Mohon tunggu...
Tyo Prakoso
Tyo Prakoso Mohon Tunggu... Penulis -

Pembaca dan perajin tulisan. Gemar nyemil upil sendiri dan berkegiatan di kedai literasi @gerakanaksara [http://gerakanaksara.blogspot.co.id/], dan penjual buku di Kedai Buku Mahatma [https://www.facebook.com/kedaibukumahatma/]. Surat-menyurat: tyo.cheprakoso0703@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Karena Orang Dewasa Selalu Bikin Susah Anak-anak!

28 Desember 2016   15:46 Diperbarui: 28 Desember 2016   16:04 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi | @cheprakoso | 2016

“Iya, Nak. Sekarang tidur yak, sini Paman dongengin tentang tokoh wayang yang kamu pegang itu, namanya Gatotkaca. Gatotkaca main bola....”

"Enggak mau Paman. Sekarang aku yang mau cerita, dan Paman harus dengerin. Paman ngoceh mulu, enggak haus Paman?”

Saya melongok dan memandang bocah yang usianya 17 bulan itu. Saya membayangkan Dafi benar-benar mengatakan itu kepada saya. Saya harus tahu diri, bahwa anak-anak tidak selemah dan sebodoh yang saya kira.

“Nak...”

“Paman diam dong! Aku mau mulai cerita nih...”

Kemudian Dafi ngoceh dengan bahasa yang tidak saya mengerti. Bahasa yang hanya mengeluarkan suara ‘Mooo.... Tuh.... Huuhh.... Gaakk…’ dan sebagainya. Tapi dari raut mukanya saya menduga ia sedang bercerita tentang Gatotkaca main bola, dan kemudian diteriaki bocah-bocah di pinggir jalan; “Om Telolet Om...” lalu Gatotkaca menendang bola dengan sangat kuat, ‘Jebreeet’, sehingga bola itu melayang di langit, dan saat melayang itulah bola itu menghasilkan bunyi ‘Telolet’ dan bolanya rebah lalu pecah, dan bocah bahagia.

“Paman, enggak perhatikan ceritaku ya?”

Saya terdiam. Anda tahu, saya masih ngelindur.

“Kenapa orang dewasa begitu sih. Aku musti nangis dulu baru mereka bisa ngerti apa yang aku mau. Aku enggak mau jadi orang dewasa, ah...”

Mukanya tampak kecewa.

Saya masih diam, dan tetap ngelindur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun