Di awal tahun, teman saya berkomentar tentang kata "haram" yang tertulis pada brosur perbankan syariah yang dibagikan di iB Vaganza di Gandaria City. Mungkin kata "haram" terlalu frontal, tapi yang pasti kenyataan riba adalah "haram". Saya pun jadi bertanya pada diri saya sendiri, kenapa saya tidak sepenuhnya berkomitmen untuk memiliki produk syariah? Kenapa saya masih setengah-setengah?
Saya pertama kali memiliki rekening bank ketika masih SMP di tahun 1993. Rekening pertama saya merupakan rekening syariah. Meskipun rekening syariah merupakan rekening pertama, ternyata hal itu tidak berdampak emosional/kebiasaan pada saya.
Sekarang, 23 tahun kemudian, saya memiliki rekening syariah dan konvensional. Rekening syariah berperan untuk zakat dan tabungan darurat. Rekening konvensional berperan untuk payroll dan transaksi. Transaksi yang saya lakukan umumnya untuk transfer ke istri, membayar transaksi riba (cicilan kartu kredit), dan berinvestasi. Saya berinvestasi di Reksa Dana Indeks Syariah dan istri saya berinvestasi saham yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah. Setengah-setengah, berurusan dengan yang haram dan halal.
Mungkinkah saya all out syariah? Mungkin saja. Di tempat saya bekerja, seluruh pegawai sudah ditawarkan kesempatan untuk memiliki rekening syariah sebagai rekening payrollnya. Saya sangat menyesal karena telah melewatkan kesempatan tersebut. Terasanya ketika tanggal gajian saya perlu ke ATM untuk bertransaksi namun antriannya cukup panjang hehe. Saya masih old-school karena belum terbiasa mobile/ internet banking tapi kalau itu yang saya perlukan, bank syariah juga bisa.
Bagaimana dengan Rekening Dana Nasabah (RDN) untuk investasi? Sudah ada dari bank syariah juga.Â
Kembali ke pertanyaan saya di awal, kenapa saya masih setengah-setengah dan belum sepenuhnya syariah? Jawaban yang saya dapatkan agak sedikit mengecewakan. Malas. Malas melewati semua prosesnya. Tapi, mungkin satu per satu bisa.
Melunaskan utang kartu kredit. Berpindah ke RDN bank syariah. Mengajukan perpindahan payroll ke rekening syariah. Insha Allah bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H