Dalam pembagian tahap perkembangan manusia masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa juvenilitas (adolescantium), pubertas, dan mubilitas. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut dipengaruhiperkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor perkembangan tersebut.
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Menurut W.Starbuck perkembangan itu antara lainpertumbuhan pikiran dan mental, perkembangan perasaan, pertimbangan sosial, perkembangan moral, sikap dan mental, dan ibadah.
Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama para remaja, sebenarnya banyak tergantung dari kemampuan mereka menyelesaikan keraguan dan konflik batin yangterjadi dalam diri. Usia remaja memang dikenal sebagai usia rawan. Remaja memiliki karakteristik khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Secara fisik remaja mengalami pertumbuhan yang pesat, dan sudah menyamai fisik orang dewasa. Namun, pesatnya pertumbuhan fisik itu belum diimbangi secara setara oleh perkembangan psikologisnya. Kondisi seperti itu menyebabkan remaja mengalami kelabilan.
Ketidakseimbangan ini menjadikan remaja menempatkan remaja dalam suasana kehidupan batin terombang-ambing. Untuk mengatasi kemelut batin itu, maka seyogyanya mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan. Para remaja membutuhkan tokoh pelindung yang mampu berdialog dan berbagi rasa. Selain itu, mereka pun mengharapkan adanya pegangan hidup sebagai tempat bergantung.
Dalam upaya mengatasi kegalauan batin ini, para remaja cenderung untuk bergabung dalam peer group (teman sebaya), untuk saling berbagi rasa dan pengalaman. Di luar itu, kebutuhan remaja akan sosok idola. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, maka para remaja juga sudah menyenanginilai-nilai etika dan estetika. Dalam kaitan ini pula sebenarnya nilai-nilai agama dapat diperankan sebagai bimbingan rohaniah.
Namun dalam kenyataannya apa yang dialami oleh remaja selalu berbeda dengan apa yang mereka inginkan. Nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi kekosongan batin mereka terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan. Sejalan dengan perkembangan inteleknya, remaja sering dibingungkan oleh adanya perbedaan ajaran agama yang mereka terima. Secara logika remaja berpegang pada prinsip, bahwa bila agamamerupakan ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, mengapa dalam informasi mereka terima dijumpai berbagai perbedaan.
Sikap kritis terhadap lingkungan memang sejalan dengan perkembangan intelektual yang dialami para remaja. Bila persoalan itu gagal diselesaikan, maka para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja berada di persimpangan jalan. Sulit untuk menentukan pilihan yang tepat. Dalam situasi yang demikian itu, maka peluang munclnya perilaku menyimpang terkuak lebar.
Tak jarang para remaja mengambil jalan pintas untuk mengatasi kemelut batin yang mereka alam itu. Dalam kondisi seperti itu, bisanya peer group ikut berperan dalam menentukan pilihan. Pelarian batin ini terkadang turut menjebak mereka kea rah perbuatan negative dan merusak. Kasus narkoba, kebrutalan, maupun tindak criminal merupakan bagian dari kegagalan remaja menemukan jalan hidupyang dapat menentramkan gejolak batinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H