Mengharukan.
Mendag tak habis-habis mengapresiasi warga Maratua yang sedemikian besar menunjukkan rasa sayang terhadap ibu pertiwi. Bahkan, ketika para anggota Paskibraka masih menangis seusai upacara, Mendag membesarkan hati mereka agar tidak patah semangat dan benci diri sendiri akibat kejadian itu. "Anak-anakku Paskibraka, kalian sudah melakukan yang terbaik. Dari kejadian ini, ambil hikmahnya. Bendera sudah berkibar, dan harus selamanya begitu. Jangan sampai ada yang berani menurunkan bendera merah putih,"
Lalu bagaimana dengan Danil? Saat bersalaman dengan anak itu, Mendag menepuk bahunya bangga. Tatapan Mendag seperti berbicara,""Terima kasih, Nak. Keberanianmu telah menjadi teladan bagi siapapun, untuk selalu menjaga kibar lambang martabat bangsa kita, bendera merah putih. Sungguh bangga memiliki penerus bangsa sepertimu". Sebagai bentuk penghargaan, remaja itu mendapat beasiswa dari Mendag. Dia beserta ayahnya, diundang ke Jakarta untuk menerima itu. Turut pula bersama mereka camat Maratua dan wakil bupati Berau. Kelak, jika telah lulus SMA, Danil dicalonkan masuk ke Akademi Metrologi, Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian Perdagangan. Semua biaya ditanggung Menteri Perdagangan pribadi.
Dari sebuah pulau terdepan Indonesia, patriotisme diperlihatkan dengan gagah. Rakyat, TNI dan Polri bersatu. Meski jauh dari hiruk-pikuk jargon-jargon nasionalisme, mereka justru lebih nyata mengekspresikan kecintaan terhadap simbol-simbol pusaka bangsa. Cinta dalam senyap. Mereka bukan orang-orang populer, dan hidup jauh dari pusat kekuasaan. Mereka hanyalah orang-orang biasa. Namun setelah 17 Agustus 2018, mereka mendapat juluk mulia, Para Patriot dari Maratua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H