Mohon tunggu...
Yien Yoseph
Yien Yoseph Mohon Tunggu... -

wonosobo asri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Gunung Sikudi di Dataran Tinggi Dieng

11 November 2014   22:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gunung Sikudi terletak di pegunungan tinggi Dieng sebelah Barat Daya. Dimana Desa Kreo terletak di kakinya. Gunung yang masih dalam wilayah kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ini diperkirakan mempunyai ketinggian 2237 m DPL, dengan posisi berderetan dengan gunung Pakuwaja (2595 m), gunung Sikunir (2.463), gunung Prahu (2.665 m). Dataran Tinggi Dieng (dieng Plateu) adalah dataran dengan aktifitas vulkanik di bawah permukaannya. seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitar sebagai tepinya. dan gunung Sikudi si tepi sebelah barat daya.

Gunung Sikudi berasal dari kata Sikudi. Kudi atau kudhi mempunyai arti alat bantu pekerjaan untuk membelah atau memotong benda keras, seperti parang. Sebagaimana parang, kudi hanya memiliki satu sisi tajam, berbentuk agak melengkung menyerupai celurit tetapi bagian pangkalnya membesar. Bentuk kudi yang lebih langsing dapat dipergunakan sebagai senjata. Kudi adalah alat yangbiasa digunakan pada Zaman Hindu-budha (sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Kudi) .

Pada zaman Wangsa Sanjaya “Si” adalah kata yang di gunakan untuk mengkhususkan obyek, semisal si ahmad yang dimaksudkan ahmad tertentu. Kata “si” tersebut sepadan dengan isim ma’rifat dalam tata bahasa arab yang di tandai dengan alif lam didepan, seperti dalam kata al masjidu yang berarti masjid yang sudah di khususkan, berbeda jika masjidu saja, yang masih bermakna masjid yang masih umum. Dalam grammer inggris kata “the’ yang juga mempunyai arti mengkhusukan kepenunjukan. Jadi, Sikudi adalah gunung yang sudah tertentu, seperti nama-nama tempat di wilayah Dieng pada umumnya yang ditambah dengan awalan Si, seperti sikudi, sikunir, sikarim, sindoro, dan si si yang lainnya.

Penamaan sikudi pada gunung tersebut di pautkan dengan bentuknya yang seperti celurit mengahadap keatas. Seperti terdapat di Salah satu relief pada candi Sukuh, sebuah kompleks candi agama Hindu yang secara administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah menggambarkan seorang dewa sedang memegang kudi yang berbentuk melengkung.

Sikudi merupakan gunung yang di jadikan jalur utama oleh penduduk Jeblugan (Kreo purba) untuk mendatangi pusat kota religi (Dieng) sekaligus Singgasa Krajaan Hindu Wangsa Sanjaya, terutama pada masa Sri Maha Raja Rakai Garung (828 -847M). Karen Amstrong (ahli sejarah Agama) dalam buku Sejarah Tuhan menginformasikan bahwa “religi” selalu menjadi dasar Jalur pembangunan sebuah kota zaman dulu, Seperti Kuil Solomon (masjidil aq’sa) yang di bangun Nabi Sulaiman, atau ka’bah yang di bangun Nabi ismail dan ibrahim. Maka Wangsa Sanjaya juga menjadikan Dieng sebagai pusat religi (pembagunan kuil Candi) sekaligus singgasana Raja. Oleh karena itu Dieng disebut sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Untuk mencapai Dieng, penduduk jeblugan melewati gunung sikudi, sembungan, dan kemudian sampai ke pusat kota (Dieng) dari arah pintu barat daya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun