Perempuan panitia kegiatan vaksin massal tersebut mengangguk mengerti. Lalu membimbing dua pemuda tersebut kembali ke kursi  tempat  dua temannya menunggu. Tanpa pendamping, artinya tak akan ada yang menuliskan  data mereka di kartu yang wajib diisi . Maka dengan sigap  perempuan berkerudung merah tersebut berganti peran sebagai pendamping, mengeluarkan kartu pendaftaran 4 lembar, menuliskan data-data mereka.  Tak berapa lama  rombongan kecil ini dipanggil masuk ke ruang skrining dan mendapatkan vaksin dari tim nakes. Setelah 30 menit di ruang observasi,  menanti kalau-kalau ada reaksi akibat vaksin, mereka dinyatakan aman dan boleh pulang, dengan membawa bingkisan berupa beras dan uang penggantian transportasi dari panitia.
Usia kaum difabel ini beragam, mulai dari usia 12 - Â 17 tahun, hingga 18 tahun ke atas. Berbeda dengan cara antrian vaksin di jalur umum, panitia melakukan antrian berdasarkan skala prioritas. Mereka yang ditenggarai akan resah atau tantrum jika menunggu lama, didahulukan oleh panitia. "Menangani teman-teman difabel ini, memang harus dengan penuh kasih sayang," tutur Hema.
" Paket beras dari Sesko TNI dan Budha Tzu Chi sungguh berarti di masa pandemi ini. Dari hasil penelusuran kami, sebagai contoh, penyandang tunanetra yang berprofesi sebagai tukang pijat, karena kondisi pandemi sebulan mereka hanya mampu mengumpulkan uang sebesar 150 ribu rupian sebulan. Bayangkan cukup apa.... " kata Hema tersendat.
Sementara Direktur Umum Sesko TNI, Marsekal Pertama TNI Djoko Hadipurwanto, S.E, M.M, menjelaskan partisipasi pihaknya sejak awal pandemi untuk percepatan vaksinasi di masyarakat sudah amat aktif. "Beberapa waktu lalu kami mengadakan vaksin untuk kaum dhuafa, juga untuk 300 disabilitas, dan 3000 untuk umum. Â Karena apa saja yang bisa kami bantu, akan kami bantu. Kami lakukan secara maksimal. Kita punya alat, tenaga vaksinator, juga tempat yang boleh dipakai," ujar Djoko.
Khusus untuk kegiatan yang diadakan oleh PTI ini, Djoko merasakan sebuah kebanggaan yang luar biasa. "Bangga sekali, peran perempuan untuk bangsa ini sudah terlihat jelas. Perempuan tidak hanya dibelakang, tapi maju di depan, juga  untuk percepatan vaksin ini," katanya.
Mengutip media, Hema menyebut penyandang disabilitas di Indonesia saat ini mencapai 38 juta orang." Di Kota Bandung sendiri, ada 4444 penyandang disabilitas ber KTP Bandung. Total dengan jumlah pendatang mencapai 7000 orang.
 Menurut Hema, kegiatan ini masih akan terus berlanjut. " Kami sudah menyiapkan lagi program vaksinasi massal untuk disabilitas pertengahan September ini. Bekerjasama lagi dengan pihak Sesko. Selain itu   PTI Jabar akan menyasar 4P, yakni  Perempuan, Pelajar, Pesantren  dan Pekerja sebagai upaya membantu pemerintah dalam percepatan penyerapan vaksin di semua lapisan masyarakat, " Ujar Hema. (Uci Anwar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H