Mohon tunggu...
Mubaidi Sulaeman
Mubaidi Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Islamic Studies UIN Sunan Ampel Surabaya

Magister Agama -Dirasah Islamiyah-UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meperingati Hari Janda Sedunia dan Iddah BCL

29 Juni 2020   19:05 Diperbarui: 29 Juni 2020   18:57 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tujuan dari syariat masa 'iddah ini yaitu untuk mengetahui bersihnya rahim sehingga jika diafiliasikan pada al-Daruriyyat al-Khams- lima hal  yang harus diutamakan untuk diselamatkan dan dijaga-, tujuan ini masuk dalam ranah hifz al-nasab (menjaga keturunan).

Sehingga apabila seorang janda ingin menikah lagi tidak ditakutkan sprema dari suami yang meninggal dengan suaminya yang baru tidak bercampur sehingga nasab (keturunannya)  jelas siapa bapaknya.

Di Indonesia, status "janda" memiliki konotasi yang negatif --padahal kalau di negeri Paman Sam "janda" bisa jadi pahlawan lho, black widow contohnya hehehehe-. 

Hal ini karena janda dikonotasikan dengan hal-hal yang penuh sensualitas, yaitu seseorang yang suka menggoda, genit, dan perusak rumah tangga sehingga memunculkan istilah-istilah yang berkembang dimasyarakat seperti "janda genit", "janda kembang", "janda gatal" dan lain sebagainya --tentu BCL tidak akan mendapatkan "label"  demikian jika melihat kehidupannya track record-nya yang jauh dari hingar bingar pergosipan nasional selama ini-.

Bahkan di kehidupan sehari-hari stigma "janda" yang demikian,  dimitoskan dan dikonstruksi oleh budaya populer lewat  lagu dan film yang diproduksi oleh dunia infotaimen kita, contohnya seperti lagu; "Mabuk Janda", "Perawan atau Janda" dan film; Kutunggu Jandamu (2008), Janda Kembang (2009), Mati Muda di Pelukan Janda (2011) dan masih banyak lagi.

Jika menggunakan perspektif Peter L. Berger dan Luckman, melalui budaya populer yang ada masyarakat tersebut, "istilah" janda diinternalisasi kepada masyarakat, kemudian diobjektifasi oleh norma-norma di masyarakat untuk dieksternaliasi kepada pemahaman masyarakat. Sehingga stigma negative tentang "janda" menjadi realitas social di masyarakat yang sulit untuk dibantah -sebelum nanti datang nilai-nilai baru yang menandingi kondisi tersebut-.

 Meski demikian berita tentang berakhirnya masa 'iddah BCL ini tentunya menggembirakan seluruh umat di Indonesia. Bagi kalangan bapak-bapak masa 'iddah BCL ini membuka peluang untuk meminang BCL yang masih cantik dan tetap menarik penampilannya ciiiiiiiieee... --meskipun hanya sebatas dalam angan-angan, emangnya mereka siapa mau meminang BCL? Artis dengan segudang prestasi di dunia film layar lebar Indonesia ini- atau sekedar bahan guyonan di group whatapp dan menjadi anggota ASCMW --asosiasi suami clear message WA- karena takut HP-nya dibaca istri.

Bagi kaum ibu-ibu hal  ini adalah suatu "bahan" pergosipan yang hakiki, baik dengan tebak-tebak siapa nanti yang akan  mampu meluluhkan hati dan pelukan BCL -di mana stok artis duda di Indonesia melimpah ruah, dan akhir-akhir ini sedang trend artis muda mengincar artis janda --hummmzz... who knows?- atau sekedar mulai mengenang masa-masa kehidupan romantis  BCL dengan Alm. Asraf yang jauh dari berita infotainment TV nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun