“Nak telolet Nak...”
Dafi masih tampak kecewa.
*
‘Ibu mana yang menimang-nimang anaknya sambil berkata, "Cepatlah tua, anakku!”— [Jokpin, 2012].
Tidak ada, percayalah... Jika pun ada, mungkin ia Ibukota yang tidak memiliki ibu cinta kepada warganya. Sebab, seperti pernah kubisikkan kepadamu saat kau sibuk dengan susu kotak itu, karena musti merelakan susu ibumu untuk adik perempuanmu—menjadi tua itu memang enggak asik.
Dan, kau akan tahu, Nak, masalah di jagat raya ini, seringkali buah tingkah laku orang dewasa, dan selalu anak-anak sepertimu yang menanggung pilunya.
Jangan lekas tua, Nak.
Temani Pamanda menikmati hidup hingga kepalaku mulai beruban dan aku tahu bahwa genangan di jalanan itu bukanlah genangan karena air matamu.
Omong-omong, kamu ingin jadi penyair, Nak?
Tidak usah yak, terlampau banyak penyair tapi masa saja sedikit puisi yang bisa membuatmu sumringah saat membacanya, meski, sesekali, bolehlah kamu coba-coba bikin puisi yang kau tulis di kisi-kisi tangis dan tidurmu.