Mohon tunggu...
Haryo Nurtiar
Haryo Nurtiar Mohon Tunggu... Lainnya - PNS Perpustakaan Nasional

Cuma iseng-iseng dan sambil belajar tentang saham, finansial dan ekonomi. Katanya kita akan lebih mudah faham, dengan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Project S TikTok: Akankah Menjadi Pembunuh UMKM Lokal? Dan Bagaimana Kita Menghadapinya?

17 Juli 2023   07:55 Diperbarui: 17 Juli 2023   07:57 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Project S TikTok dikatakan oleh Menteri Koperasi dan UKM, yaitu Teten Masduki, bisa mengancam UMKM lokal. Benarkah demikian? Lalu jika benar, apa yang bisa dilakukan oleh pelaku UMKM lokal?

Mengapa project S TikTok mengancam UMKM?

Project S TikTok merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh TikTok untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

Ancaman terbesar dari Project S ini adalah TikTok dicurigai akan mengambil data dari produk UMKM yang populer, kemudian membuat produk tersebut di Cina. Lalu produk-produk tersebut akan dijual melalui TikTok dengan harga yang lebih rendah.

Itulah kekhawatiran terbesar terhadap Project S TikTok ini.

Tentang TikTok

Siapa yang tidak kenal TikTok? Kalaupun mungkin kamu tidak menginstal aplikasi TikTok, setidaknya kamu pasti pernah mendengar tentang TikTok. Bahkan kehebatan TikTok bisa dikatakan mampu mengalahkan kehebatan aplikasi milik Meta, yaitu Instagram.

TikTok memulai perjalanan di dunia media sosial pada tahun 2016, dengan menggunakan algoritma yang membuat penggunanya mampu bertahan lebih lama di TikTok dibandingkan dengan media sosial lainnya. Bahkan kehebatan algoritma TikTok ini mampu membuat penggunanya menjadi ketagihan.

Salah satu yang menjadi pembeda TikTok dengan platform media sosial lainnya adalah memungkinkannya pengguna baru untuk bisa terkenal. Hal ini berbeda dengan media sosial lainnya yang lebih mengutamakan akun-akun besar. Algoritma ini juga yang bisa menjadikan TikTok memiliki lebih dari 1 milyar pengguna dalam waktu singkat jika dibandingkan dengan platform lainnya.

Selain alogritmanya, keunggulan TikTok lainnya adalah dengan adanya fitur e-commerce di platformnya, yang disebut dengan TikTok Shop. TikTok Shop ini memungkinkan penggunanya untuk berbelanja secara langsung di TikTok tanpa harus keluar dari TikTok. Fitur ini merupakan fitur yang mengawinkan antara media sosial dengan e-commerce. Dan disebut dengan sociocommerce.

Sayangnya mayoritas produk yang dijual di TikTok adalah produk asal Tiongkok, meskipun yang menjadi penjual di TikTok Indonesia adalah orang Indonesia juga. Hal inilah yang menjadi ancaman bagi UMKM lokal. Apalagi TikTok belum lama ini meluncurkan project S.

Lalu apa itu project S, yang dikatakan mengancam UMKM lokal?

Apa itu Project S TikTok?

Project S ini merupakan project milik TikTok yang katanya mengancam UMKM lokal.  Project ini pertama kali dilaporkan pada Financial Times pada 21 Juni 2023. Di Inggris Project S ini hadir dalam bentuk fitur bernama Trendy Beat.

Mengapa Project S ini dikatakan membahayakan UMKM lokal?

Jadi Trendy Beat merupakan fitur yang memajang produk-produk populer. Sekilas, sepertinya ini merupakan fitur yang sangat bermanfaat. Karena pengguna TikTok bisa mengetahui produk-produk yang laris. Dan untuk para penjual, bisa mendapatkan ide produk untuk menjual.

Nah, ancamannya datang dari TikTok itu sendiri.

TikTok dicurigai akan mengambil data-data dari produk-produk populer tersebut. Kemudian, TikTok akan membuat produk-produk itu, lalu menjualnya sendiri dengan harga yang lebih murah. Inilah yang dikhawatirkan oleh Teten Masduki. Karena mampu mengancam produk-produk UMKM lokal.

Hal inilah yang terjadi di Inggris melalui fitur Trendy Beat. Produk-produk yang dipajang pada fitur Trendy Beat dikirimkan dari China. Meskipun perusahaan yang menjual, yaitu Seitu, terdaftar di Singapura. Tetapi perusahaan itu merupakan perusahaan ritel milik ByteDance yang merupakan perusahaan pemilik TikTok. Project S ini merupakan usaha yang dilakukan TikTok untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

Sebenarnya terlepas dari project S, ada beberapa keluhan yang sempat viral beberapa waktu lalu terkait dengan TikTok ini. Keluhan itu antara lain Shadowban dan keterlambatan pencairan uang.

Shadowban merupakan pinalti yang diberikan oleh TikTok kepada seller, sehingga untuk sementara seller yang terkena shadowban tidak bisa berjualan di TikTok. Hal yang menjadi masalah adalah kurangnya transparansi yang diberikan oleh TikTok terkait hal ini.

Sementara untuk keterlambatan pencairan uang, janji TikTok terkait waktu pencairan uang adalah 6-7 hari saja. Namun belakangan, waktu pencairan uang menjadi tidak pasti, bahkan hingga 3 minggu.

Masalah lainnya adalah TikTok masih berada di wilayah abu-abu terkait peraturan yang ada di Indonesia. Karena TikTok tergolong menjadi platform sociocommerce, yang belum ada aturannya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Bagaimana mengatasi masalah itu?

Sebenarnya apa yang dikatakan Teten Masduki sebagai Menteri Koperasi dan UKM, untuk mendorong revisi Permendag Nomor 50 tahun 2020 tentang Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Elektronik sangat baik. Karena Permendag tersebut belum mencakup sociocommerce. Sehingga harapannya revisi Permendag nantinya juga mengatur tentang sociocommerce.

Namun, tentu saja kita jangan terlalu tergantung dengan pemerintah. Dan kita pun tidak bisa protes kepada TikTok. Walau bagaimana pun, kita hanyalah pengguna TikTok dan bukan pemilik TikTok. Jadi yang perlu kita tanyakan adalah apa yang akan kita lakukan atau strategi apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi Project S ini?

Sebelum kita memutuskan tindakan yang akan kita lakukan, kita harus ingat terlebih dahulu bahwa TikTok bukanlah satu-satunya cara untuk kita bisa berjualan. Masih ada platform-platform lainnya, seperti marketplace, media sosial seperti IG atau Facebook, email marketing, atau menggunakan website sendiri. Karena itulah kita perlu memperlakukan TikTok hanya sebagai salah satu cara untuk berjualan. Dan bukan satu-satunya.

Sebenarnya potensi ancaman dari Project S ini muaranya pada harga. Sehingga strategi yang bisa kita lakukan adalah strategi untuk bisa keluar dari strategi perang harga.

Strategi perang harga biasanya dilakukan oleh para penjual yang tidak memiliki nilai tambah. Sehingga satu-satunya cara adalah dengan menurunkan harga. Dan sayangnya diikuti oleh penjual lainnya. Kamu bisa memberikan nilai tambah, serta layanan yang baik. Selain itu, kamu bisa menggunakan strategi list building. Agar kamu tidak bergantung hanya dari platform tertentu saja.

Kesimpulan

Perubahan merupakan hal yang pasti, demikian juga perubahan yang dilakukan oleh TikTok melalui Project S.  Meskipun hingga saat ini masih berupa kecurigaan, dan belum bisa dipastikan fakta mengenai Project S. Mulai sekarang ubah mindset dan strategi kita.

Jangan jadikan TikTok sebagai satu-satunya platform untuk berjualan. Gunakan juga platform lainnya. Jadikan TikTok sebagai salah satu channel untuk pemasaran. Tingkatkan layanan dan berikan nilai tambah, agar tidak terjebak ke dalam perang harga. Kamu juga bisa menggunakan strategi list building.

----

YouTube: Uang Adem 

Instagram: @uangadem 

TikTok: @uangadem 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun