Generasi Milenials merupakan generasi yang lahir pada tahun 1980-2000. Generasi ini lahir di era platform offline namun tumbuh dan berkembang ada era serba teknologi (online). Rata-rata generasi Milenials memiliki intensitas tinggi dalam berinteraksi dan berekspresi pada bidang digital seperti Sosial Media dan Internet.Â
Pemanfaatan sosial media memang cocok untuk aktivitas generasi milenials seperti youtube, instagram, blog dan lain-lain. Kesesuaian gaya hidup dan hobi milenials yang eksis, hits dan kreatif dengan sosial media banyak melahirkan profesi baru seperti vlogger, influencer, selebgram, bahkan perusahaan start up. Generasi ini digadang-gadangkan mampu berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja dalam menghadapi tantangan persaingan ekonomi global 2030.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pada kisaran tahun 2020-2030 komposisi penduduk Indonesia akan mengalami perubahan dimana piramida penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) lebih banyak dibanding penduduk non produktif (0-14 tahun dan diatas 65 tahun). Kondisi ini menguntungkan Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi barang dan jasa serta tren menurunnya angka ketergantungan.Â
Fenomena ini dinamakan Bonus Demografi atau Dividence Demographic. Bonus demografi menggambarkan tingginya angka usia produktif diatas 50% dibandingkan dengan usia non produktif sehingga mengecilnya angka ketergantungan hidup. Indonesia akan diuntungkan oleh kondisi demografi seperti ini karena akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan PDB negara.
Beberapa negara yang sukses memanfaatkan Bonus Demografi dengan meningkatnya PDB adalah Jepang, Singapore, Hongkong dan Korea. Berkaca dari negara-negara tersebut pemerintah mereka mempersiapkan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM sebagai modal utama proses pembangunan. Hasilnya, sampai saat ini negara-negara tersebut masuk dalam 5 besar rujukan perekonomian dunia dan negara dengan indeks kemudahan berbisnis versi WorldBank.
Ease Of Doing Business (EODB) Indonesia
Lalu bagaimana peran generasi Milenial dalam menghadapi Bonus Demografi?
Pada saat terjadinya Bonus Demografi, diprediksi generasi milenial pada saat itu berumur 30-40 tahun. Generasi tersebut memiliki posisi strategis dalam melihat peluang-peluang menghadapi kesenjangan angkatan kerja porduktif dan non produktif. Mengingat generasi ini memiliki karakteristik kreatif dan inovatif dan idientik dengan teknologi dan enterpreneurship, diharapkan mereka mampu memiliki kontribusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi usia angkatan kerja lainnya.
Nadiem Makarim (CEO GOJEK) dan M. Alfatih Timur (CEO Kitabisa.com) adalah contoh generasi milenial yang mampu memberikan perubahan dalam memanfaatkan teknologi dalam pergerakan sosial ekonomi masyarakat. Mereka mampu melihat perubahan dan melihat kebutuhan masyarakat beberapa tahun kedepan sehingga terciptanya ribuan lapangan pekerjaan. Hasilnya, kedua generasi milenial ini berhasil menjawab apa yang dibutuhkan masyarakat dan kondisi ekonomi Indonesia pada khususnya. Banyak orang merasakan dampak sosial ekonomi melalui terobosan inovaif kedua pemuda ini. Penting untuk diketahui, kesuksesan tersebut tidak terlepas dari kualitas pendidikan sebagai modal dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Jika dilihat contoh diatas, Generasi milenial harus memahami 3 poin penting. Pertama, peningkatan kualitas kompetensi, pendidikan dan penguasaan teknologi sangat penting untuk terus ditekuni mengingat tingginya persaingan usia produktif pada 2020-2030. Usia produktif yang tidak mampu meningkatkan kualitas kompetensi dan penguasaan teknologi akan kalah dan terancam tidak akan mampu bersaing dengan yang lain. Kedua,generasi ini harus mampu berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan ketersedian lapangan kerja (enterpreneurship)dengan melihat peluang dan berani mengambil resiko yang dihadapi.Â