Maksud dari tulisan saya tentang pohon beringin adalah merujuk pada salah satu partai politik yang dalam bahasa saya adalah "Partai Dinosaurus" atau partai lama yang merupakan warisan Orde Baru, yaitu Partai Golongan Karya (Golkar) yang memang berlambang pohon beringin. Partai Golkar atau pada saat orde baru masih bernama Golkar (Karena belum menjadi partai), adalah penguasa selama 32 tahun orde baru di indonesia, di bawah nahkoda Presiden Soeharto. Berdiri pada tahun 1964, dan mulai berkompetisi pada Pemilihan Umum 1971, Golkar sesuai dengan lambangnya pohon beringin, dapat dikatakan sebagai partai politik yang sangat kuat, seperti filosofi pohon beringin yang merupakan pohon yang sangat kuat dan sulit untuk ditebang. Begitu juga dengan Golkar, yang telah kehilangan cabang-cabangnya, atau dengan kata lain "kehilangan" kader-kadernya yang mendirikan partai-partai baru. Seperti juga yang dialami oleh beberapa partai politik yang ada sekarang, seperti PKS yang "kehilangan" kadernya yang mendirikan Partai baru, maupun PAN yang juga dirumorkan akan kehilangan tokoh-tokohnya untuk mendirikan partai baru. Tidak seperti "kompetitornya" yaitu PDI Perjuangan yang tetap solid dan tidak terpecah dengan tetap mendukung tampuk kepemimpinan partai, Golkar kehilangan "cabang-cabang"-nya, dan diantara menjadi:
1. Partai Hanura (Hati Nurani Rakyat)
Berdiri pada tahun 2006, dan salah satu tokoh pendirinya adalah mantan Panglima ABRI, yaitu Jenderal (Purn) Wiranto, yang bukan hanya kader Golkar, namun juga pernah maju sebagai calon Presiden dari Partai Golkar pada pemilu 2004 berpasangan dengan KH Shalahudin Wahid yang merupakan adik dari mantan Presiden Republik indonesia yang keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pada Pemilu Presiden pertama yang dipilih secara langsung, pasangan ini mendapatkan nomor urut 1, namun hanya mendapatkan 22,15% suara dan gagal melenggang ke putaran kedua, karena kalah dari pasangan Megawati - KH Hasyim Muzadi (26,61%), dan SBY - Jusuf Kalla (33,57%), dan seperti diketahui pada putaran kedua pasangan SBY -Jusuf Kalla yang memenangkan Pemilu Presiden ini. Setelah gagal dalam kontestasi pemilu Presiden, kemudian Wiranto mulai merintis Partai Hanura.Â
Pada Pemilu 2009 Wiranto maju sebagai Calon Wakil Presiden dari "duta" Partai Golkar, yaitu Jusuf Kalla untuk membentuk pasangan JK - Win, namun harus kalah lagi dari pasangan petahana SBY - Boediono, dan bahkan perolehan suara mereka lebih rendah dari pasangan Megawati  - Prabowo (Mega-Pro).
Hanura sempat lolos ke senayan sebanyak 2 kali pada Pemilu tahun 2009 dan 2014, namun gagal lolos ke Senayan pada Pemilu 2019, dikarenakan hanya mendapatkan 1,54% suara, jauh dibawah Electoral Threshold yaitu 4%. Padahal pada tahun 2009 ketika belum ada ketentuan Electoral Threshold 4%, mereka lolos ke Senayan dengan perolehan suara 3,77%, dan pada 2014 juga lolos ke Senayan dengan meraih 5,26% suara pemilih. Banyak berita yang mengabarkan tentang konflik internal partai sebagai penyebab menurunnya perolehan suara Hanura pada 2019.Â
2. Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya)
Partai yang saat ini sedang "naik daun" berdiri pada tahun 2008 dan dipelopori oleh mantan Danjen Kopassus dan juga mantan menantu Presiden Soeharto, yaitu Prabowo Subianto. Bukan hanya sekedar mantan kader Golkar, Prabowo merupakan salah satu peserta konvensi Calon Presiden Partai Golkar pada tahun 2004, yang dimenangkan oleh Wiranto, bahkan perolehan suara Prabowo saat itu paling sedikit diantara peserta konvensi yang lain, seperti Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh.
Selepas Pemilu 2004, tepatnya pada tahun 2008, menjelang Pemilu 2009, Prabowo memprakarsai berdirinya Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan langsung lolos ke Senayan pada Pemilu pertamanya dengan memperoleh 4,46% suara, dan menempatkan Prabowo sebagai Calon Wakil Presiden bagi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, namun harus mengakui  kekalahan dari pasangan petahana SBY - Boediono. Kemudian pada Pemilu tahun 2014 dan 2019, Partai Gerindra berturut-turut meraih posisi ketiga di bawah PDI Perjuangan dan Partai Golkar, dan berturut-turut juga mengajukan nama Prabowo sebagai Calon Presiden dan selalu kalah dalam "partai back to back" kontra "jagoan" PDI Perjuangan, yaitu Joko Widodo atau sering disebut dengan Jokowi.
Lain dengan Hanura, perolehan suara Gerindra selalu mengalami progres dalam setiap Pemilu yang diikutinya, meskipun pada saat masih sesama menjadi kader Golkar, pamor Prabowo bisa dibilang jauh di bawah Wiranto. Bahkan karir militer Prabowo pun dapat dikatakan juga jauh di bawah Wiranto, dimana Wiranto menjadi Panglima ABRI, sedangkan Prabowo sendiri jabatan tertingginya di militer "hanya" sebatas Pangkostrad.