Mohon tunggu...
Dudi Herlianto
Dudi Herlianto Mohon Tunggu... -

masih terasa, entah!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kali Kedua Menapaki Batu Besar di Kaki Gunung Salak

26 November 2013   15:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:39 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

apa komentar saya jika melihat perempuan membaca (katanya sih) asmaul husna di sebuah situs peninggalan baheula seperti dalam gambar ini? sinis.. lah. hihihi. ukuran baju saya musti pas dipakai sama si perempuan itu. bukan? gambar ini adalah satu di antara beberapa susunan batu yang ada di situs di cibalay, tenjolaya, kab. bogor. orang lebih mengenal situs ini dengan sebutan ‘arca domas’. ‘arca’ adalah patung, sementara ‘domas’ adalah peleburan dua kata: ‘dua’ dan ‘omas’. domas adalah dua omas. dua kali empat ratus. secara harfiah arca domas berarti sebuah tempat dengan delapan ratus patung. laju, adakah patung-patung itu? setidaknya sampai saat ditulisnya lanturan ini, katanya, tidak ditemukan barang sebiji pun patung di situs cibalay. namun, seperti juga yang lain yang kadung terkenal. penamaan arca domas tampaknya sulit diganti. usulan beberapa tokoh yang mencintai sejarah, seolah tidak digubris pihak berwenang. jika anda suatu saat ingin menengok situs ini. satu petunjuknya, di belokan menuju situs, adalah plang situs masih tetap dengan nama ‘arca domas’. berderet dengan nama-nama situs yang juga ada di daerah cibalay. dalam satu plang. saya kemarin minggu, 17 nopember 2013, datang ke situs ini. bersama sekitar 20 orang yang tergabung ke dalam komunitas ‘napak tilas peninggalan budaya atau napas bogor‘. satu komunitas di facebook yang berminat pada kesejarahan, khususnya yang ada di sekitar bogor raya. kami, kurang lebih, ber20an orang “ngabaduy. mengular. menengok situs yang terletak di desa tapos, tenjolaya, kab. bogor ini. kami menapaki jalan setapak. menerobos semak belukar. di cuaca yang kadang panas, kadang teduh, dan sering hujan itu. kami berbagi kebahagiaan di indahnya kaki gunung salak. ini kali kedua saya ke situs ini. tepat dua tahun yang lalu, dengan komunitas yang sama, saya juga mendatangi cibalay. yang menarik adalah: kegiatan yang hampir serupa dengan yang dilakukan si perempuan tadi juga ditemukan dua tahun yang lalu.

ritual di batu besar

tapi sumpah, saat itu saya belum sinis sih . saat saya unggah foto ke facebook, saya hanya kasih keterangan: “foto ieu teh di situs megalitik cibalay desa tapos nu kaereh ka kacamatan tenjolaya kabupaten bogor. situs ieu sok dipabeulitkeun jeung situs arca domas. samalah aran dina plang panuduh ka ieu situs ge, nu dijieun ku dinas kabupaten kakait, geus diaranan situs arca domas. padahal cek pa inotji, voluntir kahot kasajarahan bogor, situs arca domas mah nu aya di kacamatan megamendung. ku kituna, pa inotji jeung rengrengan ti tim voluntir kasajarahan bogor keur ngusahakeun sangkan eta plang panuduh teh diganti wae.” iya benar, dalam bahasa sunda. dan maaf saya lagi malas menerjemahkan . intinya pada kedatangan dua tahun yang lalu, kedatangan komunitas napas bogor mengusung isu, salahsatunya, kesalahan penamaan situs di cibalay ini. dan isu tersebut, kembali menyeruak kemarin minggu. tentu saja hal ini karena seperti yang sudah disebutkan di atas. akibat abainya pihak berwenang. bisa karena ketidaktahuan. bisa juga, ini yang lebih berbahaya, karena ketidakpedulian mereka. kedatangan ke cibalay kali ini tidak sia-sia. ada tambahan informasi dari yang didapat dua tahun yang lalu. kedatangan kedua ini menjelaskan siapa akar masalah sehingga muncul kesalahan itu. menurut pak inotji dan kang hendra m astari (pencetus dan pemilik grup napas bogor), yang kembali menjadi nara sumber. katanya, kesalahan penamaan situs cibalay muncul dari peneliti belanda saat indonesia masih bernama nederlandsch indie, hindia belanda. sekitar pertengahan abad 19, peneliti belanda datang ke cibalay. sebelumnya, peneliti belanda itu sudah datang ke situs yang ada di tugu, megamendung, kab. bogor. masyarakat tugu telah menyebut situs itu dengan sebutan situs arca domas. memang benar, di situs tugu banyak ditemukan arca. saat kemudian dia datang ke cibalay, di kaki gunung salak. si peneliti melihat kemiripan kontur tanah dengan situs arca domas di tugu. sama-sama berupa babalayan alias punden berundak. juga ditemukan banyak batu tangtung yang berserakan. si peneliti lalu memberi nama yang sama dengan yang ada di tugu, situs arca domas.

babalayan

siapa peneliti belanda itu? saat di cibalay kemarin, pak inotji atau kang hendra saat berdiskusi menyebut nama di peneliti belanda itu. sayangnya, saya tidak mencatat. dan sial!, ingatan saya memang pendek. saya kemudian lupa. saya coba cari di internet. sialnya kembali. mungkin belum ada seorangpun yang menyebutkannya. saya tidak berhasil menemukannya.

ngariung: istirahat dan berdiskusi

kompleks situs di cibalay adalah situs megalitik. dengan ciri berbentuk babalayan dan ditaburi dengan banyak batu tangtung alias menhir. batu-batu itu besar sehingga disebut mega. megas. besar. dan litik. lithos. batu.

batu tangtung

disebut kompleks. karena tidak begitu jauh dari situs ‘arca domas’ terdapat situs lain yang serupa, seperti: situs pasir manggis, batu gores, jami piciing, dan endong kasang. selain situs yang sudah diakui, di cibalay juga batu-batu besar yang masih diduga sebagai peninggalan masa lalu, seperti batu kuya. batu kuya adalah penamaan dari juru pelihara situs pasir manggis, pak ending. pak ending turut serta dengan kami sebagai penunjuk jalan dan narasumber.

dari kiri atas, searah jarum jam: pasir manggis, jami piciing & batu gores, pasir manggis II, batu kuya

menurut pak inotji, ada kemungkinan komplek situs ini benar-benar peninggalan jaman megalitikum. jaman batu besar yang berlangsung sekitar 2.500 tahun sebelum masehi. jadi umur situs ini kurang lebih 4.500 tahun. sudah sangat tua. namun selain kemungkinan di atas, bisa jadi situs ini hanya megalitik yang terteruskan. artinya, dibangun jauh setelah jaman megalitik oleh orang-orang yang masih menjalankan kebudayaan batu besar. bukankan, kebudayaan batu besar pun sampai sekarang masih ada yang menjalankannya? seperti misalnya di kampung saya, di pojok timur selatan sumedang, di puncak sebuah bukit di pinggir kampung terdapat satu batu besar dengan banyak mitos. dan sampai beberapa waktu lalu, ketika saya pulang kampung, masih ada orang yang menaruh sesajen di atas batu tersebut. atau dua foto tentang ‘ritual di batu besar’ di atas juga bisa menjadi bukti lainnya. bahwa batu besar masih dianggap sebagai tempat sakral. masih ada orang yang menjalankan ritual tertentu, yang tidak sebatas berkunjung seperti kami dari komunitas napak tilas ini. ritual yang kemudian saya sinisi itu. - terakhir, saya akan kasih ancer-ancer jika anda yang dari jakarta, bandung, sumedang dan daerah sejenisnya akan berangkutan umum menuju ke situs cibalay. anda bisa datang ke bogor dan langsung menuju ke btm (bogor trade mall). di dekat mall ini ada tempat “ratusan” angkot menunggu penumpang. cari angkot 03 yang di kaca depannya ada tulisan “faten”. itu kependekan dari “farapatan tenjolaya”. dan saya tidak salah tulis. anda pun tidak sedang salah baca. benar, itu farapatan. ferempatan. selamat datang di kerajaan sunda 

:D
:D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun