumah kita benar-benar tak seperti apa yang kusangka?

Kemana larinya warna hijau yang menyejukkan mata?

Kenapa hanya ada tanah tandus yang tak bisa kutumbuhi bunga?

Kenapa semuanya tak seperti dulu lagi, Pak?

Ibu

Jika aku jadi serdadu tentara atau abri yang kuat

Akankah aku bisa menahan kokohnya rumah ini?

Ibu

Jika aku panggil seorang satpam ke rumah kita ini

Akankah satpam itu bisa mengatasi pertengkaran-pertengkaran selama ini?

Ibu

Jika aku jadi hakim pengadilan

Akankah aku bisa bersikap adil sehingga rumah kita jadi seimbang lagi?

Ibu

Jika aku menyemprotkan banyak racun mematikan pada tikus-tikus rumah ini

Akankah mereka semua mati dan tak memakan barang-barang di ruma ini lagi?

Ibu

Jika aku sirami semua tanah di rumah kita ini

Akankah rumah ini kembali hijau dan dinaungi birunya langit yang hanya berhiaskan awan putih?

Bapak

Apakah kau percaya bahwa aku bisa melakukan semuanya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun