ga mau tekanan ketika mereka menjadi atlet dulu juga di rasakan oleh anaknya,
karenaJadi atlet itu berat mas, latihan keras tiap hari, persaingan ketat, dan kalau kalah dihujat, kita berdua udah dapet gelar bergengsi, justru malah akan menjadi beban yg sangat berat jika anak kita menjadi atlet, orang pasti membanding-bandingkan prestasi orang tuanya dengan prestasi anaknya.
Begitu kira kata mereka, sebenarnya kalau yg saya telaah dari wawancara mereka berdua, jawabannya sangat diplomatis, mereka ga mengarahkan untuk menjadi atlet tapi mereka juga ga melarang kalau mereka ingin jadi atlet, pilihan ada pada anak mereka, tapi kayaknya mereka lebih suka anak mereka diluar jalur atlet.
Paska jadi atlet juga ga mudah, untuk ukuran jaman dulu, ketika pensiun banyak dari mereka yg ga tau mau kemana, mereka cuma bisa main badminton saja, banyak dari atlet lawas yg ga punya ijasah karena kehidupan mereka hanya latihan main latihan main, pemerintah jaman dulu untuk ukuran pemenang Olimpiade cuma dapet piagam doang, ga ngeluarin uang sepeserpun, mereka hidup dari bonus perusahaan swasta atau pengusaha2 yang memang peduli dengan badminton, beda dengan jaman sekarang, meskipun kadang ditunggangi kepentingan politik, setidaknya ada bonus dri pemerintah untuk mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H