Yang Pertama, saya harus utamakan menjadi orang kaya. Dulu saya lebih mengutamakan idealis saya. Padahal, jika saya utamakan menjadi orang kaya terlebih dahulu, saya kemudian bisa memfokuskan diri pada idealis saya karena ideal kita dapat bergeser dan berubah dengan jalannya kehidupan.
Fokusnya antara menjadi orang kaya dengan mengejar hasrat sangatlah berbeda. Banyak kata mutiara yang tidak memberikan fokus pada uang, katanya uang akan mengikuti dengan peningkatan kemampuan. Uang akan mengikuti dengan kualitas kerja kita. Atau yang lebih mendasar, uang tidak kemana-mana, rejeki sudah ditentukan. Memang semua itu betul, tetapi bagaimana kita menyisihkan dan mengelola adalah sepenuhnya di tangan kita. Sehingga jika memang memungkinkan menjadi orang kaya dari cita-cita yang kita kejar, kita tetap harus memiliki fokus untuk menjadi orang kaya.Â
Kedua, saya harus memiliki target kekayaan yang jelas, yaitu orang kaya dengan kepemilikan apa saja dan berupaya serta fokuskan segala upaya agar semua itu dapat diraih. Mau berdoa ke Tuhan pun tidak bisa abstrak hanya ingin menjadi kaya, tapi harus detil. Punya rumah/apartemen senilai Rp400 +/- juta, memiliki investasi (Reksa Dana atau saham) sebesar Rp1 Miliar dst. Tentunya semua harus realistis, dan realistis dapat diukur dari penghasilan kita. Jika sudah melampaui, maka artinya kita memasuki ranah campur tangan yang Maha Kuasa dan sedikit berkhayal karena belum tentu terjadi.
Yah mungkin itu yang ingin saya fokuskan ke depan dengan sisa umur saya. Itulah juga yang akan saya ajarkan kepada anak-anak saya. Utamakan menjadi orang kaya.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H