Mohon tunggu...
Muh Zainal
Muh Zainal Mohon Tunggu... Lainnya - Widyaiswara

Touring, Nulis dan Widyaiswara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Aktif dengan Cara Daring

12 Mei 2020   20:03 Diperbarui: 21 Juni 2021   04:08 2600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Pembelajaran Aktif dengan Cara Daring (unsplash/taylor-wilcox)

Pembelajaran berbasis internet dengan cara daring menjadi sangat intens dilakukan oleh guru dan tenaga pendidik lainnya. Hal ini dipicu oleh kondisi penyebaran Pandemi Covid-19. 

Padahal semestinya cara ini sudah perlu dilakukan sejak dahulu, yaitu semenjak ketersediaan akses internet dan ketersediaan tools teknologi informasi dan komunikasi. 

Belajar Daring atau belajar Virtual semestinya menjadi sebuah strategi yang digunakan untuk menciptakan kemandirian peserta didik dalam belajar. Akan tetapi sekarang menjadi satu-satunya alternatif pelaskanaan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19

Baca juga : Tantangan Guru dalam Digitalisasi Pembelajaran

Konsep mula dari pembelajaran daring sebenarnya terdiri atas dua bahagian pokok jika ditinjau dari model interaksi pembelajaran yang dilakukan pendidik dengan peserta didik. Pola pertama adalah pola aSyncronous dan pola Syncronous. Perbedaan pola interaksi ini ditandai dengan kesamaan waktu mengakses kegiatan pembelajaran. 

Pola asyncronous biasanya dilakukan guru dengan menyediakan semua bahan ajar dan bahan tayang pembelajaran untuk dapat diakses peserta didik pada waktu yang berbeda. 

Peserta didik melakukan respon terhadap bahan ajar dan bahan tayang juga pada waktu ang berbeda. Sementara syncronous adalah pola dimana proses penyampaian materi pelajaran dilakukan secara bersamaan. 

Pendidik menyajikan materi pembelajaran yang juga langsung dapat diakses oleh peserta didik secara bersamaan. Jadi terdapat proses colaboratif antara siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran daring dengan syncronous seharusnya menjadi alternatif utama bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, karena dapat berinteraksi langsung dengan peserta didik. 

Baca juga : Dampak Siswa Dalam Penggunaan Gadget pada Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

Beberapa aplikasi daring yang dapat digunakan seperti Google Slide, Google Document, Google Meet, Jamboard, Zoom, Webex Meet, Microsoft 365 dan beragam aplikasi lainnya baik yang bersifat open sources maupun tidak. 

Ketersediaan tools dan interface teknologi akan memudahkan guru dan siswa membangun interaksi syncronous pada saat pembelajaran daring berlangsung. 

Disamping itu pula pembelajaran dapat menggunakan aplikasi e-learning menggunakan program LMS seperti moodle, Edmodo, Google Classroom untuk memabngun kelas daring yang dapat mengarahkan peserta didik belajar secara aktif.

Bagaimana membangun pembelajaran Aktif dengan Cara Daring

Membangun pembelajaran aktif tentu harus menggabungkan antara model syncronous dan asyncronous. Beberapa tahap yang dapat dilakukan guru adalah 

  1. Tahap pertama dengan menyediakan kontent pembelajaran interaktif dalam bentuk slide interaktif, video pembelajaran dan elektornik modul
  2. Content pembelajaran diupload pada aplikasi e-learning seperti Google Classroom atau aplikasi e-learning yang digunakan
  3. Menyertakan instruksi dalam bentuk tahapan pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam bentuk aktivitas. Tahapan ini dapat menggunakan beberapa model desain pembelajaran seperti ADDIE, ELPSA, ICARE, ICAME dan sebagainya.

Syarat pembelajaran aktif pada model daring paling tidak memfasilitasi peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajarannya secara mandiri denan berpedoman pada instruksi dan desain pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Perlu ada kejelasan langkah yang harus dilakukan oleh siswa sbeagai bentuk aktifitas.

Misalnya menggunakan desain instruksional, menggunakan ICARE, maka aktifitas pertama yang disusun guru dalam pembelajaran daring adalah Introduction, Connectivity, Action, Reflektion and Evaluation. 

Siswa akan melakukan aktivitas pada tahapa instroduction yang didalamnya guru memberikan instruksi tentang identitas mata pelajaran dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 

Baca juga : Peran Guru dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Era Pandemi Covid-19 Kendala Dan Solusi 

Setelah tahapan ini selesai barulah guru memberikan tahapan kedua yaitu Connection yaitu memberikan pertanyaan positif tentang pengetahuan awal peserta didik pada materi yang akan dibahas dan menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 

Pada tahapan ini juga guru membangun hubungan psikologis dengan siswa. Pada tahapan Action menjadi tahapan dimana peserta didik mengakses sumber dan bahan ajar yang disiapkan oleh guru dalam bentuk video, slide interaktif dan e-book. 

Guru perlu menyediakan waktu yang lebih untuk siswa memahami dan membaca materi sekaligus menyediakan waktu untuk konsultasi melalui aplikasi seperti zoom, chating, dan sebagainya. Proses ini yang merupakan proses syncronous antara siswa dan guru. 

Kegiatan selanjutnya adalah Refleksi dan evaluasi yang dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi seperti Google formulir dan Quzizz. 

Kunci keberhasilan pembelajaran aktif dengan model daring terletak pada desain instruksional yang digunakan guru dalam pembelajaran daring.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun