Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akhir Tragis George Armstrong Custer

3 Mei 2020   02:54 Diperbarui: 3 Mei 2020   03:00 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
George Armstrong Custer (Sumber Gambar:  britannica.com)

Bagi beberapa orang mungkin asing dengan nama Letnan Kolonel George Armstrong Custer, seorang perwira kavaleri Amerika Serikat yang terjun di perang sipil Amerika dan Perang Indian Amerika pada abad ke 19. 

Bagi penggemar band Slipknot tentu tahu ada salah satu judul lagu mereka yaitu "Custer" yang menceritakan tentang George Armstrong Custer pada saat akhir hidupnya "dibantai" di pertempuran Little Bighorn. 

Seorang Letnan Kolonel Custer yang terkenal beringas ternyata hancur dalam pertempuran melawan suku asli indian, yang diantara ada Suku Lakota Sioux dan Suku Cheyenne. 

Pada 26 Juni 1876, Custer diperintah atasannya untuk mengatasi konflik dengan suku Indian yang melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Amerika Serikat. Saat itu suku Indian yang saat itu diprakarsai oleh Pimpinan Spiritual bernama Sitting Bull berada di sekitar sungai Little Bighorn (sehingga dikenal dengan pertempuran Little Bighorn). 

Custer datang dengan membawa kurang lebih 700 pasukan, dan dengan percaya diri akan dengan mudah mengalahkan para suku Indian tersebut. Custer menyuruh Mayor Marcus Reno untuk menyerang dari sisi selatan dengan membawa 3 kompi pasukan, Kapten Frederick Benteen diperintahkan untuk menemukan kembali perkemahan Indian Sioux di sebelah selatan dengan membawa 3 kompi pasukan dan kemudian untuk kembali lagi.

Sedangkan Kapten Thomas Mc Dougall's membawa amunisi dan logistik persenjataan lain, dan Custer menunggu di sisi utara yang merupakan dataran yang lebih tinggi dengan 5 kompi pasukan, dengan harapan para suku Indian akan ketakutan dengan serangan pasukan Marcus Reno dan kemudian lari ke utara, dan kemudian dengan sangat mudah Custer dan 5 kompi pasukannya membantai mereka pada saat sedang panik. 

Ternyata dugaan tersebut salah, suku Indian yang memiliki kekuatan kurang lebih 2.000 orang tidak takut dengan serangan Marcus Reno (yang pasukannya kalah jumlah dari suku Indian), pasukan kavaleri yang hanya bersenjatakan Springfiled Carbine 1873, dan pistol Colt Single Action Army 1873 harus berhadapan dengan suku Indian yang tidak hanya bersenjatakan panah, namun menggunakan senjata Winchester Rifle, yang memiliki spesifikasi lebih canggih. Pasukan Custer pun kewalahan terhadap serangan dari para suku Indian. 

Menurut bebrapa ahli sejarah, pasukan Custer kurang menguasai medan, termasuk salah dalam menghitung luas, dan jumlah kombatan suku Indian. singkat cerita Letnan Kolonel George Armstrong Custer meninggal dalam pertempuran tersebut, dan dua tokoh Indian yaitu Sitting Bull , Chief Gall, Lame White Man (yang meninggal dalam pertempuran), dan Crazy Horse dianggap yang bertanggungjawab atas kejadian tersebut. 

Padahal beberapa sumber mengatakan apabila Sitting Bull tidak ikut pertempuran, melainkan menunggu para wanita dan anak-anak di perkemahan sementara para laki-laki dewasa sedang bertempur. 

Waktu terus berjalan, dan pada tahun 1881 Sitting Bull menyerah kepada Militer Amerika Serikat, setelah sebelumnya mengasingkan diri ke Kanada , sedangkan Crazy Horse menyerahkan diri pada Mei 1877, dan meninggal 4 bulan setelahnya, akibat terkena bayonet (dan penyebabnya masih simpang siur hingga sekarang), dan Chief Gall menyerahkan diri pada 1880.

Bagaimana dapat kita pelajari, bahwa manusia pasti mempunyai kelemahan, seorang George Armstrong Custer yang terkenal hebat dalam perang akhirnya "hanya" kalah dalam pertempuran melawan Suku Indian, dikarenakan terlalu menganggap remeh lawan. 

Tapi setahu saya, Bangsa Indian adalah bangsa asli di Amerika, namun dalam beberapa film digambarkan mereka adalah bangsa yang suka membunuh. Padahal menurut saya, mereka hanya ingin mempertahankan tanah air mereka sendiri. 

Saya berharap kita bangsa Indonesia jangan sampai menjadi seperti Indian, karena penjajajahan pada saat ini tidak lagi harus dengan menggunakan senjata, namun bisa dilakukan dengan pendekatan ekonomi, yang akhirnya juga akan mengambil alih kepemilikan dari bangsa yang seharusnya menjadi tuan rumah.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat, apabila ada kesalahan penulisan, baik keakuratan data yang saya paparkan maupun tata ketik saya yang salah, mohon untuk dikoreksi. Salam sehat, salam bahagia, semoga sukses!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun