Mohon tunggu...
Tyogo Utomo
Tyogo Utomo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Serangga Pemberani

23 Oktober 2016   16:42 Diperbarui: 23 Oktober 2016   17:00 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Di suatu kota di pulau Jawa, yang bernama Bandung, seekor serangga baru saja dilahirkan di atap rumah seorang Ibu yang bernama Windu. Di siang hari itu, seekor semut kecil yang bernama Saras, melahirkan putra yang akan menjadi penerus tahta kerajaan semut yang dipimpin oleh ayahnya. Putra Saras itu bernama Pentop. Ayah Pentop adalah seekor raja semut dan ibunya adalah ratu semut yang sangat kaya raya namun baik hati. Pentop adalah semut ringkih dan penakut saat ia masih kecil. Tetapi  itu semua tidak menjadi masalah untuk Pentop, karena semakin bertambah besar dia semakin kuat dan berani.

Setelah berumur 4 bulan, Pentop pun mulai disekolahkan oleh kedua orang tuanya di Sekolah Dasar Serangga 01 Dago, di Jln. Ir. H. Djuanda. Di sekolah, Pentop mempunyai sahabat yang bernama Ent, Unt, dan Int. Mereka adalah lebah bersaudara. Mereka bersahabat karib dan tiap hari selalu bermain bersama. Mereka pun selalu saling membantu dalam setiap kesulitan-kesulitan mereka di sekolah.

Setelah lulus dari SDS 01 Dago, Pentop, Ent, Unt dan Int melanjutkan ke sekolah lanjutan yang berbeda karena keluarga Int, Ent dan Unt pindah sarang dan sejak itu lah mereka tidak pernah bertemu lagi, tetapi Pentop masih tetap berhubungan dengan ketiga sahabatnya. Beberapa lama kemudian Pentop pun lulus kuliah. Ia meninggalkan orang tuanya dan pergi merantau untuk mencari pekerjaan.

                 Pentop bekerja sebagai pengangkut makanan di sebuah sarang kecil yang didirikan disela-sela kayu yang sudah mati. Tetapi sehari sesudah ia mulai bekerja di perusahaan itu, Pentop mendapat kabar dari pesuruh ayahnya yang bernama Pent, ia dikabarkan bahwa ibunya telah mati karena ceroboh saat berjalan di wastafel Ibu Windu. Pentop pun terkejut dan menangis tersedu-sedu. Bersama dengan Pent, ia segera pulang ke kerajaan ayah dan ibunya. Sesampainya di kerajaan, Pentop melihat semua semut sedang berduka karena kematian ratunya. Pentop pun bertambah sedih. Sepeninggalan Ratu Saras, raja dan semua semut di kerajaan menjadi tak bersemangat dan putus asa. Hal itu disebabkan mereka merasa sangat kehilangan. Lama-lama kerajaan itu jatuh miskin karena semua semut tidak lagi semangat bekerja.

                Melihat keadaan di kerajaan ayahnya, Pentop pun bangkit dari kesedihan dan mencari akal untuk menyelamatkan kerajaan tersebut. Setelah berpikir matang-matang, ia mendapatkan ide untuk mencari dan menemukan ketiga sahabat lamanya agar mendapat bantuan dari mereka. Pentop pun langsung meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke rumah Unt.

                Keesokan harinya setelah berkemas, Pentop memulai perjalanannya yang jauh untuk menemui Unt. Pentop pun pergi ke jalan Surya Kencana karena rumah baru Ent, Int, dan Unt di situ. Ia pergi melalui Kartika Sari yang sedang ramai. Ia  pun sempat hampir terinjak karena kecerobohannya, yaitu Pentop sempat beristirahat di tengah trotoar. Ia pun sangat kelelahan dan berjalan dengan pelan. Melihat Iada semut tak dikenal di kejar oleh geng semut jalanan di dekat Kartika Sari, Ia pun mengelak ke tepi selokan. Untung saja ia berhasil bersembunyi di tepi sebuah selokan itu, karena kecerdasan dan kelincahannya.  Akhirnya karena kelelahan, Pentop bermalam di sebuah lubang tidak jauh dari Kartika Sari  Dago. 

Keesok harinya ia menyantapmakan remah-remah yang dibawanya sebagai bekal dari kerajaan, lalu ia pun melanjutkan perjalanannya mencari Ent, Int, dan Unt. Ia berjalan terus dan sampai di daerah Rumah Sakit Borromeus. Di sana ia bertemu dengan salah satu sahabatnya, yaitu Ent, namun Ent tidak mengenali wajah Pentop yang sudah menjadi semut dewasa yang sangat gagah dan tampan. Pentop pun menyapa sahabatnya tersebut, “Hai Ent, aku Pentop. Kamu masih ingat aku, tidak?”. Ent terkejut dan kemudian mereka saling bersalaman. Lalu Ent mengajak Pentop ke rumahnya. Di rumah Ent mereka berdua saling melepas rindu dan menceritakan pengalaman masing-masing. Saat itu Int dan Unt tidak ada di rumah.

                Ketika sedang asik asyik bercakap-cakap, tiba-tiba telepon di kamar Ent berbunyi. Ent pun pamit kepada Pentop untuk mengangkat telepon itu di kamarnya. Sementara Pentop sedang menunggu di ruang tamu, tiba-tiba masuklah dua ekor lebah dewasa ke dalam rumah itu. Pentop langsung berdiri dan menyambut mereka. Namun ke dua lebah itu langsung menghindar karena tidak mengenali Pentop. Unt pun bertanya, “Siapa kamu, seenaknya mau memeluk kami?”. Pentop pun menjawab, “Saya Pentop, sahabat kalian?”. Lalu Int pun berkata, ”Bohong!! Pentop tidak seperti ini mukanya !”, lLalu ia berkata lagi, “Mau apa kau kesini ?”. Lalu Pentop pun berkata dengan jujur, “Aku ingin meminjam uang.” Unt dan IEnt pun kaget, masa serangga  tidak kenal mau langsung saja meminjam uang? Unt dan IntMereka pun bermaksud untuk memasukkan Pentop ke kamar dan menguncinya. 

Tetapi muntunglah ereka melihat Ent melihat kejadian itu dan mencegah tindakan jahat mereka.  Dan Ent pun meleraikan mereka. Ia pun menjelaskan bahwa ini adalah Pentop dewasa, yang gagah. Lalu mereka pun saling bermaaf-maafanmeminta maaf kepada Pentop. Dan mereka juga akhirnya tidak jadi memasukkan Pentop ke dalam kamar dan menguncinya. kan Pentop. Mereka pun bertemu kangen dan menanyakan untuk apa uang itu digunakan? Lalu Pentop pun  menjawab, “Aku mau me menyumbangkan uang untuk kerajaan ayahku yang hampir jatuh miskin.”

                Pentop pun akhirnya dipinjamikan uang sebesar Rp 1.000.000 oleh Unt, Int, dan Ent. Dan ia pamit pulang ke Kerajaan nya.

Di perjalanan pulang, ia tiba-tiba kesakitan., eEntah kenapa ia sangat tidak bisa merasakan kaki-kakinya menapak di atas trotoar yang penuh debu itu. Ia pun terduduk di pinggir jalan dan pingsan, tak sadarkan diri. Saat ia terbangun, ia merasa ada hal yang tidak beres. Di situ banyak suara tertawa dan bercakap cakap. Pentop tersadar seratus persen sekarang., Ternyata ia ada di markas geng semut, setelah diracun tadi tadi itu. Ia sudah diikat di suatu ruang kecil yang sesak dan bau. Untung saja ia membawa sebilah kawat kecil dari kerajaan. Ia pun memotong tali yang membuatnya sulit bernapas itu. Akhirnya ia berhasil melepaskan tali itu. 

Setelah itu, ia pun mencari jalan keluar dari ruangan itu,. Akalnya  mulai berjalan., iIa memotong kunci pintu itu dan mendobraknya. Keberaniannya mulai teruji., iIa tidak lagi menjadi semut yang penakut lagi, Ia melawan rasa takutnya. Ia sekarang keluar ke menuju jalan secara diam- diam. Ia menelusuri selokan sampai hingga keluar lagi menuju ke jalan raya, Dan ternyata ia keluar di Kartika Sari. Ia pun sempat makan kue yang terjatuh di jalan. Ia pun berkata dalam hatinya, “Mengapa ya teganya manusia tega membuang buang makanan baik seperti ini ya?” iIa pun berjalan pulang sambil berhati- hati, takut terinjak manusia lagi. Ia bersenandung di sepanjang perjalanannya sambil berpikir, rupanya diluar penuh tantangan dan cobaan mengapa bisa semut-semut lain bisa bertahan hidup ya di sulitnya hidup diluar sana?

Saat ia sampai di pintu utama kerajaan ia menemui Pika, sang asisten kerajaan  itu, yang kebetulan melewati pintu itu. Ia melaporkan segala kejadian yang ia lakukan diluar sana kepadanya. Selang beberapatelah lama, berbincang ayah Pentop pun datang iadan melepaskan kekhawatirannya kepada anak satu- satunya itu. Ia pun senang sekali sampai menitikhkan air mata, cemas sekaligus haru, karena anaknya yang sangat berbakti kepada orang tua nya. Tanpa lama- lama lagi Pentop pun menyerahkan ke ayahnya uang yang dipinjamannya dari temannya pada ayahnya ke ayahnya dan menceritakan pengalamannya ditangkap oleh geng semut. dan iIa pun menceritakan bagaimana ia menggunakan akal cerdasnya untuk keluar ke jalan raya. Ayahnya pun sangat bangga pada Pentop.

Akhirnya setelah beberapa tahun berselang, Pentop pun dan ayahnya menjadi bahagia, juga karena kerajaan itu menjadi bahagia  dan makmur. Tidak lupa juga ayahnya tiap sebulan sekali mencicil uang hutangnya ke keluarga Unt, Ent, dan Int dari hasil pekerjaan semua warga kerajaannya

- TAMAT -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun