Mohon tunggu...
Suci Lestari
Suci Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pengajar di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Sukabumi. Senang menulis dan membaca sejak duduk di kelas 10 SMA. Menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul "Melukis Jejak di Geopark" pada tahun 2017 bersama Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat. Penyuka senja, gerimis, laut, ombak dan kabut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak

20 Februari 2022   22:58 Diperbarui: 20 Februari 2022   23:06 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidik menuntun segala kekuatan  kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar sehingga pendidik harus menuntun /menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan). Pendidik harus mencurahkan segala tenaga, pikiran, dan perasaan untuk menggali seluruh potensi peserta didik, menuntun, menguatkan, dan menjaga dari pengaruh negatif. Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat".

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pembelajaran di era modern saat ini telah banyak memanfaatkan teknologi informasi. Namun di sisi lain, perubahan yang terjadi bukan saja berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga menyentuh pada perubahan dan pergeseran aspek nilai moral yang terjadi pada para pelajar.

Kikisnya nilai-nilai moral yang terjadi pada para pelajar yang banyak melakukan penyimpangan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai etika bahkan sampai pada penyimpangan terhadap norma-norma agama menjadi salah satu dampak negatif perkembangan teknologi dewasa ini. Media sosial yang semakin beragam dan gadget yang semakin mudah dijangkau namun tidak diiringi dengan pendidikan nilai luhur, teladan, serta pantauan dari orang sekitar dapat memperparah kondisi para remaja, khususnya para pelajar. Pada media sosial tidak jarang dijumpai kalimat atau kata-kata yang sejatinya tidak mencerminkan jati diri seorang yang berakhlak mulia.

Situasi di atas mengakibatkan munculnya berbagai macam persoalan pembelajaran pada diri peserta didik maupun sebagian guru yang juga merupakan bagian dari masyarakat umum. Kondisi ini pada akhirnya membuat guru dihadapkan pada masalah-masalah di sekolah yang mengandung unsur dilema etika dan bujukan moral. Hal ini membuat peran guru sangatlah sentral dalam proses pendidikan.

Dalam hal ini, guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan pendidikan karakter bagi para muridnya. Selain itu integrasi pratap triloka yang merupakan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi sangat penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran.

Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya "Ing Ngarso Sung Tulodo" yang artinya sebagai seorang pemimpin (guru) hendaknya mampu memberikan contoh/suri tauladan yang baik kepada muridnya. "Ing Madya Mangun Karsa" yang artinya bahwa seorang pemimpin (guru) harus mampu membangun karsa/kemauan dari peserta didik. Dalam hal ini sebagai seorang guru, kita bisa berperan menjadi rekan untuk bekerjasama dalam melakukan suatu pekerjaan. Melakukan coaching untuk melatih peserta didik mampu membuat keputusan-keputusan penting dan bermakna bagi dirinya.  Lalu "Tut Wuri Handayani" yang artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan dan kompetensi peserta didik. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja peserta didik untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sejak lama tentu akan sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita pilih dalam pengambilan suatu keputusan. Karena nilai-nilai tersebut sudah pasti telah mendasari tindakan yang diambil sejak lama. Adapun ke-4 prinsip yang dijabarkan di dalam modul 3.1 pendidikan guru penggerak ini memperkuat nilai-nilai kebajikan yang sudah ada tersebut.

Seorang guru harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya. Karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Dimana jika suatu keputusan diambil dalam situasi yang tidak baik tentu saja akan berakibat pada kualitas keputusan itu sendiri. Berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kondisi yang tenang, sudah pasti akan lebih tepat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Seperti pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Bagaimana cara dia mengidentifikasi masalah, mempunyai pandangan dan menilai masalah sendiri hingga akhirnya melakukan keputusan dengan memilih berpegang pada prinsip yang mana.

Semua itu tentu dilakukan agar bisa mengambil keputusan yang paling tepat sehingga berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Meskipun sebuah keputusan pasti tidak akan bisa mengakomodasi keinginan semua pihak. Disanalah nilai-nilai diri sangat berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat oleh seseorang.

Pada dasarnya sebuah keputusan yang telah melewati ke-9 langkah pengujian, berpegang pada 3 paradigma dan 4 prinsip pengambilan keputusan merupakan keputusan yang paling tepat. Karena keputusan tersebut tidak hanya diputuskan berdasarkan emosi. Namun tetap mempertimbangkan logika, empati serta nilai-nilai kebajikan universal yang ada. Meskipun pada praktiknya sudah pasti akan menemui kesulitan-kesulitan. Hal tersebut diperngaruhi oleh perbedaan paradigma yang ada di lingkungan kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun