Menabung sebelum menghadapi masa sulit tidak jauh berbeda dengan mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian. Persamaannya ada di tujuan akhir yang kita rasa tidak akan tiba dalam waktu dekat sehingga kita menunda persiapannya. Lain hal jika kita menabung untuk sesuatu yang kita percaya akan terjadi, seperti membeli suatu barang atau melakukan perjalanan wisata. Bahkan, tanpa mempersiapkannya pun secara instan akan terjadi jika kita memiliki uangnya atau berutang dengan kartu kredit.
Dari pengalaman tersulit saya yang lalu, saya akan sharing tiga hal tentang bagaimana kita bisa lebih siap menghadapi masa-masa tersulit:
1. Sesuatu yang bisa terjadi, baik atau buruk, bisa dan mungkin akan terjadi
Saya tidak mengira bahwa saya akan melalui kesulitan keuangan selama dua tahun. Biasanya hanya seret keuangan dalam satu atau dua bulan, kemudian bisa diatasi. Saya tidak mengira kesulitan saya akan berlangsung selama itu, hingga perlu meminjam uang ke saudara. Sungguh, saya tidak ingin lagi di posisi sangat membutuhkan uluran tangan orang lain, meskipun tangan tersebut adalah keluarga.
2. Kebutuhan kita sesungguhnya sangatlah sedikit
Kebanyakan kebutuhan yang kita miliki adalah kebutuhan yang tidak fundamental. Sebelumnya saya memiliki perabotan dan segala isi rumah tinggal yang lengkap, tetapi ketika tiba saatnya bahwa saya dan keluarga saya bisa ditendang keluar dari rumah, saya sadar bahwa tempat tinggal adalah yang terpenting. Sofa, blender, TV. Apalah artinya jika kita harus tinggal di luar, jauh dari rumah yang memberikan rasa aman.
3. Pentingnya emas, tabungan dan dana darurat, namun jumlahnya sulit untuk ditentukan
Orang mungkin akan bilang, anda perlu dana darurat sebanyak 6 bulan penghasilan. Tapi tidak ada orang yang dapat memberitahu saya bahwa saya dan keluarga akan melewati masa sulit selama dua tahun hingga habis seluruh emas yang dimiliki istri saya. Sekarang, saya tidak memiliki patokan berapa bulan penghasilan sebagai jumlah yang harus saya miliki. Patok saya hanya satu, sebanyak-banyaknya hingga saya merasa tenang. Jika saya meremehkan hal itu, saya perlu mengingat akan poin satu dan dua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H