Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahasa dan budaya. Bahkan setiap daerah memiliki karakteristik bahasa dan budaya sendiri. Berdasarkan pemetaan bahasa yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, telah teridentifikasi sebanyak 718 bahasa daerah.Â
Oleh karena itu, bahasa indonesia menjadi bahasa pemersatu bangsa antar suku, etnis, dan daerah di Indonesia. Bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan juga dideklarasikan melalui Sumpah Pemuda pada tahun 1928.Â
Penggunaan bahasa indonesia juga memiliki peran penting dalam ranah pendidikan yaitu sebagai media pembelajaran antara guru dan siswa. Namun demikian, pengguna bahasa indonesia sebagai bahasa sehari - hari sebarannya tidak merata antar daerah.
bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Lebih dari 16 juta orang yang tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dan 22.2% diantaranya adalah anak-anak umur lima hingga sembilan tahun.Â
Badan Pusat Statistik (2010) juga mencatat hanya 19.94% populasi Indonesia yang menggunakanEGRA yang dilakukan oleh USAID menyatakan bahwa wilayah Maluku, Nusa Tenggara dan Papua memiliki literasi bahasa indonesia yang rendah.Â
Artinya, banyak anak-anak yang menerima pembelajaran dengan bahasa yang mereka tidak mengerti. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahasa indonesia masih minim dan ditambah dengan kapasitas guru yang kurang inovatif dalam merancang metode pembelajaran. Akibatnya, hasil belajar siswa juga masih rendah terutama bahasa indonesia dan matematika.Â
Menurut data Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) tahun 2018, nilai rata-rata tes bahasa Indonesia siswa di NTB adalah 55 atau tergolong rendah.Â
Amanah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 33 ayat 2 disampaikan bahwa "Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu."
Permasalahan bahasa juga terjadi di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Dengan karakteristik masyarakat yang dominan menggunakan bahasa Mbojo dalam berkomunikasi sehari-hari, bahasa masih menjadi salah satu kendala, Permasalahan ini terutama ditemui pada tahun-tahun awal pembelajaran di sekolah dasar (kelas I s.d. kelas III). Melihat hal tersebut, Bapak Sunardin, Guru kelas I di SDN 6 Sila mencoba membuat inovasi melalui program INOVASI.Â
INOVASI (Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia) merupakan kerjasama Pemerintah Australia dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mencari inovasi untuk mendukung metode dan strategi pembelajaran anak sekolah.
Modul GEMBIRA merupakan materi yang diberikan INOVASI pada kegiatan fasilitasi. Modul tersebut berisikan tentang pengetahuan bagaimana merancang metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini Bapak Sunardin melahirkan inovasi Jembatan Bahasa.Â
Guru mengajarkan susunan huruf, suku kata, dan kata dengan menggunakan bahasa Mbojo (bahasa ibu/daerah) terlebih dahulu untuk selanjutnya disampaikan dengan bahasa Indonesia.Â
Proses peralihan/transisi bahasa ibu ke bahasa Indonesia dapat dilakukan 50:50 atau secara bertahap hingga akhirnya seluruh proses pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Inovasi ini bertujuan untuk memudahkan siswa memahami pelajaran, membiasakan berbahasa indonesia, dan meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar siswa.Â
Inovasi ini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:Â
Kamus Bahasa merupakan media tingkat pertama yang berbentuk kata dan gambar dengan bahasa daerah (bahasa ibu) dan bahasa Indonesia. Pada awalnya guru menjelaskan gambar tersebut dengan menggunakan bahasa daerah, kemudian setelah siswa memahami, guru melanjutkan penjelasan dengan bahasa Indonesia.
Papan Dua Bahasa. Ketika siswa sudah memahami penjelasan dengan metode kamus bahasa, selanjutnya guru menggunakan media Panduba yang berbentuk kata tetapi tidak ada gambarnya. Siswa diminta untuk mencocokkan kata dalam bahasa Indonesia dan gambar yang sesuai. Tujuannya adalah untuk memastikan siswa memahami gambar dengan kata yang dimaksud.
Papan Kata. Setelah siswa memahami kata, gambar, dan mencocokkannya, kemudian guru menggunakan papan kata untuk memastikan siswa dapat membaca dan menyusun huruf menjadi satu kata dalam bahasa Indonesia. Guru menunjukkan suatu gambar secara acak kemudian siswa menyusun huruf-huruf di Papan Kata.
Selama pelaksanaan inovasi di tahun 2018, siswa dan guru mulai merasakan dampak dari inovasi Jembatan Bahasa, yaitu (1) Guru dan Siswa lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran dan lebih percaya diri, (2) Siswa merasa lebih berani dan percaya diri dalam menyampaikan bahasa indonesia, dan (3) Adanya peningkatan hasil belajar bahasa indonesia sebesar  9.26% dan Matematika sebesar 10.62%.
Inovasi jembatan bahasa diharapkan dapat direplikasi oleh guru lainnya yang memiliki kendala dalam penyampaian pembelajaran menggunakan bahasa indonesia.Â
Undang-Undang Sisdiknas sebetulnya sudah membuka ruang dengan lebar untuk berinovasi dalam menyampaikan bahasa pengantar sebagai media pembelajaran. Semoga bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan dapat digunakan secara merata di seluruh wilayah indonesia.
Sumber:Â
George Adam Sukoco, A. H. (2020, November 20). Riset. Retrieved from The Conversation: https://theconversation.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H