Mohon tunggu...
Marsyuki Dahri Rasyid
Marsyuki Dahri Rasyid Mohon Tunggu... -

dari tanah aku berasal, melalui rahim wanita Bugis aku dilahirkan,. aku menangis pertama kalinya di tempat yang sangat sederhana, berlantai kayu, berdindingkan papan tanpa dihiasi foto seseorang yg memakai toga atau pakaian kebesaran lainnya di ruangan ini tidak ada guci keramik antik yg terpajang dan suasananya remang-remang karena hanya ada pelita yang menjadi penerang, disana tergantung parang dan baju kumal penuh lumpur yang merupakan pakaian dinas bapakku. aku bangga menjadi anak mereka.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sejarah

10 November 2011   10:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bung Tomo...

engkau telah lama mati

siapakah pewarismu hari ini???

sekarang para pemuda berteriak "Allahu Akbar"

tapi Tuhan sangat kecil di hatinya

Jendral Sudirman...

melalui penyakit, Tuhan telah mengambil nyawa dari ragamu

siapakah yang berani naik di atas tandumu???

lalu bergerilya melawan penjajahan yang belum usai

belum usai, bahkan baru dimulai

Bung Karno...

pidato kebangsaanmu masih terdengar

tapi kau telah tiada

kenapa kau bawa pergi semangatmu???

hari ini tak ada lagi pemuda yang berani naik di podiummu

dengan jiwa nasionalisme yang telanjang akan rupiah

Sultan Hasanudin...

Pangeran Diponegoro...

Pangeran Antasari...

kau tinggalkan istanamu

lalu turun ke medan perang dengan jiwa ksatria

tapi kalian telah terkubur

kau titipkan kepada siapa keikhlasanmu???

hari ini, di negeri ini

istana bagaikan pasung bagi penghuninya

yang merantai kemuliaan dalam perjuangan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun