Mohon tunggu...
Tyo Prakoso
Tyo Prakoso Mohon Tunggu... Penulis -

Pembaca dan perajin tulisan. Gemar nyemil upil sendiri dan berkegiatan di kedai literasi @gerakanaksara [http://gerakanaksara.blogspot.co.id/], dan penjual buku di Kedai Buku Mahatma [https://www.facebook.com/kedaibukumahatma/]. Surat-menyurat: tyo.cheprakoso0703@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panduan Mencintai Buku Hingga Usia Tua dan Hidup Bahagia Karena Memiliki Toko Buku di Sudut Kota

2 September 2016   15:59 Diperbarui: 2 September 2016   18:09 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infinity Books di Tokyo, Jepang yang dikelola Nick https://thedustysneakers.com/2016/08/31/gaijin-penjual-buku-terakhir/)

Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, apabila dalam tempo 7 menit lewat 38 detik reaksi tersebut belum tampak, lakukanlah secara berulang dan konstan dengan buku-buku yang sampean ambil lagi ke rak buku tadi. Lakukan terus, dan jangan berhenti bila reaksinya belum tampak. Jangan coba-coba berhenti, sebab dampaknya lebih fatal ketimbang sampean tidak melakukannya, atau tidak mengacuhkan tersebut di atas, dan jangan dibayangkan, tentu saja.

Jika belum tampak juga reaksinya, sabarlah. Sebab kira-kira sampean perlu terus mencoba sampai pada percobaan ke-1.587 kali—artinya perlu ada jumlah buku tersebut masuk ke dalam jamban berbarengan dengan bunyi ‘pluuung’. Bila sudah sampai diangka tersebut belum tampak juga reaksinya, maka bisa dipastika sampean orang yang tidak memiliki jodoh dengan buku, atau dunia yang berkaitan dengan perbukuan.

Atau ada saran terakhir bila belum juga tampak reaksinya, temuilah ke pemilik utama toko buku Grahmed (jika saya tidak keliru inisialnya: J.O)—sebelum beliau mampus. Katakan kepadanya: pensiunlah jadi penjual buku, sebab buku-buku yang dijual di toko buku Anda bukanlah buku, mungkin lebih mirip najis-besar atau tahi. Mosok buku-bukumu kalah sama tahi yang mampu menghasilkan bunyi ‘pluung’?

Lalu toyorlah kepalanya, dan doakanlah agar lekas mampus—sebab mungkin itu jalan satu-satu untuk sampean ikut serta “mencerdaskan bangsa”. Kemudian lekaslah tinggalkan JO, jangan pedulikan pendapatnya. Sebab sampean tahu, pendapat pemilik toko buku yang koleksi bukunya lebih parah ketimbang tahi itu tidak perlu didengar. Seperti sampean tidak perlu mendengar alasan mantan pacarmu yang memutuskanmu hanya karena ingin fokus skripsi, misalnya.

Sampean tahu, JO dan mantan pacarmu itu tahi!

Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, sekianlah panduan ini saya tulis. Bila dirasa panduan ini menganggu ketentraman sampean, segeralah komentar di kolom yang tersedia. Bila panduan ini dikiranya membantu sampean untuk mencintai buku dan ikut "mencerdaskan kehidupan bangsa"—dan dengan begitu sampean terilham menjadi penjual buku seperti Nick yang memiliki toko buku di sudut kota yang di belakang toko buku tersebut terdapat bar yang bisa menyajikan ciu, anggur merah atau spritus, itu artinya sampean tolol. Sudah itu saja!

Salam,

Agus Reges,

Agustus, 2076

*Tyo Prakoso,Pembaca dan (perajin) tulisan. Buku pertamanya Bussum dan Cerita-cerita yang Mencandra(2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun