[caption caption="Ilustrasi - fluktuasi nilai saham (Shutterstock)"][/caption]Sebulan sudah saya lewati menabung saham melalui IPOTGO. Berawal dari Rp9 juta, sekarang Rp9.7. Hampir setiap hari saya mengecek berita dan membuka app "my stocks portfolio" untuk melihat kinerja saham yang dimiliki. Setiap hari emosi saya campur aduk, tergoda untuk menjual dan membeli. Dari sebulan ini saya sudah menerima beberapa pelajaran.
1. Tentukan prinsip-prinsip dalam berinvestasi sebelum menabung saham.
Karena saya memang hobi mengikuti berita, emosi atau kepercayaan terhadap perekonomian saya pasti terpengaruh. Dikala emosi tidak stabil, kita harus berpegang pada prinsip agar tidak melakukan suatu tindakan yang bisa jadi kita menyesalinya dikemudian hari.
Sebelum saya membeli saham, saya menentukan harga beli yang saya incar, harga jual untung, dan harga jual. Menentukan harga jual sangat penting karena bisa menahan saya ketika saya tergoda. Harga jual untung merupakan penjualan sebagian saham pada persen keuntungan yang saya incar untuk merealisasikan untung tersebut.
Harga jual saya merupakan sekian persen dari harga tertinggi saham tersebut, dan penjualan tersebut adalah penjualan seluruh saham yang dimiliki. Maksudnya, jika selama saya memegang saham harganya pernah 100 namun kemudian turun ke 90, saya jual di 90. Naik ke 1000, turun ke 900, saya jual di 900. Harga jual saya bisa menjual dalam posisi masih untung, maupun rugi (turun banyak setelah dibeli).
[caption caption="Kinerja 1 bulan nabung saham"]
Â
2. Tetap menjaga pandangan realistis terhadap diri sendiri.
Dalam posisi untung sekarang, saya merasa hebat. Tapi realitanya, saya hanya melakukan screening saham berdasarkan kriteria tertentu, yaitu menentukan harga intrinsik dan kualifikasi minimal rasio keuangan saham tersebut. Sudah, itu saja. Karena sangat sederhana, maka saya pun harus merasa demikian. Menjaga emosi sangatlah penting, karena kalau kelewat percaya diri dan merasa paling hebat, pasti yakin dirinya bisa terus memilih saham yang oke dan melipatkan untung terus menerus. Realita dari sikap dan perilaku tersebut umumnya adalah melewatkan untung yang lebih besar demi menikmati untung yang sedikit.
3. Nabungnya dalam jumlah yang tidak memberatkan kebutuhan keseharian.
Saya menaruh Rp9jt dengan anggapan saya siap keluar terpuruk dengan Rp5-6 juta. Uang tersebut pun tidak ada dampak ke kebutuhan saya sehari-hari. Artinya, saya gak kelewat percaya diri juga dengan mengambil KTA Rp300 juta dan yakin bisa membayar KTA tersebut dengan untung di saham.
Hmmm... Kalau saya nyemplungnya Rp300 juta, untung saya sudah Rp20 juta...
Nah, saya tutup dengan pelajaran terakhir yaitu jangan berkhayal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H