Setiap manusia mengalami siklus kehidupan, dimana kadang ada di atas, dan kadang ada di bawah, da tidak sedikit pula yang mengalami posisi berjaya pada saat muda, namun mengalami tahap decline di masa tuanya.Â
Begitu juga dengan pemain sepakbola, dimana saat ini dipuja-puja, namun bisa jadi hanya dalam tempo sekejap akan dianggap menjadi "biang kerok" kekalahan timnya.Â
Seperti Roberto Baggio di piala Dunia 1994, dimana aksi heroiknya pada awal ajajng Piala Dunia 1994 begitu dipuja, namun menghilang seketika saat eksekusi penaltinya pada saat babak adu penalti melayang di atas gawang Brasil, dan alhasil brasilpun menjuarai Piala Dunia untuk keempat kalinya.Â
Kemudian ada Loris Karius, yang dimana penyelamatannya selama membawa Liverpool lolos ke final Liga Champions musim 2018/2019 seakan sirna gara-gara dua kali melakukan blunder, sehingga Liverpool harus menerima kenyataan pahit gagal menjadi juara Liga Champions, setelah dipecundangi Real Madrid dengan skor 1-3.Â
Dan juga ketika seorang Zinedine Zidane yang sukses membawa Perancis lolos ke final Piala Dunia 2006 malah melakukan kesalahan, dan harus di kartu merah gara-gara insidennya dengan bek Italia Marco "Matrix" Materazzi.
Banyak momen bagaimana sosok yang dianggap pahlawan pada suatu masa akan menjadi pecundang di masa berikutnya. Dalam artikel ini saya akan membatasi ulasan saya pada seorang pemain yang menjadi pahlawan dengan mencetak gol penentu kemenangan dan membawa timnya meraih gelar juara, namun menjadi pecundang di kemudian hari, karena menjadi penyebab timnya gagal menjadi juara. Ada 2 pemain yang saya masukkan dalam kategori "From Hero to Zero", yaitu:
Andriy Shevchenko sering saya ulas dalam artikel saya, merupakan pemain sepakbola asal Ukraina yang aktif bermain dalam kurun waktu 1993-2012. Mencapai masa suksesnya bersama AC Milan, dengan memberikan gelar diantaranya Liga Champions Eropa 2002/ 2003, dan Piala Super Eropa 2003, serta menjadi pemain terbaik Eropa 2004.Â
Bersama AC Milan Shevchenko menjadi pahlawan di final Liga Champions 2002-2003 ketika berhasil membobol gawang Gianluigi Buffon lewat adu penalti dengan skor 3-2.Â
Saat itu Shevchenko menjadi eksekutor terakhir bagi Milan, dan berhasil menaklukkan Buffon, dan akhirnya AC Milan menjadi juara. Milan datang dengan statistik yang tidak begitu baik, namun akhirnya mampu meraih gelar juara lewat All Italian Final di Stadion Old Trafford, Manchester.Â
AC Milan sendiri dalam langkahnya ke final hanya menang 1 kali dalam 6 pertandingan terakhir, dan Shevchenko sendiri memulai musim dengan kurang meyakinkan setelah rentetan cedera, dan hanya mencetak 5 gol dari 24 pertandingan di Serie A. Namun dengan segala kekurangan tersebut, AC Milan mampu memboyong tropi Liga Champions ya yang keenam.
Pada musim 2004/2005, AC Milan kembali berhasil mencapai partai puncak di Stadion Atatuerk Olympic Istanbul, Turki, berhadapan dengan wakil Inggris, Liverpool. Memulai pertandingan dengan meyakinkan dengan unggul lebih dahulu 3-0 pada babak pertama lewat gol cepat Paolo Maldini dan brace dari Hernan Crespo, namun secara mengejutkan mampu disamakan 3-3 oleh Liverpool di babak kedua lewat gol Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso.Â
Pertandingan pun dilanjutkan lewat perpanjangan waktu, namun skor tidak berubah. Masuklah pada babak adu penalti, dan sampai pada penendang terakhir, Liverpool masih unggul 3-2, AC Milan melakukan tendangan terlebih dahulu, dan Shevchenko lagi-lagi menjadi eksekutor terakhir AC Milan.Â
Shevchenko menendang bola ke arah kanan gawang Liverpool yang dikawal Jerzy Dudek, dan Dudek mampu menebak arah bola, sehingga tendangan Shevchenko tidak berhasil masuk ke gawang Liverpool, pertandingan dihentikan dengan skor 3-2, meskipun Liverpool masih mempunyai seorang eksekutor tersisa.Â
Liverpool pun menjuarai Liga Champions musim 2004/2005, dan seketika juga para pemain Liverpool langsung merayakan kemenangan epik ini. Andriy Shevchenko yang merupakan pahlawan pada final 2 tahun sebelumnya menjadi biang kerok kekalahan AC Milan pada partai itu.
Pemain Tim Nasional Perancis yang pernah bermain bersama Tim Nasional Argentina di kelompok umur ini merupakan pahlawan bagi Perancis di final Euro 2000 ketika mencetak gol emas ke gawang Italia.Â
Gelar juara yang membawa Perancis menjadi tim terkuat dunia pada saat itu. Â Terkenal dengan duetnya bersama legenda Arsenal, Thierry Henry, dan sukses bersama raksasa Italia Juventus.Â
Pada Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman, Perancis melaju sampai ke final setelah di semifinal mengalahkan Portugal. Menghadapi Italia di final, yang bisa dikatakan sebagai ajang balas dendam Italia atas kekalahan di final Euro 2000, Perancis sempat unggul cepat melalui penalti Zinedine Zidane pada menit ke-7.Â
Penalti diberikan setelah Marco Materazzi menjatuhkan Florent Malouda. Namun berselang 12 menit, Materazzi menyamakan kedudukan untuk "menebus dosa"-nya setelah memanfaatkan sepak pojok Andrea Pirlo. Â Setelah melewati perpajangan waktu, skor tidak juga berubah, sehingga dilanjutkan ke babak adu penalti.Â
Trezeguet menjadi eksekutor kedua Perancis, dan tidak dikira, tendangannya membentur mistar gawang, padahal Buffon sudah bergerak ke arah yang salah.Â
Setelah rangkaian tendangan penalti, akhirnya Italia mengunci kemenangan dengan skor 5-3, setalah eksekutor terakhir mereka, Fabio Grosso membobol gawang Barthez, Italia pun akhirnya menjadi juara Piala Dunia 2006 di Jerman, dan penedang kelima Perancis tidak perlu mengambil tendangan, karena sudah tidak bisa merubah keadaan.Â
David Trezeguet yang merupakan pahlawan di final Euro 2000 dengan membobol gawang tim yang sama, dengan dramatis harus menjadi pecundang dalam "rematch" ini.
Perputaran kehidupan akan terus terjadi selama manusia masih hidup, sehingga apa bila saat ini masih di bawah, maka tidak tertutup kemungkinan akan datang saatnya seseorang akan di atas, dan apabila sedang berjaya pada saat ini, maka ingat tidak tertutup kemungkinan juga bahwa suatu saat manusia akan mengalami penurunan.Â
Sekian dari saya, semoga bermanfaat, dan ingat tetap jaga kesehatan, dan salam olahraga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H