Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Eksplorasi Cari Tiram Bakar di Barru Sulsel

2 Juni 2024   18:37 Diperbarui: 2 Juni 2024   18:44 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian pasti baru pertama kali mendengar nama kabupaten Barru di Sulsel. Sama, saya pun demikian. Lokasi Barru itu ada di dekat Makassar dan untuk menuju ke sana diperlukan waktu 2 jaman dengan jalan propinsi yang lumayan padat. Tidak banyak yang bisa dilihat di Barru karena memang ga punya spot wisata, kita pun ke sini lantaran mau menyalurkan donasi untuk seorang ibu bernama Nurmiah. Dia ini lansia janda yang mempunyai anak disabilitas mental dan dipasung.

Ceritanya sehari-hari si ibunya saja yang mengurus kebutuhan anak yang sudah semakin menua itu. Dia mengatakan membutuhkan rumah baru karena rumah lamanya kena banjir dan semakin keropos. Oleh karena itu, selepas donasi cukup kami memutuskan untuk pergi berkunjung ke rumah si ibu yang katanya mau membeli rumah panggung tetangganya. Maka jadilah kita sekarang di Barru. Setelah menghabiskan satu malam di Makassar kami menuju Barru dan bertemu dengan salah satu relawan kami yang super sibuk banget tapi memang ini bocah inspiratif karena benar-benar berjiwa relawan.

Namun karena sudah telalu siang menuju rumah sang ibu, apalagi relawan kami mengajak bersantap siang dengan lauk yang tidak familiar. Bahkan sehabis itu, relawan kami dengan sukarela mengantar kami mencicip tiram bakar yang katanya jadi andalan di Barru. Kami benar-benar penasaran apaan sih itu, ternyata di sini banyak banget pencari tiram di sungai-sungai. Rumah-rumah mereka disulap jadi tempat makan lesehan untuk menyantap tiram bakar yang mereka bakar sendiri dengan sabut sabut kelapa. Bisnis ini pun dilakukan oleh banyak rumah sampai saya takjub sendiri.

Dok pribadi
Dok pribadi
Kami pun memilih salah satu rumah untuk bersantap. Oia jangan mikir kalau ini restoran ya melainkan teras rumah sang penjual dengan bangku dan kursi seadanya. Saya pun penasaran bahkan mencoba membakarnya sendiri tapi belum juga apa-apa saya menjerit keperihan karena asap langsung mengepung saya hahah. Akhirnya saya menyerah dan membiarkan si ibu menyerok sabut-sabut kelapa yang dijilati api sembari membolak balik tiram yang dipanggang di atasnya. Tiram di sini memang tidak bagus rupanya, cangkangnya penuh dengan bebatuan dan keras. Jadi kalau mau makan harus digetok dulu pake besi di atas papan. Tenang saja semua self service jadi harus bersusah susah dulu sampai itu tiram kebuka hahaha. Lumayan bikin keringetan apalagi panas banget dekat pembakaran tiram.

dok pribadi
dok pribadi
Penjualnya juga ngasih kita semacam sambal dari cabe yang diulek ditambah air dan juga mangga yang diiris. Wah kebanyang asam segarnya kan. Tiramnya juga fresh diambil langsung dari kali sebelah. Sayangnya proses makan ini membuat tangan kita hitam hitam dan kotor hahaa. Makanya penjual pun menyediakan kobokan jadi bener-bener deh tuh cara makan tiram khas kampung banget hahaha. Padahal kalau kita pergi ke restoran tiramnya pun mahal banget tapi di sini berlimpah bahkan bisa beli Rp 5000 per kilo loh'

Setelah bersantap saya penasaran juga mau lihat lokasi para pencari tiram. Gak jauh kok letaknya cuma disamping para penjual ini. Jadi ada sungai kecil yang penuh dengan sampah anorganik dan organik cangkang tiram yang super banyak tetapi anehnya si tiram ini justru jadi parasit atau benalu yang tumbuh semakin banyak. Bahkan saya pun mencoba mendekati bibir sungai langsung dong dapet keong banyak banget beraneka rupa. Sebegitu mudahnya ya. Heran!

Ada hal yang disayangkan sih, kenapa banyak orang yang ga tau soal ini. Padahal komoditi tiram itu menggiurkan loh dan mereka bisa mendapatnya dengan mudah dan murah. Saya berharap pemerintah setempat melirik bisnis tiram rumahan ini dan semoga ke depannya semakin menguntungkan untuk warga Barru ya. Sebab, ini benar-benar peluang Barru.

Tunggu cerita lainnya ya guys


Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun