Pembaca, kiranya saya juga perlu memberikan sedikit penjelasan tentang Shanny dan Revi. Minimal tentang ciri-ciri fisik yang mungkin sangat membantu kalian jika melihat seseorang dengan ciri-ciri tersebut.
Shanny adalah perempuan yang berkepala kelinci. Usianya kira-kira 22 tahun. Tingginya 170-an sentimeter. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Ia senang mengenakan baju berwarna biru. Untuk alasan mengapa kepalanya berubah menjadi kepala kelinci, saya punya ceritanya tersendiri. Begini: saat itu sore telah menjadi gelap. Tapi hujan belum turun. Di sebuah bangku kayu yang letakknya di bawah pohon kamboja liar, kami—saya, Shanny dan sejumlah teman-teman, yang saya kira tak perlu saya sebutkan namanya—sedang berbincang-bincang mengenai berbagai hal.Â
Seorang teman, sebut saja namanya Bagja—bukan nama sebenarnya, identitas sebenarnya ada di tangan saya—mengajukan sebuah pertanyaan kepada kami; apakah cinta harus memiliki?Kami semua tertawa. Termasuk Shanny. Kami—atau setidaknya saya—teringat lagu yang sudah klise itu. Tak ada cinta tanpa memiliki, karena kita bukan nabi yang setia meski disakiti,jawab saya. Semua terdiam. Termasuk Shanny. Untuk kemudian kami tertawa lagi. Tapi Bagja malah terdiam. Ia mengucapkan sebuah mantra kepada kami, kira-kira bunyinya begini; Huuaaaaaaa, awiwuaaaaa, huaaaa...dan masih panjang lagi, seperti ayat-ayat di kitab suci, mantra itu diucapkan sebanyak tiga kali, dengan nada yang berbeda-beda tepat di hadapan wajah kami yang sedang tertawa. Hingga kemudian kami terdiam. Dan kepala Shanny berubah menjadi kepala kelinci.
Bagja berhujjah, bahwa mantra yang diucapkannya tadi adalah sebuah mantra yang ia pelajari dari sebuah buku sakti yang berjudul Mulut Bisa Berdusta, Tapi Hati tak Pernah Bisa: Upaya Menemukan Cinta Sejati karangan Drs Saidin yang ditulis pada tahun 1948, sebulan setelah affairKomunis-Musso di Madiun, Jawa Timur, dan diterbitkan oleh penerbit partikelir.Â
Dikatakan di buku itu, bahwa seseorang yang berbohong kepada kata hatinya, meskipun ia berusaha menutup-menutupinya, entah dengan tertawa atau sebuah senyum, kepalanya akan berubah menjadi kepala binatang yang dibencinya, jika mantra itu dibacakan di wajah mereka. Itu mengapa Bagja membaca mantra itu di wajah kami saat itu. Dan karena Shanny membenci kelinci, maka kepalanya berubah menjadi kepala kelinci. Untuk berapa lama? Bagja tidak tahu. Yang jelas, kata Bagja, buku itu mengatakan, bahwa kepalanya akan kembali menjadi kepala manusia dengan sendirinya, bila ia sudah jujur dengan kata hatinya. Dan sejak itulah Shanny menjadi perempuan berkepala kelinci. Hingga kejadian ia hilang selama tujuh hari ini.
Sementara Revi adalah lelaki yang berkepala babi. Usianya lebih muda satu tahun ketimbang Shanny. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya sudah meninggal dunia. Tapi ia tak juga akrab dengan ibunya. Mungkin itu mengapa ia begitu akrab dengan pensil, buku gambar dan gitar. Ia anak muda yang memiliki banyak talenta; menggambar, menulis hingga bermain alat musik. Hanya satu kelemahan dia: ia tak pernah bisa menekuni satu dari sekian banyak talenta yang dimilikinya. Untuk alasan mengapa ia berkepala babi, saya juga punya cerita tersendiri. Tapi cerita ini saya dengar dari salah seorang teman yang menjadi teman dekat Revi, namanya Azis—namanya sebenarnya, yang kebenaran ceritanya mungkin bisa kita pertanyakan.
Begini: suatu hari Azis dan Revi baru saja kelar latihan band dengan teman-temannya di sebuah studio musik tak jauh dari kampus. Mereka mampir di sebuah warung jamu. Tentu bukan untuk meminum jamu biasa. Tapi jamu yang luar biasa. Jamu yang bisa mendatangkan burung-burung kecil yang berputar-putar di atas kepala saat meminumnya dari sebuah sedotan di sebuah kantong kresek hitam. Mereka berbincang-bincang tentang apa saja. Sambil menikmati jamu yang luar biasa itu. Hanya Azis dan Revi yang tidak meminum jamu itu. Dan keduanya memang tak pernah meminum jamu luar biasa itu bila sedang berkumpul dengan teman-temannya. Hingga akhirnya terjadi sebuah keributan kecil, yang tak jelas apa penyebabnya; mungkin karena perempuan. Kemudian Toha—bukan namanya sebenarnya, identitas sebenarnya ada di tangan saya—melerai perkelahian itu. Kata Toha, perempuan ada untuk disakiti, jika ada laki-laki disakiti oleh perempuan, mungkin itu karena dua sebab. Satu, laki-laki yang kelewat tolol, atau dua, laki-laki itu seperti perempuan.Toha dan teman-temannya tertawa. Hanya Azis dan Revi (tentu saja) yang tidak. Ada burung-burung kecil mengitari kepala Toha dan teman-temannya. Karena diejek, apalagi diejek perihal perempuan, Revi melangkah meninggalkan teman-teman bandnya itu. Beberapa langkah, Azis bangkit dan mengikuti Revi.Â
Pada langkah ke-7, saat ingin mengayunkan kaki kirinya, tiba-tiba kepala Revi berubah menjadi kepala babi. Azis yang sudah berjalan di sampingnya tidak menyadari perubahan itu. Baru di langkah ketika mereka ingin naik ke tangga penyebrangan, Azis menyadari bahwa kepala Revi berubah menjadi kepala babi. Azis kaget. Ia gemetar. Ia lekas berlari meninggal Revi yang kebingungan, sambil berteriak-teriak; babi-babi-babi. Sejak itulah kepala Revi berubah menjadi kepala babi.Â
Usut-punya-usut—yang saya dengar dari cerita teman baik Toha yang juga temannya Azis—bahwa Toha mengirim sebuah tulah kepada Revi sesaat ia mengatakan kata-katanya tadi; Toha mengedipkan sebelah matanya sambil mendeham sebanyak tiga kali tepat garis lurus ke wajah Revi. Toha adalah anak seorang dukun di daerah Banten Selatan. Kepala babi—keterangan ini saya dengar dari mulut Toha sendiri—adalah simbol lelaki yang dijajah perempuan. Tulah itu akan hilang—ini yang saya tahu dari salah satu buku ajaib yang pernah saya baca di salah satu toko buku loak langganan saya—bila Revi bisa membuktikan bahwa ia bukan lelaki yang dijajah perempuan, atau lelaki yang menjajah perempuan. Sebab, disakiti atau menyakiti itu tak pernah mengenal perempaun atau lelaki. Kita semua bisa disakiti atau menyakiti, percayalah,begitu terang buku itu. Meski saya syak wasangka. Tapi yang jelas, sejak itu kepala Revi berubah menjadi kepala babi.
Pembaca yang baik, sekali lagi saya mohon, jika kalian menemukan Shanny perempuan yang berkepala kelinci dan Revi lelaki yang berkepala babi, maka segeralah komentar di surat-orang-hilang ini atau hubungi saya. Karena hilangnya mereka membuat banyak orang khawatir, terutama orangtua dan teman-temannya. Tapi, saya akan lebih senang bila kalian menemukan Shanny dan Revi tidak lagi berkepala kelinci dan babi. Sebab itu artinya Shanny sudah jujur dengan kata hatinya sendiri dan Revi tak pernah disakiti atau menyakiti.
Salam.