Mohon tunggu...
Joseph Ratzinger Ferdinandez
Joseph Ratzinger Ferdinandez Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UKI (Jurusan Hukum)

Saya Mahasiswa Di Universitas Kristen Indonesia.Saya mengambil Jurusan Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pancasila dalam Radikalisme

29 Oktober 2024   06:48 Diperbarui: 29 Oktober 2024   06:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata radikalisme berasal dari kata "radikal" yang berasal dari bahasa Latin "radix" yang berarti akar. Dalam arti adalah paham atau aliran yang menggunakan kekerasan atau sikap ekstrem untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah, atau menyikapi perbedaan. Sebagai gagasan, ide, atau gerakan yang bertujuan mengubah secara menyeluruh dalam lingkup politik, sosial, maupun keagamaan.

Radikalisme berhubungan erat dengan intoleransi. Mengapa? karena radikalisme mencakup tindakan yang mengadvokasi perubahan sosial atau politik melalui cara-cara ekstrem, sementara intoleransi adalah sikap tidak menerima perbedaan, baik dalam hal keyakinan, budaya, atau pandangan hidup. 

Ketika individu atau kelompok mengadopsi pandangan radikal, mereka cenderung menolak keberagaman dan menghargai hanya satu ideologi atau kelompok, yang dapat memicu konflik dan kekerasan. Oleh karena itu, meningkatkan toleransi dan menghargai perbedaan merupakan langkah penting untuk mencegah radikalisasi.

Radikalisme di Indonesia merupakan tantangan serius yang perlu ditangani secara holistik. Pancasila sebagai dasar negara memberikan kerangka nilai yang kuat untuk membangun identitas nasional dan mencegah radikalisasi. Setiap sila Pancasila memiliki peran penting dalam menegakkan prinsip-prinsip kebangsaan, toleransi, dan keadilan.

Jika radikalisme dikaitkan dengan konteks Pancasila, maka bagaimana peran sila Pancasila berkontribusi dalam mencegah radikalisme di Indonesia? Berikut penjelasannya :

1. Sila Pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

Menegaskan pentingnya keberagaman agama dan keyakinan. Dalam konteks radikalisme, sila ini berfungsi sebagai pengingat bahwa setiap individu memiliki hak untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. 

Misalnya, dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, adanya toleransi antarumat beragama dapat diwujudkan melalui kegiatan bersama, seperti perayaan hari besar agama yang berbeda. Hal ini mengurangi ketegangan dan mendorong saling pengertian, yang menjadi langkah penting dalam mencegah potensi radikalisme.

2. Sila Kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Menekankan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Sila ini mendorong setiap individu untuk memperlakukan sesama dengan adil, tanpa diskriminasi. Dalam praktiknya, pendidikan yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial dapat membantu generasi muda untuk memahami pentingnya menghargai perbedaan. 

Contohnya, program-program pendidikan karakter di sekolah yang mengajarkan toleransi dan empati dapat mengurangi kemungkinan terpapar paham-paham ekstremis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun