Mohon tunggu...
Kevin William Andri Siahaan
Kevin William Andri Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai LPPM University HKBP Nommensen Pematangsiantar

LPPM University HKBP Nommensen Pematangsiantar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Daya Guna WhatsApp sebagai Media Belajar Daring

19 September 2020   11:33 Diperbarui: 19 September 2020   17:35 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 di dunia membuat berbagai usaha dilakukan untuk memutus mata rantai penularan. Covid-19 memaksa berbagai aspek kehidupan berubah. Pemerintah memutuskan work from home. 

Belajar pun diharuskan daring. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan yang meluas akibat interaksi yang masif. Physical distancing menjadi salah satu strategi harapan untuk memutus rantai penularan penyakit ini. 

Perubahan yang dipaksa oleh Covid-19 ini begitu cepat. Menyebabkan persiapan untuk menghadapi berbagai perubahan menjadi tidak maksimal. 

Dunia usaha misalnya banyak mengalami kemerosotan akibat terlambat menyesuaikan diri. Hal ini pun dirasa oleh dunia pendidikan. Kesiapan untuk belajar daring (online) yang ditetapkan oleh pemerintah nyaris tidak ada. 

Sekolah dalam hal ini guru dituntut berusaha mengkreasikan belajar agar tetap berjalan meski tidak di sekolah. Dikenallah belajar daring. Ada banyak media yang digunakan untuk belajar daring. Berbagai platform sudah lama menyediakan jasa ini. Sebut saja misalnya Google Clasroom, Rumah Belajar, Edmodo, Ruang Guru, Zenius, Google Suite for Education, Microsoft Office 365 for Education, Sekolahmu, Kelas Pintar.

Inilah yang disebut sebagai platform microbloging (Basori, 2013). Namun perlu waktu untuk mempelajari sistem belajar melalui platform belajar daring tersebut. 

Jika dipahami, ada kemungkinan memberikan dampak positif pada proses pembelajaran. Namun, guru atau dosen sekalipun belum tentu paham penggunaan media-media ini. Apalagi orang tua dengan berbagai latar belakangnya. Disinilah problem itu, tidak ada waktu lagi untuk mempelajari semuanya bersama-sama. 

Covid-19 sudah tiba-tiba datang dan memaksa semuanya untuk tetap di rumah. Maka guru harus bisa menggunakan berbagai media yang familiar digunakan orang tua. Harapannya tidak mempersulit untuk orang tua dalam penggunaan media tersebut. Proses belajar tetap berjalan. Salah satunya media sosial WhatsApp. 

Penggunaan WhatsApp Grup sebagai media belajar banyak terjadi di tingkat sekolah dasar. Tentu karena berbabagai pertimbangan. Pada level pendidikan tinggi WhatsApp hanya salah satu media. Berbeda dengan sekolah dasar, dari survei yang dilakukan peneliti 100% belajar daring hanya menggunakan media WhatsApp grup.

Pembelajaran daring pada sekolah dasar di Indonesia sesungguhnya keterpaksaan. Pandemi Covid-19 yang menyebar begitu cepat hingga hampir ke seluruh negara di dunia memaksa Pemerintah untuk menutup sekolah segera. 

Mulai tanggal 16 Maret 2020 Pemerintah meminta sekolah-sekolah di tutup. Meskipun sesungguhnya kesiapan untuk belajar daring nyaris belum ada. Banyak hal yang menghambat pembelajaran daring ini misalnya jaringan internet yang tidak merata, akses internet yang mahal, bahkan ada yang belum memiliki akses internet sama sekali. 

Wilayah perkotaan seperti wilayah Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, Palembang dan kotakota besar lainnya akses internet ini tidak mengalami masalah yang berarti. 

Ditambah berbagai provider penyedia jasa internet yang bersaing untuk merebut pangsa pasar terpaksa bermain harga. Berbeda jauh dengan wilayah terpencil, perbatasan, pedesaan, pelosok negeri ini, internet termasuk hal yang tidak mudah di dapat. Daerah Pinang Belapis, khususnya desa Ketenong, Lebong, propinsi Bengkulu misalnya, sangat sulit mendapatkan sinyal handphone apalagi mengakses internet. 

Begitu juga di pulau Halmahera, Maluku Utara akses internet sangat sulit. Kalaupun sebagian mendapat sinyal jangan bermimpi itu 4G. Otomatis tidak mudah mengakses internet. Hal inilah menyebabkan internet tergolong barang mewah yang tidak semua orang dapat mengkasesnya. Belum lagi berbicara soal kecepatan internet. 

Baik internet kabel maupun mobile kecepatan internet di Indonesia masih bertengger di urutan bawah. Menurut Ookla kecepatan internet kabel Indonesia 15,5 Mbps, sedangkan kecepatan internet kabel dunia rata-rata 54,3 Mbps. Sangat jauh tertinggal. Menyadari akan hal itu membuat Menteri Pendidikan Nadiem Makarim kaget, Rumah Belajar yang dibuat oleh Kemdikbud tidak bisa digunakan ditempat tertentu. 

Lalu memutuskan mengadakan pembelajaran melalui TV negara yakni TVRI mulai 13 April 2020 (Dikdas, 2020). Namun TV ini pun tidak merata dapat diakses oleh masyarakat Indonesia. 

Masih berkutat di kota-kota besar. Sedangkan pemerintah jelas meminta sekolah tetap mengadakan pembelajaran meskipun dari rumah masing-masing. Sesuai Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona virus Disease (Covid19). 

Maka, tidak ada jalan lain, guru dituntut kreatifitas tingkat tinggi. Ada guru yang rela mengajarkan siswanya dari rumah ke rumah karena tidak bisa daring. Ada juga siswa yang diminta datang ke rumah guru dan sebagainya. 

Guru berusaha menyesuaikan dengan kondisi wilayah, kemampuan orang tua dan sebagainya. Sedangkan berbagai platform aplikasi belajar daring menyulitkan guru untuk menuntut orang tua memahami. 

Sebenarnya, ada media video call yang dapat menjadikan guru dan siswa berkomunisi tatap muka meski beda lokasi seperti Zoom Meeting, Google Duo, Skype bahkan terbaru Facebook Masenger, WhatsApp dan sejenisnya dapat digunakan. 

Namun ini membutuhkan kuota internet yang cukup besar dan stabil. Artinya pada beberapa wilayah pembelajaran daring ini tidak mudah, karena tersandung kondisi jaringan internet yang lemah bahkan tidak ada. 

Jika pun ada, dapat juga memberatkan bagi orang tua dan guru ditengah pandemi yang meluluh lantahkan sendisendi ekonomi. Sistem video call menghabiskan kuota internet yang besar dan pasti berbiaya mahal. Selain stabilitas internet di Indonesia sangat tidak merata. Ada jalan lain, yakni WhatsApp Group. Jika hanya komunikasi texting maka ini tidak membutuhkan kuota yang besar sehingga berbiaya rendah. 

Selain itu melalui WhatsApp bisa dikirimkan gambar, voice note hingga vidio. WhatsApp juga aplikasi dengan jumlah pengguna yang sangat besar. Di Indonesia sendiri tahun 2019 dilaporkan 143 Juta orang menggunakan WhatsApp. Jadilah WhatsApp sebagai aplikasi yang paling banyak digunakan terkait dengan komunikasi guru dan orang tua selama Pandemi Covid-19 ini. Dari survei yang dilakukan peneliti ke 51 orang tua dari berbagai sekolah. 

Dari sekolah dasar swasta seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Dasar swasta lainnya, sekolah dasar negeri juga Madrasah Ibtidaiyah (MI), hasilnya menunjukkan semua menggunakan WhatsApp grup sebagai media komunikasi dalam belajar daring anak-anak mereka. Kesemua yang diteliti adalah orang tua siswa sekolah dasar dari kelas 1 hingga kelas 6. 

Ketika peneliti menelisik efektifitas penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran mayoritas orang tua menyimpulkan tidak efektif yakni 41,2 %. 33,3 persen meragukan efektifitas WhatsApp ini. Hanya 25,5 % yang meyakini efektifitasnya. Penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. 

Hal ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya kurangnya penjelasan yang komprehensif dan sederhana dari guru, rendahnya aspek afektif dan psikomotorik pada pembelajaran, sinyal internet, kesibukan orang tua dan latar belakang pendidikan orang tua. 

Kedepan pembelajaran online ini perlu dievaluasi secara menyeluruh. Kapasitas guru dan kemampuan orang tua mesti menjadi salah bahan pertimbangan yang penting. Perlu upaya serius dari semua pihak untuk membangun sistem pembelajaran daring yang efektif. Tidak lagi sistem pembelajaran daring rendah kualitas ditolerir dengan alasan disaat pandemi. Apalagi pandemi ini belum diketahui kapan akan bisa hilang. Kuat dugaan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun