Mohon tunggu...
uci fad
uci fad Mohon Tunggu... -

aku adalah aku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Hidupku Hancur Dipenuhi Penyesalan"

4 November 2010   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:51 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki dengan sosok tinggi semampai, berkulit putih dan dengan penampilannya yang "macho" itu bernama "RYAN"... Ryan merupakan anak tunggal dari keluarga yang cukup terpandang di daerah asalnya "Malang". Sejak kecil hingga usianya sekarang menginjak 19 tahun kedua orang tuanya selalu memanjakannya dan apapun yang diinginkan  Ryan selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. ini tidak lain Karena Ryan anak tunggal di keluarganya, kepada siapa lagi kasih sayang kedua orang tuannya tercurahkan, kecuali hanya untuk dia... Perlakuan kedua orang tuanya tersebut membuat Ryan tumbuh menjadi seorang remaja yang keras kepala, tempramen, sombong, dan angkuh. Sejak duduk dibangku SMA, ia bercita-cita ingin melanjutkan studi dengan masuk ke salah satu perguruan tinggi Negeri terkemuka di Yogyakarta. Pada awalnya kedua orang tuanya menentang  keinginan Ryan untuk melanjutkan studi ke Yogyakarta. Mereka khawatir bagaimana nanti Ryan disana, siapa yang mengurus kebutuhannya sehari-hari, bagaimana pergaulannya disana, kalau Ryan sakit siapa yg merawat dia.. Kekhawatiran kedua orang tua Ryan bukan tanpa alasan, karena selama ini kedua orang tuanya tidak pernah jauh dari Ryan walaupun hanya dalam jangka waktu 24 saja..apalagi Ryan anak satu satunya bagi mereka... Keras kepala Ryan lah yang membuat hati kedua orang tuanya seperti es yg mencair .. Sejak pertentangan keinginannya dengan kedua orang tuanya, Ryan selalu mengurung diri di kamar, mogok makan, mogok bicara, bolos sekolah. Hati org tua mana yg tidak miris dengan keadaan anaknya seperti ini. akhirnya setelah kedua orang tuanya melihat Ryan yg makin hari makin menjadi jadi. Kedua orang tuanya lantas mengizinkan dia untuk kuliah di Yogyakarta. Pagi itu mentari bersinar cerah, seakan-akan memamerkan keindahan cahayanya pada dunia dan siaga untuk membangunkan seluruh penghuni bumi untuk segera memulai aktivitas mereka.. tepat tanggal 8 Juni 2009 Ryan  bersiap siap untuk memulai jejak hidupnya yg baru merantau ke yogyakarta untuk menuntut ilmu. Tepat pukul 20.00 dengan diantar kedua orang tuanya  Ryan berangkat menuju Yogyakarta dengan menaiki bis Safari Dharma Raya. Sesampainya di Yogya, Ryan dan Kedua orang tuanya langsung menuju ke Hotel yang jaraknya dekat dengan kampus yg akan ia masuki. Setelah cukup waktu untuk mereka beristirahat, ryan dan kedua orang tuanya menuju ke kampus Ryan untuk memenuhi persyaratan sebagai mahasiswa baru. Ryan tidak perlu bersusah payah mengikuti  ujian masuk dari PTN tersebut, karena sebelumnya ia telah tercatat lulus dalam penyaringan siswa berprestasi, melalui jalur PMDK. Ini  tidak mengherankan karena ia selalu masuk dalam 3 besar di kelasnya selama duduk di bangku SMAnya yg juga salah satu SMA tervaforit di Malang. Setelah selesai menyelesaikan seluruh persyaratan di kampusnya, ia dan kedua orang tuanya mencari kos di daerah sekitar kampusnya. Hari perpisahan Ryan dengan kedua orang tuanya pun tiba, kedua orang tuanya harus kembali ke malang untuk mengurusi perusahaan mereka, karena hampir seminggu ini mereka berada di Yogya. Dengan penuh linangan air mata yg membasahi wajahnya, ibu Ryan melepas anaknya untuk belajar hidup sendiri di Yogya.." Jaga diri baik-baik ya Nak, mama papa sayang kamu, kami akan selalu mendoakan kamu nak", ucapnya. Walaupun sang ayah tampak tegar di wajahnya ketika akan melepas anak tunggalnya, namun dlm hati kecilnya sungguh teramat berat melepas Ryan. Menginjak semester 2 Ryan mulai berubah, ia selalu pulang subuh, pergi ke tempat2 "dugem", merokok, minum minuman keras, entah sudah berapa wanita yg pernah menjalin tali kasih dengannya kemudian ia putuskan hubungannya begitu saja.. Salah pergaulanlah yg membuatnya seperti ini.. keadaanya seperti ini ia mampu sembuyikan rapat2 dr kedua orang tuanya bak aktor terkenal, skenario ia susun baik-baik agar kedua orang tuanya tak curiga dengan keadaanya sekarang. Kesombongan dan keangkuhannya membuat teman teman di kampusnya sedikit demi sedikit menjauhinya. Keadaan Ryan semakin menjadi-jadi, tidak hanya pulang subuh atau pergi ke tempat2 "dugem", kuliah pun ia sering membolos, tidak hanya itu, sekarang ia mulai belajar adat orang barat yaitu dengan melakukan "sex Bebas" dengan banyak wanita. Suatu hari Ryan mendapat telpon dari ayahnya, "Nak, bisa pulang?, mama mu sakit keras, ia selalu menyebut-nyebut namamu, sekarang mama di rawat di rumah sakit". tak disangka malah jawaban acuh yg di dengar ayahnya yg keluar dr bibir anak tunggal kebanggaan mereka, "Alah paling jg mama sakit biasa, panggil dokter, minum obat juga bakalan sembuh. Udah ya Pa, aku sibuk bnget ni bnyak tugas kampus Ryan lagi pusing". ..Tut..tuut....telpon langsung diputus Ryan. Seketika itu hancur hati papanya mendengar ucapan dari Ryan, tak disangka betapa acuhnya Ryan sekarang dengan mama yg telah mengandungnya selama 9 bln, melahirkannya dgn penuh perjuangan antara hidup atau mati, merawatya, membesarkannya serta telah mendidiknya menjadi anak yg pandai. Beberapa bulan yg lalu ibunya dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan karena sering mengeluh sakit kepala, pandangan menjadi kabur, tiba2 tidak sadarkan diri, sering kejang-kejang. Betapa kaget ayah dan ibunya dgn diagnosa yg dilontarkan dokter, "Bu, berdasarkan keseluruhan pemerikasaan yg telah ibu jalani, penyakit yg ibu derita adalah kanker otak stadium lanjut". Seketika itu linangan air mata menetes di pipinya, bukan khwatir akan sisa hidupnya, tetapi khwatir karena ia teringat akan Ryan, karena tinggal sedikit sisa hidupnya untuk bertemu Ryan.."Ryan belum wisuda, Ryan belum Menikah, tidak sempat pula ia menimang cucu yg akan diberikan Ryan untuknya", hanya Ryan..Ryan..Ryanlah yg terus berada di hati dan pikirannya. Ibunya sengaja meminta ayah Ryan menyembunyikan perihal penyakitnya dari Ryan, agar Ryan tidak Khawatir dan kuliahnya terganggu.. berpuluh-puluh kali ayahnya coba menelpon Ryan, tetapi tetap saja "Nomor yg ada tuju tdk dapat di hubungi atau berada diluar jangkauan", sambil meneteskan air mata ayahnya terus mencoba menghubungi anaknya. "Nak papa ingin mengabarkan padamu, kalau mamamu telah di panggil sang Ilahi, pulanglah Nak, papa mohon", hanya kalimat itu saja yg ingin di sampaikan ayahya pda Ryan.. Sudah berapa air mata yg menetes di wajah ayahnya untuk menghubungi Ryan...Tak henti2nya ayah Ryan mencoba menelponnya sambil berdiri disamping tubuh ibunya yg telah kaku...Hingga sore hari, Ryan belum bisa di hubungi juga dan tanpa kehadiran Ryan yg telah ditunggu2 lama...akhirnya pemakaman ibunya dilaksanakan. Beberapa bulan terakhir ini, Ryan merasakan Deman dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas, Batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang berkepanjangan, Diare terus-menerus, Bintik-bintik berwarna keungu-unguan di tubuhnya, Berat badan menurun secara drastis, dan semakin hari semakin parah. Kemudian ia memeriksakan diri di slah satu rumah sakit swasta di Yogya. bagai disambar petir di siang hari, dokter telah memvonisnya terkena "AIDS". Segera ia meninggalkan ruangan dokter dengan wajah pucat pasi..perasaan yg campur aduk. Sesampainya di kosnya, ia mendengar di salah satu siaran Chanel TV memberitakan bahwa seorang pengusaha terkenal yg sudah jatuh bangkrut di kota malang di temukan meninggal dunia oleh tetangganya di kamarnya setelah 2 hri tidak terlihat, di duga meninggal akibat serangan jantung dan stroke.. Seketika itu Ryan hanya terdiam kaku, terdengar karena tidak lain adalah  ayahnya sendirilah yg diberitakan tersebut.. Hari itu juga ia bergegas ke malang...tapi sayang, setibanya disana ayahnya telah dimakamkan di samping makam ibunya..tak sempat ia memandikan dan mensolatkan jenasah ayahnya...Betapa kagetnya, karena ia juga mendapati sebuah nisan yg bertuliskan nama ibunya...seketika itu tangisannya menyeruak di pusara kedua orang tuanya..orang2 yg menghadiri pemakaman pun tak sanggup membendung air mata mereka. Salah seorang kerabat Ryan menceritakan tentang kepergian ibu dan ayahnya, tak henti-hentinya air mata menetes sampai tak terasa membasahi wajah dan bajunya...dan hnya satu kata yaitu "PENYESALAN" yg ia rasakan dihatinya saat ini. Ia menyesal mengapa saat ayahnya menelpon saat itu ia tidak langsung pulang untuk terakhir kalinya bertemu ibunya..."Aku anak durhaka, ma pa maafin Ryan, ryan menyesal"...Andai waktu dapat diputar kembali. hidupnya telah hancur, tdk hanya ujian hidup karena menyakiti hati, menjadi anak durhaka , serta ditinggal kedua orang tuanya, tapi masa depannya untuk memperoleh gelar sarjana yg menjadi impiannya dan kedua orang tuannya pun telah hancur karena ia terkena "DO" dari kampusnya, di tambah lagi dengan kenyataan pahit yg harus ia terima bahwa ia telah divonis menderita AIDS, yg hasil dari buah yg telah ia tanam karena telah melakukan seks bebas.. Tidak kuat menerima kenyataan hidup serta cobaan yg bertubi2 yg ia alami... Akhirnya ia memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun di sungai Brantas di Malang. Semoga cerpen saya ini menjadi inspirasi untuk kita semua. Betapa sungguh berharganya kedua orang tua kita..jangan sekali-kali membuat mereka bersedih atapun meneteskan air mata.. [caption id="attachment_314563" align="alignnone" width="300" caption="jangan sampai membuat mereka bersedih hingga meneteskan air mata "][/caption] bahagiakanlah mereka di dunia dan akhirat kelak..kasih sayang orang tua sepanjang masa..betapa pun kita marah kepada org tua kita jgn sampai terlontar kata2 yg menyakiti hati mereka...Ingat ketika kita dibesarkan, tanpa lelah meraka memeras keringat yg tak pernah mereka hiraukan sedikitpun untuk kita...Ridho kedua org tua kita adalah Ridho Allah..marilah mulai sekarang cintailah dan berterima kasihlah kepada kedua orang tua kita yg telah merawat, membesarkan serta mendidik kita.. Ma pa..uci syang kalian..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun