Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia 2006, Kekuatan Sebuah Kolektifitas

25 Mei 2020   13:04 Diperbarui: 25 Mei 2020   12:56 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Nasional Italia Meraih Gelar Piala Dunia 2006 (Sumber Gambar: fifa.com)

Pada babak semifinal bertemu dengan tuan rumah Jerman yang berisikan pemain-pemain muda. Italia menunjukkan ketenangan bermain para pemain senior mereka, ketika pertandingan memasuki babak tambahan setelah bermain imbang tanpa gol sepanjang 2x45 menit. 

Pada menit ke -119 lewat skema sepak pojok yang dilakukan oleh Del Piero, bola diterima oleh Pirlo dan langsung mengumpankannya ke Grosso, tanpa mengontrol bola Grosso melesakkan tendangan kaki kiri yang menembus gawang Jerman yang dikawal oleh Jens Lehmann. Tertinggal 0-1 membuat Jerman menggandakan serangan.

Namun alih-alih menyamakan kedudukan, Italia dengan sepakbola "gerendel"-nya melakukan serangan balik cepat, dan umpan Gilardino kepada Del piero mampu dikonversikan menjadi gol, dan skor berubah menjadi 2-0 di injury time babak tambahan. 

Italia pun lolos ke final dan bertemu dengan Perancis. Di babak final yang terkenal dengan insiden Zidane-Materazzi ini, Italia menang 5-3 lewat adu penalti setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit, sehingga Italia menasbihkan diri menjadi juara turnamen Piala Dunia 2006, dan membalas kekalahan mereka atas tim yang sama di final Euro 2000.

Tim Nasional Italia Meraih Gelar Piala Dunia 2006 (Sumber Gambar: fifa.com)
Tim Nasional Italia Meraih Gelar Piala Dunia 2006 (Sumber Gambar: fifa.com)

Keberhasilan Italia di Piala Duia 2006 tersebut adalah bukti dari kekuatan sebuah kolektifitas, dimana dari 23 pemain yang dibawa ke turnamen, hampir setengah diantaranya mencetak gol, bahkan kalau kiper tidak dihitung, maka tepat setengah pemain yang dibawa mampu mencetak gol. 

Bahkan Luca Toni yang merupakan Striker tersubur di turnamen ini hanya mencetak 2 gol, sama dengan gol yang dicetak oleh bek Marco Materazzi, bahkan apabila gol yang dicetak lewat adu penalti dihitung, Toni kalah produktif dari Materazzi.

Menjadi juara kadang tidak harus menunjukkan kehebatan individu, tapi juga bagaimana kolektifitas yang berperan pada saat itu, saat egoisme dihilangkan demi kepentingan bersama, untuk mencapai hasil yang optimal. Begitu juga saat beraktifitas dalam segala hal, dimana keunggulan individu harus digunakan untuk kepentingan organisasi. 

Dalam hidup sebagai warga negara pun juga harus mau menggunakan pemikiran dan andil positifnya untuk negara, seperti pada saat pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Bagaimana untuk tetap mengikuti anjuran Pemerintah selama pandemi akan berguna bagi kebaikan seluruh warga negara, dan apabila bagi tokoh yang berpengaruh di masyarakat untuk ikut membantu memberikan pengertian bagi masyarakat bagaimana pentingnya untuk melaksanakan protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Demikian artikel saya, semoga bermanfaat, dan ingat untuk tetap jaga kesehatan, dan taati anjuran Pemerintah selama pandemi Covid-19, dan salam olahraga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun