Mohon tunggu...
zahir
zahir Mohon Tunggu... -

mencoba menyampaikan buah pikiran yang menggelitik..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebih Disiplin, Mengurangi Sedikit Kemacetan

11 Februari 2016   11:27 Diperbarui: 12 Februari 2016   14:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sources : Dokumen Pribadi"][caption caption="Sumber : Dokumen Pribadi"][/caption]Macet adalah “situasi atau keadaan tersendat nya atau bahkan terhenti  nya  lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan”. (Wikipedia)

Kemacetan merupakan permasalahan yang kita semua  hadapi sehari-hari , aparatur  pemerintah bersama dengan Kepolisian  melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kemacetan seperti membangun transportasi masal, penambahan jalan serta flyover, serta rekayasa arus lalulintas dan lain-lain. Apabila kita coba sedikit  menelaah maka  kemacetan itu  dapat disebabkan oleh volume kendaraan yang melintas telah melebihi batas, kondisi jalan yang buruk ataupun tidak memadai secara kuantitas maupun kualitas,  ketidak acuhan , ketaatan atau ketidak tahuan terhadap peraturan lalu lintas yang ada, lokasi fasilitas umum yang secara natural memperkecil jalan atau  areal streril yang dapat dilalui kendaraan,  serta banyak faktor lain yang mungkin berbeda antara satu daerah dengan daerah lain nya.

Waktu tempuh  yang semakin meningkat setiap hari dan pemborosan energi serta  banyak hal lain yang pada akhirnya bermuara kepada penurunan produktivitas serta efisiensi merupakan dampak kemacetan yang mau tidak mau akan  membebani  kita. Di Jakarta, misalnya, kecepatan rata-rata kendaraan bermotor hanya berkisar 10-15 km/jam, Bandung 14,3 km/jam, dan Bogor 15,32 km/jam. Di kota-kota besar lain, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, Surabaya, Medan, Palembang, Surabaya, Semarang, dan Makassar, meskipun lebih baik, rata-rata laju kendaraan bermotor kurang dari 30 km per jam *. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat kerugian akibat kemacetan di Jakarta saja mencapai hingga Rp 65 triliun per tahun dan kerugian  di Bandung nilainya mencapai Rp 4,36 triliun per tahun .*

Pernah kah anda mengalami atau terjebak di kemacetan/antrian kendaraan  yg cukup panjang dan ketika kita melewati titik kemacetan tersebut kita tidak menemui suatu permasalahan yang terlalu luar biasa ?. Sering kejadian tersebut diakibatkan oleh aktivitas dari kendaaran umum, jalan yang  sempit ditambah bis yang mengetem  menunggu penumpang plus mobilitas orang akan menambah semrawut nya jalanan.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadi nya kemacetan, dan faktor tersebut memiliki kompleksitas yang tinggi sehingga konsekuensi dari solusi nya juga membutuhkan biaya yang tidak murah dan juga waktu pengerjaan  yang relatif lama. Dengan melihat kembali  peranan aktif kita pribadi  dalam tercipta nya kemacetan, maka kita mungkin dapat memberikan alternatif solusi yang murah dan relatif segera dampaknya tehadap kemacetan itu sendiri.

Bila kita mengingat pepatah lama  “dimana ada gula disitu ada semut” apabila gula kita analogikan sebagai penumpang dan bis adalah semutnya maka kemanapun  ada potensi penumpang  maka disitulah bis akan menunggu.

Dari ilutrasi semut dan gula tersebut  diatas maka dapat kita lihat bahwa pandangan yang selama ini menyalahkan angkot atau bis sebagai biang keladi kemacetan perlu kita perbaiki.

Bis sebagai penyedia jasa layanan akan berkompetisi meraih pelanggan dengan berlomba lomba mendekati pelanggan yakni para calon penumpang . Dalam kondisi seperti ini   kita sebagai calon penumpang terlihat  memiliki posisi tawar yang tinggi  terhadap si penyedia jasa,  tapi pada praktik nya sehari hari yang terlihat adalah kita sebagai penumpang lebih banyak tersetir oleh keinginan para pengemudi angkutan umum yang lebih mengutamakan kepentingan mereka dengan berhenti asal cepat disembarang tempat.

Perubahan tidak akan pernah terjadi apabila kita tidak memulai nya dari kita sendiri, dalam hal ini kita para calon penumpang angkutan umum mulai menerapakan sedikit kedisiplinan diri pada saat  menggunakan jasa layanan angkutan umum seperti bis, angkot maupun taxi seperti , Naik/ turun angkutan hanya ditempat yang telah disediakan dan menolak untuk naik atau turun disembarang tempat. Apabila perilaku disiplin itu kita lakukan bersama sama  maka secara berangsur-angsur akan merubah perilaku para pengemudi angkutan umum untuk ikut berdisiplin.

Perilaku pengguna jalan yang disiplin akan menunjang ketertiban dalam berlalu lintas, dan pastinya akan mengurangi kemsemrawutan dan kemacetan dijalan .

* http://print.kompas.com/baca/2015/09/29/Saat-Kemacetan-Menjadi-Sahabat

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun