Fakta bahwa bencana di Indonesia secara umum disebabkan karena
ulah manusia telah menemukan relevansinya. Pasalnya, sebagaimana
dikabarkan bahwa akhir-akhir ini kebakaran yang melanda di sebagian wilayah di Indonesia memang ada unsur kesengajaan, baik yang dilakukan
oknum korporasi ataupun yang lainnya. Bahkan sejak tanggal 9 Oktober
2019 BMKG mendeteksi peningkatan jumlah titik panas (hotspot) di beberapa
wilayah Indonesia telah tercatat sebesar 1.547 titik. Titik panas tersebut
berasal dari wilayah Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi dan
Kalimantan Timur.
Masalah lingkungan hidup hingga saat ini --dalam bentuk apapunmemang banyak menuai perhatian masyarakat dunia, karena realitas
mengatakan bahwa alam dari hari ke hari kian kritis. Hutan yang menyuplai
oksigen kian hari kian menciut, air laut dan air sungai tercemar, tanah
terkontaminasi zat-zat yang berbahaya, lapisan ozon semakin menipis dan
menyebabkan panas yang sangat terasa, gumpalan gunung es di Kutub
Utara dan Kutub Selatan mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air laut Seluruh fenomena ini dapat berakibat fatal bagi keberlangsungan
semua spesies makhluk hidup di muka bumi.
Oleh sebab itu, untuk memutus mata rantai ini, perlu kiranya
memberikan pemahaman kepada anak-anak (anak usia dini) dengan
harapan bahwa merekalah kelak yang akan mewarisi dan menghuni alam ini.
Dengan adanya penyadaran itu kerusakan lingkungan di waktu yang akan
datang dapat lebih bisa dikontrol dan diminimalisir. Pentingnya penanaman
pengetahuan terkait lingkungan kepada anak usia dini, juga dapat dimaknai
sebagai upaya strategis karena menyangkut pembentukan Sumber Daya
Manusia yang lebih sadar terhadap lingkungannya.
Kelalaian tentang tugas ini, justru dapat menjadi embrio rusaknya alam
secara kontinyu. Karena ibarat bangunan, anak usia dini adalah pondasi.
Mengesampingkan kuatnya bangunan pondasi samahalnya membiarkan
bangunan itu sewaktu-waktu akan roboh. Karenanya, menjadi signifikan
kiranya bahwa penanaman tentang karakter peduli lingkungan kepada anak
usia dini adalah jalan yang harus ditempuh sebagai upaya menyelamatkan bumi.
Menurut Dr. Agus Hermanto M.H.I. Prinsip Ekologi sesungguhnya sebagai dasar bagi kita dalam membangun silaturahmi manusia yang berkelanjutan. Seperti kita ketahui kondisi lingkungan global sekarang ini telah sampai pada tahap kritis yang membahayakan kehidupan kita pada sekarang ini, Karena inilah perlunya menerapkan prinsip-prinsip ekologi sebagai panduan dasar dalam membangun kembali agar masyarakat kita menjadi masyarakat yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Prinsip Interdependensi
2. Prinsip daur ulang (Recycling)
3. Prinsip Kemitraan (Partnership)
4. Prinsip Fleksibilitas
5. Prinsip Keragamaan
Ekologi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk memahami cara binatang mencari makan, berkembang biak, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H