Manokwari Kota Injil
Sekilas Tentang Papua Barat Manokwari  (Part 2)
Perjalanan mengunjungi daerah lain bagi saya bukan hanya sekedar traveling untuk refreshing, shopping dan bersenang-senang. Tetapi dengan mengunjungi daerah lain akan memperkaya pengetahuan kita dengan memperhatikan aspek budaya  local yang ada di daerah tersebut. Sekaligus menganggumi bahwa betapa kayanya  Indonesia dengan beragam kekayaan budaya yang luar biasa dimiliki. Dengan demikian kita belajar untuk mencintai dan melestarikan budaya di daerah kita tanpa tergerus zaman Modernisasi.
Seperti dalam tulisan saya  Part 1 "Sekilas Tentang Papua Barat (Manokwari), banyak pengetahuan yang saya dapatkan ketika mengunjungi daerah tersebut, mulai dengan Tarian penyambutan sesuai  adat kebiasaan  Papua, bahwa setiap tamu yang datang dengan niat baik di sambut dengan Tarian adat  yang sekaligus pemasangan Mahkota kasuari, memperkenalkan Rumah Adat papua yang di sebut dengan Kaki Seribu sampai dengan menyuguhkan makanan tradisional.
bisa melihat dan berkomunikasi langsung dengan Masyarakat yang ada  merupakan kesempatan yang luar biasa buat saya. Terjun langsung dengan membenturkan diri di tengah perbedaan menurut saya semakin kita bisa memahami, mengenal perbedaan budaya yang kita miliki, dengan demikian akan tumbuh  penghargaan  dan cinta kita terhadap budaya yang dimiliki daerah  lain, menerimanya sebagai kekayaan yang luar biasa yang dimiliki oleh bangsa kita dan tentu saja bisa saling menghormati, menghargai tanpa harus memaksakan budaya kita kepada orang lain.
Mengenal Sejarah Singkat Papua sebagai Kota Injil
Selama tiga hari berada di Manokwari menyisahkan banyak pengalaman, selain diperkenalkan budaya setempat, yang tak kalah penting dan menarik adalah kami di bawa ketempat peninggalan Sejarah yang menjadi Situs Religius. Kami di bawa ke Pulau Mansinam sebuah pulau yang terus di lestarikan oleh Masyarakat setempat sebagai tempat bersejarah, di mana  Pulau ini adalah awal pertama kali  kekristenan muncul, yang di bawa oleh:  Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler  berkebangsaan Jerman pada tanggal 5 Februari  1855.  Dan seterusnya Injil menyebar di Papua,  dan Manokwari sebagai ibu Kota papua barat dan di juluki  sebagai Kota Injil. Bahwa kedatangan para Misionaris ini juga telah membantu Pendidikan anak-anak di Papua. (Hasil Interview dengan Tokoh Masyarakat Papua, (Selasa, 31 Oktober 2023).
Di sini kami berkeliling  dan di perkenalkan situs bersejarah seperti :  Gereja Tua,  Sumur Tua yang di bangun pada tahun 1872 sampai sekarang masih di pakai dan terbuka untuk Masyarakat umum dan di percaya air dari sumur itu bisa menyembuhkan berbagai penyakit, bahwa ada Mujizat penyembuhan ilahi melalui air sumur tersebut kata salah satu Jemaat Gereja Lahai-Roi saat berbincang-bincang di Pulau mansinam, (Selasa, 31 Oktober 2023). Tugu Peringatan sebagai symbol peringatan pertama Injil masuk Tanah papua, Sejarah awal peradaban di tanah papua.
Dan tentu saja masih banyak hal  unik yang kami temui dan perbincangkan saat interview dengan warga setempat saat  kami berada di papua yang tidak dapat kami tuliskan secara detil dalam tulisan ini yang tentu saja mendapat perhatian dari Masyarakat setempat yang pastinya akan terus di lestarikan dari generasi ke generasi berikutnya sebagai tadisi turun-temurun. Misalnya Makan Sirih, menginjak Piring yang di yakini bisa mengusir roh-roh jahat.
Simpulan
Bahwa yang terpenting dari perjalanan ini  adalah dapat membuka pikiran dan memperluas wawasan tentang adat istiadat, tradisi, Sejarah dan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi daerah lain. Dan memungkinkan kita memahami perspektif yang berbeda  tentang keberagaman tersebut, sehingga dengan demikian  akan timbul sikap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dengan cara dapat menerima, menghargai dan menghormati perbedaan yang ada.
Bahwa dengan memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai kebudayaan lain, kita sedang ikut mencintai dan melestarikan budaya sebagai kekayaan yang luar biasa yg dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Mari Bersama kita  menjaga kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa kita tanpa harus terpengaruh budaya asing yang masuk ke negara kita.
Salam.
Written by: Luciana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H