Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Bola

The Late Rising Stars

3 Mei 2020   13:45 Diperbarui: 3 Mei 2020   13:37 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamie Vardy (Sumber Gambar: premierleague.com)

The Late Rising Stars

Sepakbola memiliki ragam kejadian yang terjadi di dalamnya, ada pemain yang sejak muda hingga usia 30-an tetap eksis dan memiliki performa yang stabil, seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Robert Lewandowski. Ada juga yang moncer saat masih muda, namun meredup ketika sudah mulai menjelang usia 30, seperti Bojan Krkic, Kiko Macheda, Eric Djemba-Djemba, dan Mario Goetze (yang sempat jadi pahlawan timnas Jerman ketika mencetak gol tunggal ke gawang Argentina di final). 

Namun dalam artikel ini, saya akan membahas pemain yang justru bersinar pada saat usia sudah menjelang 30 tahun, yang dianggap akhir usia emas bagi pemain sepakbola. Pemain-pemain tersebut masuk dalam kategori "Late Rising Stars", dan berikut saya ingin membahas tentang 4 pemain yang termasuk dalam kategori tersebut, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Paul Bosvelt

Nama Paul Bosvelt adalah nama yang tergolong asing bagi milenial yang menjadi Football Lovers, namun nama ini adalah sosok yang unik di dunia sepakbola. Pemain asal Belanda ini memperkuat Timnas Belanda pertama kali pada usia menjelang 30 tahun, dan memperkuat Timas Belanda yang tampil di Euro 2000 ketika mereka menjadi tuan rumah, dan kalah dalam adu penalti melawan Italia di semifinal, dimana Bosvelt juga menjadi salah satu eksekutor yang gagal. 

Namun jasanya dalam mengantar pencapaian Timnas Belanda di Euro 2000 tidak terhapuskan dengan gagalnya dia menjadi eksekutor, karena kiper Italia pada saat itu, Francesco Toldo memang tampil sangat gemilang. Bosvelt mundur dari Timas Belanda pada tahun 2004 setelah tampil di ajang Euro 2004 di Portugal. Untuk karir di klub, Bosvelt sempat memperkuat Manchester City ketika usia sudah menginjak 33 tahun, yaitu pada tahun 2003, sebelum akhirnya pensiun bersama FC Heerenveen pada tahun 2007.  

2. Luca Toni

Luca Toni (Sumber Gambar: worldfootball.net)
Luca Toni (Sumber Gambar: worldfootball.net)

Luca Toni lahir di Modena, Italia pada tanggal 26 Mei 1977, memulai karir malang melintang di tim-tim kecil di Serie C1 dan Serie B. 

Sempat satu tim dengan Roberto Baggio  pada saat memperkuat Brescia, mulai diperhitungkan pada saat mencetak 20 gol di Serie A untuk Palermo pada musim 2004-2005 (yang akhirnya gelar juara Serie A yang diraih Juventus di musim tersebut dianulir, karena kasus Calciopoli), dan menjadi Top Scorer Serie A pada musim berikutnya bersama Fiorentina dengan 31 gol. 

Memperkuat Timnas Italia pertama kali pada usia 27 tahun, termasuk terlambat untuk seorang pemain bola, yang biasanya dipanggil timnas pada usia 22-25 tahun. Membuat kejutan dengan mencetak Hattrick bersama Timnas Italia pada 07 September 2005 ke gawang Belarusia pada saat menang 4-1 di Stadion Dinamo, Minsk, Belarusia pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2006. Kemudian Timnas Italia menjadi juara Piala Dunia 2006 di Jerman, dan Luca Toni mencetak 2 gol dalam ajang tersebut. Kemudian pindah ke Bayern Muenchen dan menjadi top skorer Bundesliga dengan 24 gol pada musim 2007-2008. 

Sempat mengalami penurunan performa, namun kelanjutan ketajamannya pada usia "senja" masih saja terbukti, pada usianya yang sudah 38 tahun menjadi salah satu Top Scorer Serie A dengan mencetak 22 gol pada musim 2014-2015, dan yang membuat lebih istimewa lagi adalah, Toni mencetak 22 gol tersebut ketika "hanya" memperkuat tim sekelas Hellas Verona.

3. Jamie Vardy

Jamie Vardy (Sumber Gambar: premierleague.com)
Jamie Vardy (Sumber Gambar: premierleague.com)
Striker yang satu ini saat ini sangat dikenal bagi pecinta bola, dia dikenal sebagai sosok yang haus gol, dengan permainannya yang sederhana, namun efektif, Vardy baru mencetak gol perdananya di Premier League pada usia 27 tahun pada paruh pertama musim 2014-2015, ketika mengalahkan Manchester United 5-3 (Yang saat itu diperkuat Angel Di Maria), dan membalikkan keadaan yang sebelumnya tertinggal 1-3. 

Jamie Vardy muda hanya bermain di klub-klub semenjana di level bawah Sepakbola Inggris, sebelum akhirnya bergabung dengan Leicester City pada musim 2012-2013 (yang saat itu masih berada di Divisi Championship), dan ikut berjasa membawa Leicester City promosi ke Premier League di musim 2013-2014, dan berhak bermain di kasta tertinggi pada musim berikutnya. Karir Vardy semakin moncer bersama Leicester City setelah membawa Leicester City juara Premier League musim 2015-2016 dan mencetak 24 gol, dan menjadi top skorer kedua dibawah Harry Kane. 

Penampilan yang gemilang pada tahun 2015 juga membuat Vardy dipanggil masuk Timnas Inggris, dan memulai debutnya bermain di Timnas Inggris pada tahun tersebut. Meskipun setelah menjuarai Premier League perjalanan Leicester City bak "Roller Coaster", namun pada musim 2019-2020 (yang belum jelas kelanjutannya) Leicester City kembali menjadi kuda hitam dengan berada di peringkat ketiga dibawah Liverpool dan Manchester City.

4. Kasper Schmeichel

Kasper Schmeichel (Sumber Gambar: premierleague.com)
Kasper Schmeichel (Sumber Gambar: premierleague.com)
Lagi-lagi adalah pemain Leicester City, yaitu putra dari kiper legendaris Denmark Peter Schmeichel, yaitu Kasper Peter Schmeichel. Kasper memulai karir senior bersama Manchester City ketika berusia 19 tahun, namun selama 4 tahun di Manchester City dia hanya bermain di Premier League sebanyak 8 kali, karena dianggap kalah bersaing dengan Joe Hart. 

Nama besar sang ayah tidak menjamin kesuksesan dia sebagai pemain yang langsung mendapatkan tempat utama di klub. Selama 4 tahun itu Kasper "wira-wiri" untuk dipinjamkan ke klub-klub semenjana di level Champioship dan League Two. Kasper mulai menemukan jati dirinya pada musim 2009-2010 ketika memperkuat tim League Two, Notts County dengan tampil sebanyak 49 kali di semua ajang. 

Kemudian musim berikutnya memperkuat tim Divisi Championship Leeds United dan tampil sebanyak 40 kali di semua ajang. Musim berikutnya, yaitu musim 2011-2012 mulai bermain untuk Leicester City di Divisi Championship. Setelah 3 musim berkutat di Divisi Championship, akhirnya Leicester City promosi ke Premier League, dan kemudian Kasper ikut membawa Leicester City meraih gelar juara Premier League pada musim 2015-2016. Selama 9 musim membela Leicester City, Kasper telah bermain lebih dari 350 caps.

Usia bukanlah penghalang untuk memulai sesuatu, banyak Late Rising Stars yang justru memiliki pencapaian yang tinggi. Demikian tulisan dari saya,apabila ada kesalahan dalam penulisan atau informasi yang saya sampaikan, mohon untuk dikoreksi. Tetap jaga kesehatan, tetap semangat, taati peraturan Pemerintah selama pandemi COVID-19, sampai jumpa lagi di artikel selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun