Nilai akademis bukanlah hal yang paling utama, kegiatan pembelajaran di ekstrakurikuler bukanlah merupakan penyebab jatuhnya nilai akademis putra-putri kita, kegiatan ini justru akan menjadikan mereka memilik pengalaman dan kemampuan lebih dibanding yang lainnya. Banyak nilai kemanfaatan yang mampu diraih demi peningkatan masa depan.
Tidak sedikit contoh yang telah ada, bahwa nilai akademis bukanlah segalanya. Banyak mereka yang menyalahkan kegiatan ekstrakurikuler tidak menyadari, waktu untuk ekstrakurikuler disekolah hanyalah 1 (satu) minggu sekali. Jika dibandingkan dengan waktu pembelajaran secara akademis/pelajaran di sekolah maupun waktu luang yang dimiliki selama dirumah rasanya jauh dari keabsahan dijadikannya alasan penyebab anjloknya nilai putra-putri kita secara akademis.
Suatu kali HP saya bergetar secara terus menerus, setelah saya angkat dan melihat layar HP muncul nama seorang teman Direktur sebuah Sekolah Tinggi Manajemen Bisnis di Jawa Timur. Singkat kata, ternyata saya diminta untuk menjadi Dosen mengampu salah satu mata kuliah di Perguruan Tinggi yang dia pimpin. Secara pengalaman dan kemampuan / skill saya rasa cukup mumpuni untuk mengampu mata kuliah tersebut. Masalahnya, Ijazah Pendidikan tinggi belum keluar karena harus menunggu beberapa lamanya. Hal ini telah saya sampaikan, namun teman saya tersebut tetap meminta saya untuk mengajar mata kuliah dimaksud. Akhirnya, sampai hari ini saya tetap mengajar di kampusnya dengan pengalaman dan kemampuan yang saya miliki.
Lain waktu, Kakak angkat saya yang kebetulan jebolan ITS yang juga seorang Konsultan Manajemen Mutu ISO yang telah mengantongi Black Belt USA Certificate meminta saya untuk mengisi pelatihan Management Supervisory pada Perusahaan Yamaha wilayah Jawa Timur, Kalimantan Timur dan NTB. Awalnya saya menolak, oleh sebab saya tidak memiliki sertifikasi untuk hal itu. Waktu itu usia saya baru 28 tahun. Namun, beliau tetap saja ngotot meminta saya untuk ikut mengisi pelatihan tersebut. Akhirnya saya beranikan diri untuk terlibat langsung pada pelatihan tersebut. Hasilnya, setiap kali ada pelatihan yang secara pengalaman dan kemampuan saya miliki, saya selalu dilibatkan dengan fee jauh melebihi gaji saya sebagai tenaga IT di Instansi Pemerintahan maupun sebagai seorang Dosen.
Gila, begitu teman-teman saya seringkali bilang tatkala saya bercerita tentang hal itu. Itu hal yang kecil menurut sebagian orang, namun pengalaman dan kemampuan yang mahal bagi saya. Bahkan kakak angkat saya bilang, “Justru, kamu lebih hebat dari saya, saya ketika mengawali menjadi seorang konsultan di Jakarta baru belajar dan bisa berbicara didepan peserta pelatihan usia saya waktu 33 tahun, itu pun jika dinilai dan dievaluasi kemampuan saya dalam memberikan pelatihan tidak ada yang bernilai B atau C, apalagi A. Semuanya D alias jauh dari kelayakan, nah sedangkan kamu ?, usia 28 tahun, kemampuan berbicara dan melatih luar biasa, ….”, kalau sudah begini, saya hanya bisa senyam-senyum saja mendengar pujiannya.
Kemampuan yang membuat saya akhirnya mau menerima tawaran menjadi Dosen, mengisi berbagai pelatihan dan lokakarya ditengah banyaknya kesibukan yang saya miliki, sesungguhnya saya dapatkan BUKAN DARI NILAI AKADEMIS selama saya bersekolah semata. Justru PENGALAMAN DAN KEMAMPUAN/SKILL itu saya dapatkan selama saya menjadi Ketua OSIS semasa SMP dan SMU, Menjadi Ketua OSIS terbaik SMU Se-Kabupaten Sidoarjo, Juara 3 Siswa Teladan tingkat SMP se-Kabupaten Sidoarjo, Juara 2 Lomba Pidato P4 se-Kabupaten Sidoarjo, Sekretaris Umum dan Ketua DKC Pramuka Sidoarjo, Ketua Panitia Perkemahan Wirakarya Pramuka Sidoarjo, Wartawan Kronik Pelajar Surabaya Post, Petugas Paskribaka HUT Proklamasi Kabupaten Sidoarjo, anggota LSM Lingkungan Nasional Klub Tunas Hijau dan banyak pengalaman selama berkecimpung di organisasi yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
-----------*****-----------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H